Cerita Naufal, Awardee Beasiswa Indonesia Maju yang Dapat 5 LoA Kampus Luar Negeri

ADVERTISEMENT

Cerita Naufal, Awardee Beasiswa Indonesia Maju yang Dapat 5 LoA Kampus Luar Negeri

Devita Savitri - detikEdu
Rabu, 01 Mei 2024 07:00 WIB
Naufal Badi Alam siswa SMA Sains Wahid Hasyim Yogyakarta awardee Beasiswa Indonesia Maju dengan berbagai prestasi
Naufal Badi Alam siswa SMA Sains Wahid Hasyim Yogyakarta awardee Beasiswa Indonesia Maju dengan berbagai prestasi. Foto: dok. Kemendikbud
Jakarta -

Di mana ada keinginan di situ pasti ada jalan mungkin sebuah ungkapan yang tepat untuk Naufal Badi Alam. Naufal, panggilan akrabnya selalu bermimpi untuk dapat berkuliah di luar negeri.

Untuk mewujudkan hal tersebut, ia membeli banyak buku tentang kehidupan mahasiswa di luar negeri, cara mendapatkan beasiswa ke luar negeri hingga menonton kehidupan konten kreator yang kuliah di luar negeri.

Tekadnya kuat, namun pada waktu itu keinginannya bak sebuah mimpi karena keterbatasan ekonomi. Ya, Naufal merupakan seorang anak yang lahir dari keluarga sederhana. Ayahnya seorang satpam dan ibunya sebagai ibu rumah tangga.

"Rasanya seperti mustahil untuk mencapai itu semua dikarenakan biaya yang mahal untuk kuliah ke luar negeri. Akan tetapi, mimpi tetaplah akan menjadi mimpi dan halusinasi jika kita tidak memiliki usaha dalam meraihnya," kata Naufal dari rilis resmi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Selasa (30/4/2024).

Meski begitu, ia tidak menyerah dan mencari informasi tentang beasiswa kuliah di luar negeri. Menurutnya untuk mendapat beasiswa, seseorang harus memiliki gairah, tekad, dan prestasi akademik atau non akademik yang baik selama masa sekolah.

Hal tersebut ia pegang dengan kuat hingga akhirnya diterima sebagai siswa SMA Sains Wahid Hasyim, Yogyakarta. Masuk ke SMA, perjalanan meraih mimpinya di mulai.

Fokus Ukir Prestasi di Bidang Riset dan Inovasi

Dengan ambisi yang sangat kuat, semasa SMA ia mengikuti berbagai kompetisi bidang riset dan inovasi. Kompetisi pertamanya adalah Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) pada tahun 2022.

Awalnya, Naufal ditawarkan beasiswa penelitian OPSI dari Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Pemprov DIY). Penawaran itu disampaikan oleh gurunya dan tidak disia-siakan Naufal.

"Rasanya sangat rugi jika disia-siakan. Dalam dua minggu, saya membuat proposal dan mengajak teman saya untuk menjadi partner peneliti yang menghasilkan projek 'Analisis Kinerja Manajemen Marketing Produk UMKM Dengan Pengaplikasian Big Data Menggunakan Metode Klastering K-MEANS di Kabupaten Sleman'," ungkap Naufal.

Peningkatan pendapatan UMKM melalui sistem digital menjadifokus utama dalam projek tersebut. Sebagai pendatang di dunia riset, projek Naufal berhasil mendapatkan beasiswa penelitian dari Pemprov DIY.

Tidak hanya itu ia juga mendapat bimbingan penelitian oleh Yayasan Sagasitas Indonesia yang membantu pengembangan projeknya selama 6 bulan. Setelah melalui beberapa tahapan seleksi, projek UMKM Naufal terhenti di tahapan semifinal.

Hebatnya, kegagalan itu tidak membuatnya hilang arah dan semangat. Naufal bahkan melangkah jauh dengan mengikuti berbagai kompetisi inovasi internasional dengan projek baru.

"Penting untuk selalu melakukan evaluasi dan pengembangan baru terhadap projek tersebut, yang mana hasilnya kami melahirkan sebuah projek inovasi baru yaitu 'MEGS: MSMEs and Big Companies Digital Application For Partnership'," ucap Naufal.

Masih berfokus pada UMKM, projek kedua kali ini berfokus pada kemudahan proses kemitraan antara perusahaan besar dan UMKM. Usaha tidak menghianati hasil, melalui projek tersebut ia mendapat berbagai penghargaan nasional dan internasional, seperti:

1. Gold Medal Indonesia Applied Science Project Olympiad dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember

2. Silver Medal World Youth Invention and Innovation Award dari Universitas Sarjanawiyata dan Universitas IPB

3. Bronze Medal International Greenwich Olympiad dari North London Grammar School

4. Bronze Medal Asean Innovative Science, Environmental and Entrepreneur Fair dari Universitas Diponegoro

5. Medali Emas National Applied Science Project Olympiad dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember

6. Penghargaan Spesial dari Yayasan Prestasi Pendidikan Indonesia.

Raih 5 LoA dari Kampus Luar Negeri

Satu per satu langkah untuk kuliah ke luar negeri sudah mulai diciptakan Naufal. Hingga akhirnya ketika memasuki kelas 11 SMA, Naufal mengetahui program Beasiswa Indonesia Maju (BIM).

"Ketika saya kelas 11, saya ingat kakak kelas saya sebagai awardee BIM Angkatan 2 yang saat ini sudah menempuh studi di NTU di jurusan Psychology memberikan saya informasi terkait Beasiswa Indonesia Maju. Sangat keren dan menarik, itu adalah satu kalimat yang bisa saya sampaikan," ungkapnya.

Dari cita-cita berkuliah di luar negeri, Naufal memiliki impian yang lebih besar menjadi seorang perencana kota. Mimpi itu muncul dari keresahan lingkungan tempat tinggalnya di Karawang, Jawa barat.

Menurutnya, tempat tinggalnya perlu perhatian khusus terkait penataan kota dan pemerataan infrastrukturnya. Minimnya ruang terbuka hijau di luar rumah juga membuatnya tertarik kepada bidang green infrastructure.

"Sebagai calon perencana kota, saya akan sangat menaruh perhatian khusus kepada green infrastructure untuk pondasi pembangunan berkelanjutan di lingkungan masyarakat," tutur Naufal.

Kini impian tersebut akan segera terwujud. Pada Desember 2022, Naufal lulus seleksi BIM Persiapan Angkatan 3. Melalui program ini, ia mendapat tempat untuk mengeksplorasi banyak hal.

Benar saja, usaha tersebut kini membuat Naufal mendapat 5 Letter of Acceptance dari Perguruan Tinggi Luar Negeri dan sedang mengikuti seleksi ke tahap beasiswa bergelar.

"Terima kasih BIM, mimpi saya menjadi nyata untuk mendapatkan kesempatan belajar dan pergi ke luar negeri," tutup Naufal.




(det/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads