Universitas di Inggris Ramai-ramai Pecat Staf Pengajar, Kenapa?

ADVERTISEMENT

Universitas di Inggris Ramai-ramai Pecat Staf Pengajar, Kenapa?

Nikita Rosa - detikEdu
Selasa, 19 Mar 2024 17:00 WIB
The union flag flies over the Houses of Parliament in Westminster, in central London, Britain June 24, 2016.     REUTERS/Phil Noble
Universitas di Inggris Pecat Staf Pengajar. (Foto: REUTERS/Phil Noble)
Jakarta -

Universitas di Inggris ramai-ramai memecat ratusan staf pengajar. Kondisi ini diduga akibat penurunan drastis jumlah mahasiswa asing yang mendaftar pada program-program tersebut.

Diketahui, sebagian besar universitas menutup biaya pendidikan dengan menerima mahasiswa luar negeri. Para mahasiswa asing ini dikenakan biaya pendidikan yang jauh lebih mahal dibandingkan mahasiswa dalam negeri.

Menurut Badan Statistik Pendidikan Tinggi, mahasiswa luar negeri mencakup 24 persen dari seluruh mahasiswa pendidikan tinggi pada tahun akademik 2021-2022. Namun, data penerimaan awal menunjukkan adanya penurunan 37 persen dalam perekrutan di luar negeri untuk tahun keuangan mendatang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Upaya Universitas

Karena penurunan mahasiswa asing, pimpinan universitas telah memperingatkan serangkaian penghematan biaya. Mulai dari menutup program studi hingga memecat staf pengajar.

Pada tahun akademik ini, setidaknya 15 universitas di Inggris telah mengumumkan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan langkah-langkah penghematan biaya dalam upaya menyelamatkan keuangan mereka.

ADVERTISEMENT

Sebelumnya pada bulan Maret, lebih dari 120 staf di Universitas Sheffield Hallam menerima surat risiko PHK, yang memberi mereka waktu hingga 18 Maret untuk mengambil PHK secara sukarela atau mengajukan peranan dalam jumlah terbatas. Pada bulan Februari, Universitas Kent mengusulkan pengurangan 58 pekerjaan dan sembilan program studi sebagai respons terhadap kondisi keuangan ini.

"Saya sudah mengenyam pendidikan tinggi selama 30 tahun dan para pemimpin senior lebih khawatir daripada yang pernah saya lihat," ujar John Rushforth, sekretaris eksekutif Komite Ketua Universitas, dalam Independent dikutip Selasa (19/3/2024).

Dia mengatakan, bahwa beberapa universitas melakukan efisiensi untuk mengurangi kemungkinan bangkrut.

"Pada dasarnya, Anda harus meningkatkan pendapatan, atau mengurangi kualitas atau volume," ujarnya.




(nir/nwy)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads