3 Tantangan Terbesar Penggunaan AI di Dunia Pendidikan Indonesia, Apa Saja?

ADVERTISEMENT

3 Tantangan Terbesar Penggunaan AI di Dunia Pendidikan Indonesia, Apa Saja?

Devita Savitri - detikEdu
Kamis, 25 Apr 2024 18:00 WIB
Direktur BAN-PT Indonesia sebutkan tantangan terbesar pendidikan terhadap AI
Direktur BAN-PT Indonesia sebutkan tantangan terbesar pendidikan terhadap AI. Foto: (Devita Savitri/detikcom)
Jakarta -

Transformasi pendidikan di Indonesia memang kian baik termasuk dalam hal revolusi digital melalui platform-platform pendukung pembelajaran yang telah diluncurkan oleh Kemendikbudristek. Termasuk dalam hal ini adalah penggunaan teknologi artificial intelligence (AI) yang terus berkembang.

Anggota Dewan Eksekutif Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Tinggi (BAN-PT) Indonesia, Prof Chan T Basaruddin mengatakan AI sudah digunakan untuk berbagai kebutuhan di sektor pendidikan. AI sendiri telah membantu mahasiswa untuk lebih memahami sesuatu.

Perkembangan AI menjadi generative AI (GenAI) kapasitasnya akan lebih memudahkan seluruh unsur di dunia pendidikan. Baik bagi mahasiswa, dosen, bahkan tenaga administratif.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Untuk dosen bahkan bisa untuk assessment kayak UTS atau UAS, mahasiswa juga bisa menggunakan AI untuk referensi jawaban. Jadi secara overall AI baik untuk kapasitas peningkatan kualitas pendidikan," tuturnya kepada wartawan dalam acara Leading Effective of GenAI in Higher Education 2024 Southeast Asia Regional High Level Policy Dialogue di Graha Diktiristek lantai 2 Gedung D Jalan Jenderal Sudirman Pintu Satu Senayan Jakarta, Kamis (25/4/2024).

Tantangan Terbesar Kehadiran AI

Meski banyak manfaat yang diberikan, dunia pendidikan Indonesia masih memiliki tantangan yang cukup besar menurut sosok yang akrab dipanggil Pak Chan ini, seperti:

ADVERTISEMENT

1. Pembelajaran siswa

Dari sisi pembelajaran siswa memperlihatkan bila kemampuan belajar siswa Indonesia masih agak kurang. Seharusnya kehadiran AI bisa membantu siswa dan mahasiswa memahami lebih dalam materi yang diberikan.

AI juga membuat mahasiswa dituntut menjadi independent learner (pembelajar yang mandiri). Sehingga mereka diharapkan bisa menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan mereka.

"Namun sampai saat ini, kemampuan belajar siswa kita agak kurang," ujar dosen di Universitas Indonesia itu.

2. Sisi pengajar

Dari sisi dosen atau guru, Chan menyatakan kemampuan pemahaman dan pengetahuan teknologi masih rendah. Mereka memandang teknologi sebagai ancaman sehingga mindset menolak menggunakan AI.

"Perlu dilakukan training tapi juga terutama bagi generasi yang lebih tua agar tidak memandang hal ini sebagai threat lagi," tambahnya.

3. Infrastruktur dan regulasi

Terakhir tantangan datang dari sisi infrastruktur. Agar bisa disebut menjadi negara yang siap menerapkan AI, teknologi Indonesia harus maju di setiap daerahnya.

Tapi, dari sisi alat saja belum semua masyarakat Indonesia memilikinya terlebih mereka di daerah 3T. Selain itu yang paling perlu diperhatikan adalah masalah regulasi penggunaannya.

Menurut Chan setiap senat universitas di Indonesia sudah memiliki regulasi internal. Regulasi ini mengatur masalah etika dan aturan lain yang harus diikuti oleh mahasiswa dan dosen.

Hal ini tentu saja dilakukan untuk menghindari potensi pelanggaran akademik cheating, plagiarisme ataupun sebagainya. Tetapi aturan tersebut belum cukup, diperlukan aturan besar yang diakui secara nasional.

Mengenai hal itu, Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Dikti, Prof Dr Sri Suning Kusumawardani meyakinkan bila Kemendikbudristek segera mengeluarkan kebijakan nasional tentang penggunaan AI di tahun 2024. Meski belum bisa ditentukan kapan tanggal resmi peluncurannya, Suning meyakinkan regulasi ini akan segera rilis.

"Yang bisa dipastikan adalah regulasi terkait AI akan segera rilis dan harapannya bisa menjadi Permendikbud karena berlaku di lingkungan pendidikan," pungkas Suning.




(det/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads