Melansir kantor berita China, Xinhua, ditulis Rabu (31/1/2024), banyak anak-anak di Jalur Gaza terpaksa meninggalkan rumah dan sekolah mereka semenjak Israel melakukan genosida pasca 7 Oktober 2023. Selain menewaskan 25.295 lebih warga Palestina, banyak sekolah dan perguruan tinggi yang ikut dihancurkan.
"Karena tidak bisa bersekolah, para siswa mengalami stres karena harus melalui situasi mengerikan akibat operasi militer yang sedang berlangsung di Gaza," kata guru matematika berusia 45 tahun itu.
"Akibat kurangnya rasa aman, beberapa anak mulai berperilaku negatif seperti melakukan tindakan kekerasan, terutama mereka yang tinggal di pengungsian," ujarnya.
Untuk membantu anak-anak di pengungsian, al-Arabid memutuskan untuk mengambil tindakan sendiri dan menawarkan pendidikan gratis kepada anak-anak usia sekolah di sekolah dasar al-Quds di Rafah. Kurikulum yang diajarkan al-Arabid di sekolahnya meliputi matematika, sains, dan bahasa Arab.
Niat baik tidak selalu berjalan mulus. Ia merasa kesulitan untuk terus mengajar karena kurangnya pena, kertas, buku tulis dan buku pendidikan.
Dia kemudian membuat keputusan untuk lebih berkonsentrasi dalam mengajar siswa menghafal, dengan mengatakan bahwa hal itu akan membantu anak-anak Gaza itu menjadi lebih cerdas dan fokus.
Salah satu orang tua murid al-Arabid, Samah al-Marsi (42), seorang ibu tiga anak mengatakan, pemerintah Israel ingin menghancurkan semua aspek kehidupan di Gaza dan menjadikannya tidak stabil. Anak-anak kehilangan seluruh hak asasi mereka di Gaza, termasuk hak mereka untuk hidup, bersekolah, dan bermain.
"Inisiatif al-Arabid membantu putra saya yang berusia delapan tahun melanjutkan kelasnya, memulihkan gairah hidupnya, dan menghilangkan ketakutannya bahwa dia akan dibunuh oleh tentara Israel," ujar al-Marsi.
Ditambahkan salah satu murid dari puluhan murid al-Arabid, Mohammed Abu Reziq, adalah seorang remaja pengungsi yang kehilangan sekolahnya akibat genosida Israel di Kota Gaza. Setelah mengikuti kelas dengan al-Arabid, ia merasa memiliki harapan bahwa kelak ia akan hidup normal lagi.
"Saat ini, saya telah mengenal teman sekelas baru dan saya merasa telah kembali ke sekolah saya sebelumnya, yang memberi saya harapan bahwa saya akan kembali ke kehidupan normal segera setelah tentara Israel mengakhiri perangnya melawan Gaza," kata siswa berusia 12 tahun tersebut.
Israel telah melancarkan serangan besar-besaran di Gaza untuk membalas serangan mendadak kelompok perlawanan Hamas di Israel Selatan pada 7 Oktober 2023. Serangan balasan tersebut selain menewaskan warga, juga menghancurkan fasilitas umum seperti; kantor pemerintahan, sekolah hingga rumah sakit.
(hnh/nwk)