Menjadi lulusan sarjana dengan predikat cum laude adalah pencapaian yang bisa diusahakan semua mahasiswa. Termasuk mahasiswa dengan keterbatasan fisik seperti Nadya.
Perempuan bernama lengkap Nadya Andini ini adalah seorang teman tuli yang baru saja lulus dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Hal yang mengagumkan dari Nadya adalah ia mampu lulus dalam waktu 3,5 tahun dan cum laude.
Nadya berhasil meraih Indek Prestasi Kumulatif (IPK) 3,88. Ia lulus dari Departemen Studi Pembangunan ITS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nadya menceritakan beberapa pengalamannya selama berkuliah. Untuk menunjang pembelajaran, Nadya menggunakan alat bantu dengar agar bisa mendengar lebih jelas.
Namun, alat tersebut tak bisa membantunya mendengar dengan sempurna. Sehingga, Nadya harus berusaha lebih keras dari mahasiswa lain dengan duduk di depan dan harus selalu merekam penjelasan dosen.
"Di rumah, saya minta bantuan mama untuk mendengarkan rekaman tadi dan menjelaskannya ulang. Karena kurang bisa memahami materi di kelas, saya memaksimalkan pemahaman dengan menambah sesi belajar mandiri di rumah setiap hari," ujar Nadya, dilansir dari laman ITS, Senin (22/4/2024).
Kendala lain yang juga dirasakan Nadya selama berkuliah adalah sulit berkomunikasi dengan teman-teman. Sehingga ia tidak bisa beradaptasi dengan mudah layaknya mahasiswa lain.
"Teman-teman terkadang susah menangkap kalimat saya karena pelafalan yang kurang jelas, saya pun lumayan sulit untuk mendengar hal yang mereka sampaikan," ungkap Nadya.
Aktif Kegiatan Non Akademik
Meski punya keterbatasan, Nadya tak menyerah dalam mengembangkan dirinya. Ia termasuk mahasiswa yang aktif mengikuti kegiatan di luar kelas.
Nadya pernah berpartisipasi dalam Pagelaran Mahasiswa Nasional Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (Gemastik). Ia membuat karya tulis ilmiah sebanyak dua kali dengan mengangkat topik rancangan aplikasi teman tuli.
Perempuan kelahiran tahun 2001 ini juga pernah ikut program Kredensial Mikro Mahasiswa Indonesia (KMMI) 2021, Short Course Pemetaan Sosial, proyek independen antara Fakultas Desain Kreatif dan Bisnis Digital (FDKBD) ITS dengan Intako, serta magang mandiri di PDAM Surya Sembada Kota Surabaya.
Nadya mengungkap motivasinya untuk tetap aktif adalah karena ingin membanggakan keluarga. Ia beruntung mempunyai orang tua dan dosen yang senantiasa mendukungnya belajar.
"Dukungan dan motivasi dari para dosen dan teman-teman membawa energi positif bagi saya untuk terus berjuang meraih impian," tutur Nadya.
Kemudian ia berharap kisahnya dapat menjadi inspirasi bagi orang-orang yang juga mempunyai keterbatasan. Ia sudah membuktikan bahwa seorang teman tuli juga bisa berprestasi di bangku kuliah.
"Keterbatasan hanyalah awal perjalanan, jangan menyerah dan teruslah melangkah untuk meraih cita-cita pendidikan," harapnya.
(cyu/nwk)