Selalu ada cerita inspiratif dari setiap gelaran wisuda di berbagai kampus top Indonesia. Kali ini cerita datang dari Natalia Devita Purnama yang berhasil sabet gelar wisudawan program S2 termuda di Wisuda Kedua Institut Teknologi Bandung (ITB) TA 2023/2024 di Gedung Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), Sabtu (27/4/2024) lalu.
Natalia panggilan akrabnya merupakan mahasiswa program studi Magister Kimia, Kelompok Keahlian Fisik ITB. Ia berhasil lulus S2 dengan usia termuda yakni 22 tahun 3 bulan dengan program fast track yang disediakan ITB.
Sebagai informasi fast track merupakan program percepatan studi yang memunginkan mahasiswa menyelesaikan program S1 dan S2 dalam waktu lima tahun. Bukan semata ingin cepat selesai raih gelar S2, Natania mengaku nyaman belajar di ITB dan ingin memperdalam ilmu kimia sehingga memilih program ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selain karena mengikuti zaman sekarang orang-orang dengan gelar S2 sudah umum, saya merasa ingin mendapatkan ilmu yang lebih jauh di Kimia dan masih belum mau melepas ITB jadi saya mendaftar program fast track," tutur Natalia dikutip dari rilis di laman resmi ITB, Minggu (12/5/2024).
Fokus Pada Penelitian dan Publikasi
Raih predikat wisudawan termuda, membuat Natalia bangga. Hal ini merupakan buah manis yang didapatkannya selama proses studi.
Tidak mudah, selama menjalani S2 ia mengaku banyak menghadapi kesulitan terutama dalam pemahaman materi. Berbeda dengan jenjang sarjana, materi di tingkat magister didominasi oleh penurunan rumus-rumus kimia dan teori yang lebih kompleks.
Kompleksitas materi ini membuatnya kerpa kehilangan motivasi. Tetapi, dengan bantuan dan solusi dari dosen pembimbing ia akhirnya berhasil merampungkan tesisnya.
"Saya sering kehilangan motivasi, tapi akhirnya bisa menyelesaikan penelitian," tuturnya.
Perbedaan lain yang dirasakan Natalia selain pendalaman materi adalah hasil dari setiap materi yang ia pelajari. Menurutnya jenjang S2 banyak memaksa mahasiswa fokus pada penelitian dan publikasi, sehingga membuatnya harus mempelajari banyak jurnal hingga mencoba berbagai metode penelitian.
"S2 lebih banyak fokus ke penelitian dan outputnya publikasi, jadi harus rajin mempelajari jurnal dan mencoba metode penelitian agar menemukan metode yang paling efektif dan hasil yang paling baik," tambahnya.
Kini, ia berhasil lulus dari Kampus Ganesha. Selanjutnya ia berencana untuk mengaplikasikan ilmu yang didapatkan untuk karier profesionalnya di bidang penelitian.
Natalia juga memberikan semangat kepada teman-temannya yang masih memperjuangkan gelar. Menurutnya kunci utama dalam perang melawan penelitian hanyalah tidak menyerah meskipun hasil yang tercipta tidak sesuai dengan harapan.
"Jangan tunggu motivasi datang untuk mengerjakan sesuatu, terus lakukan saja apapun kondisinya, nanti lama-lama selesai juga," tutupnya.
(det/nah)