Pakar UM Surabaya: Pendidikan Seksual Perlu Dipelajari sejak TK

ADVERTISEMENT

Pakar UM Surabaya: Pendidikan Seksual Perlu Dipelajari sejak TK

Cicin Yulianti - detikEdu
Selasa, 16 Jan 2024 11:30 WIB
Puluhan Siswa TK di Ponorogo Beri Pesan Perdamaian Dunia
Ilustrasi siswa TK. Foto: Charolin Pebrianti
Jakarta -

Berdasarkan data KPAI, sepanjang 2023 ada sebanyak 3.000 kasus kekerasan seksual yang menimpa anak. Ditambah dengan kasus yang tak dilaporkan, kasus kekerasan seksual anak bisa lebih dari jumlah tersebut.

Menanggapi kasus ini, dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UM Surabaya, Sri Lestari mengatakan pendidikan seksual bisa jadi solusi dalam menekan jumlah kasus kekerasan seksual. Ia menyebut pendidikan seksual perlu lebih jelas masuk ke dalam kurikulum sekolah.

"Sejauh ini, kurikulum yang memuat satu aspek muatan pendidikan seksual adalah Kurtilas (Kurikulum pembelajaran tahun 2013). Hanya saja, materi yang ada tidak secara kompleks memuat pendidikan seksual namun hanya tentang kesehatan reproduksi dan itu baru diberikan pada tingkat SMA dan SMP. Padahal, semakin dini pendidikan seksual diberikan maka semakin baik," jelasnya, dikutip dari laman UM Surabaya, Selasa (16/1/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perlu Dikenalkan sejak Dini

Tak hanya siswa SMP dan SMA, Sri menyebut pendidikan seksual peru dikenalkan mulai di tingkat taman kanak-kanak (TK). Tujuannya untuk membuat mereka semakin memahami perbedaan antara laki-laki dan perempuan.

ADVERTISEMENT

Selain itu, anak-anak bisa mulai peduli terhadap kebersihan organ dan perlindungan organ seks mereka. Cara pengajarannya bisa dilakukan lewat pembiasaan.

"Implementasinya pada kegiatan pembelajaran di sekolah dapat dilakukan pada pembiasaan menjaga kebersihan setelah buang air maupun pemahaman bahwa organ seksual tidak boleh disentuh oleh sembarangan orang," jelas Sri.

Pemahaman Kematangan Hubungan bagi Siswa SD

Sri tak memungkiri bahwa pubertas dan kematangan seksual saat ini semakin cepat. Banyak anak SD yang sudah tak takut menjalin hubungan seperti pacaran dengan kawan sebayanya.

Oleh karena itu, menurutnya pendidikan seksual di tingkat SD bisa lebih berfokus pada kesadaran gender dan kematangan hubungan dengan teman sebaya. Dengan begitu, siswa bisa tahu resiko seksual sedini mungkin.

Menurut Sri, pendidikan seksual tidak boleh dianggap tabu demi upaya mengurangi angka kekerasan seksual di sekolah. Ia menambahkan, pemerintah perlu mengimplementasikan upaya tersebut melalui konten kurikulum yang sesuai dengan masing-masing tingkat sekolah.

"Pemahaman yang tepat tentang seks dan seksualitas dapat menjadi kekuatan dan sekaligus benteng bagi anak dan remaja dari usaha-usaha pelecehan dan kekerasan seksual dan derasnya paparan negatif arus internet," tutupnya.




(cyu/nah)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads