Jotti Karunawan, Wisudawan ITB yang Lulus S3 IPK 3,98-Publikasi Internasional Terbaik

ADVERTISEMENT

Jotti Karunawan, Wisudawan ITB yang Lulus S3 IPK 3,98-Publikasi Internasional Terbaik

Devita Savitri - detikEdu
Sabtu, 25 Mei 2024 17:00 WIB
Jotti Karunawan, wisudawan berprestasi ITB di jenjang S3.
Jotti Karunawan, wisudawan berprestasi ITB di jenjang S3. Foto: dok. Institut Teknologi Bandung
Jakarta -

Perkenalkan ini Jotti Kurniawan, lulusan program studi Sain dan Teknologi Nano Sekolah Pascasarjana Institut Teknologi Bandung (ITB) yang raih gelar wisudawan berprestasi dengan publikasi terbaik untuk program doktor. Bagaimana tidak sepanjang menempuh pendidikan doktor, Jotti berhasil mempublikasikan 10 artikel dan 3 prosiding.

Seluruh artikelnya itu dimuat dalam jurnal internasional bereputasi dengan 8 artikel terindeks Q1 dan 2 artikel terindeks Q2. Ia juga berhasil lulus dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,98 lo detikers!

Keberhasilan ini diceritakan Jotti tak terlepas dari bimbingan dua peneliti terbaik ITB yang masuk dalam daftar World's Top 2% Scientist atau daftar peneliti paling berpengaruh di dunia. Keduanya adalah Prof Dr Eng Ferry Iskandar MEng sebagai supervisor dan Afriyanti Sumboja PhD sebagai co-supervisor.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tidak menyia-nyiakan kesempatan, ia mengikuti jejak para pembimbingnya dengan aktif melakukan publikasi setiap riset yang ia lakukan. Meskipun belum seratus persen mencapai prestasi yang sama, dibimbing langsung oleh peneliti terbaik dunia membuatnya mendapat pengalaman berharga.

"Saat kita dibimbing oleh orang-orang hebat, kalau kita tidak bisa mendapat achievement yang sama setidaknya kita dapat habit yang sama. Dari situ menjadi terpikir bagaimana saya bisa beradaptasi dengan habit beliau berdua," tutur Jotti dikutip dari rilis di laman resmi ITB, Sabtu (25/5/2024).

ADVERTISEMENT

Sempat Gagal Gegara Minim Pengalaman

Fokus penelitian yang dilakukan Jotti berkaitan dengan bidang pengembangan baterai ion litium. Topik ini telah digelutinya sejak menempuh Program Magister Fisika di ITB pada tahun 2018.

Menurutnya, ada hal besar yang bisa dimanfaatkan dalam pengembangan baterai ion litium terutama dalam hal energy storage. Bukan sebuah rahasia bila Indonesia adalah negara yang kaya dengan sumber daya alam (SDA) melimpah, termasuk SDA sebagai material pembuat baterai.

Namun, kayanya SDA ini harus dibarengi dengan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten untuk mengelolanya. Salah satunya yang terjun dalam hal ini adalah Jotti.

Meskipun kini berhasil meraih gelar doktor, perjalanan pengembangan beterai ion litiumnya tetntu tidak selalu berkalan mulus. Di dua tahun pertama, Jotti sempat merasakan kegagalan karena minimnya pengalaman.

Tetapi, tekad yang kuat mengalahkan rasa menyerah pada dirinya. Ia akhirnya mulai meningkatkan pengetahuan tentang baterai melalui berbagai sumber belajar, mulai dari jurnal, seminar berskala internasional, hingga diskusi langsung dengan pihak yang terjun di dunia pengembanagn teknologi baterai.

Hasil manis baru mulai ia rasakan ketika menginjang studi S3 di ITB. Sejak saat itu, pintu bak terbuka dan segala riset dilakukan terkait bidang baterai ion litium ini.

"Begitu masuk ITB mendapat tantangan baru mengembangkan baterai ion litium tanpa (ada) background sama sekali. Di dua tahun awal struggle, diisi dengan kegagalan. Baru di awal-awal S3 mulai mendapat hasil yang bagus. Dari situ mulai senang untuk melakukan riset di bidang penyimpanan energi terutama baterai ion litium," katanya.

Tergabung di Kelompok Riset Baterai BRIN

Setelah menyelesaikan studi hingga program doktor, Jotti mengaku ingin terus berkecimpung di dunia penelitian baterai ion litium. Baginya langkah ini adalah bentuk nyata penerapan ilmu pengetahuan yang telah didapatkannya selama berkuliah untuk negara agar impian Indonesia Emas bisa benar-benar terjadi.

Untuk itu, ia bergabung pada program postdoctoral kelompok riset baterai di bawah naungan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Selain itu, penelitian hebat lainnya akan terus dilakukan di bawah Pusat Penelitian Nanosains dan Nanoteknologi (PPNN) ITB.

Dengan menjadi peneliti, Jotti berharap bisa terus mengembangkan pengetahuannya dalam proses belajar sepanjang hayat. Ia juga berpesan kepada peneliti di bidang lainnya untuk terus mengasah pengetahuan agar bisa mencapai Indonesia Emas.

"Generasi muda bertanggung jawab untuk ini, (sehingga) harus banyak belajar untuk ke sana. Apapun bidangnya, kuncinya adalah bersungguh-sungguh," pungkasnya.




(det/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads