Viral Pelecehan Sesama Anak TK, Pakar Unair Sebut Ini Pemicunya

ADVERTISEMENT

Viral Pelecehan Sesama Anak TK, Pakar Unair Sebut Ini Pemicunya

Cicin Yulianti - detikEdu
Senin, 05 Feb 2024 19:30 WIB
Ilustrasi Kekerasan pada Anak
Ilustrasi kekerasan anak. Foto: iStock
Jakarta -

Pada awal tahun ini, dunia pendidikan dikejutkan oleh pelecehan yang dilakukan oleh siswa TK di Pekanbaru, Riau. Mirisnya, pelaku melakukan pelecehan terhadap kawannya sendiri.

Korban mengaku aksi dari kawannya telah dilakukan sejak Oktober 2023. Kasus baru terungkap pada Januari 2024 lantaran korban diinterogasi oleh sang ayah setelah perilakunya berubah.

Menanggapi kasus tersebut, pakar psikologi Universitas Airlangga (Unair) Dr Neny Nur Ainy Fardana M Si menyayangkan hal demikian bisa menimpa anak usia dini. Padahal, masa PAUD-TK seharusnya menjadi masa menyenangkan bagi siswa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Neny menjelaskan anak usia TK memang sudah dapat mengerti kapan ia harus membuang kotoran (fase anal). Termasuk keinginan mengeksplorasi area anal dan sekitarnya.

ADVERTISEMENT

"Mereka juga mulai mengenali konsep tubuh dan bagian-bagian tubuhnya. Hal ini merupakan hal alamiah yang dialami oleh anak. Namun, yang perlu ditekankan bahwa saat fase tersebut tidak ada hasrat seksualitas," jelas Neny dalam laman Unair, dikutip pada Senin (5/2/2024).

Faktor Lingkungan Sekitar

Lebih lanjut, Neny mengungkap faktor yang dapat memicu anak usia dini melakukan pelecehan seperti demikian. Menurutnya, faktor lingkungan sekitar menjadi pemicu utama anak bisa bertindak seperti itu.

Mereka bisa menjadikan aktivitas dan perilaku orang di sekitarnya sebagai contoh. Konsep tersebut oleh Albert Bandura diberi istilah social modelling.

Anak usia dini cenderung akan mengamati perilaku orang lain dan mengolahnya secara abstrak. Mereka menerima informasi secara mentah, kemudian menirunya.

Neny mengimbau orang tua untuk lebih berhati-hati saat bertindak di depan anaknya yang masih kecil. Di fase anak banyak merasa penasaran ini, orang tua harus mengarahkannya dengan baik.

"Peran orang tua tak hanya sebagai pendamping, namun juga memberikan pemahaman kepada anak agar nantinya anak dapat memaknai dan mencerna hal baik di sekitar mereka. Baik itu berupa tontonan, perilaku, dan kebiasaan," katanya.

Ketertarikan anak yang tinggi membuatnya ingin mencobanya juga. Informasi yang membuatnya penasaran akan mereka simpan di memori, kemudian mereka coba untuk lakukan.

"Sebagai contoh, biasanya anak-anak cenderung mengingat lagu, gerakan dan cara bicara pada tontonan kartun. Demikian juga dengan pelaku kekerasan seksual oleh anak TK, anak tersebut memiliki ketertarikan untuk melakukan aktivitas seksual dan menyasar pada teman sebayanya," jelas Neny.

Perlu Pendampingan atau Bantuan Tenaga Profesional

Menurut Neny, korban maupun pelaku perlu mendapatkan pendampingan dari orang tua maupun tenaga profesional. Pasalnya, pelecehan di masa kanak-kanak dapat menimbulkan dampak besar terhadap keberlangsungan hidup mereka.

Korban dibantu untuk bisa pulih dari traumanya. Sementara itu, pelaku pun harus diberikan pendampingan dan pemahaman bahwa tindakan yang dilakukannya salah.

"Jadi pendampingan dan bantuan tenaga profesional seharusnya diberikan oleh kedua belah pihak. Jika tidak, akan sangat berdampak pada keberlangsungan hidup mereka," ungkapnya.

Neny mengingatkan kembali para orang tua untuk bisa mengawasi anak-anaknya. Selain itu, orang tua harus lebih hati-hati dalam bersikap, jangan sampai menjadikan sang anak meniru perilaku-perilaku buruk.

"Salah asuh anak rapuh, tepat asuh anak tangguh. Harapannya, peristiwa ini tidak akan terjadi lagi dan para orang tua harus proaktif dalam tumbuh kembang anak,"pungkasnya.

(cyu/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads