Cerita Amadea Raih IPK Tertinggi, Belajar 14 Jam Sehari dan Aktif Organisasi

ADVERTISEMENT

Cerita Amadea Raih IPK Tertinggi, Belajar 14 Jam Sehari dan Aktif Organisasi

Cicin Yulianti - detikEdu
Senin, 29 Jan 2024 16:00 WIB
Amadea, peraih IPK tertinggi di UIN Jakarta
Amadea, peraih IPK tertinggi di UIN Jakarta. Foto: Dok UIN Jakarta
Jakarta -

Lulus dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tertinggi adalah pencapaian berharga bagi seseorang. Seperti yang dirasakan oleh Amadea Azzahra Sonia Pertiwi, wisudawan Profesi Dokter ke-47 Fakultas Kedokteran, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada momen wisuda dan pengambilan sumpahnya sebagai dokter, Amadea dinobatkan sebagai peraih IPK tertinggi yakni 3,70. Momen sakral tersebut akhirnya dibalut dengan rasa haru atas pencapaian yang tidak ia duga sebelumnya.

"Hal ini dapat menjadi hadiah yang dapat saya berikan orang-orang yang dengan tulus mendoakan dan mendukung saya selama ini. Bisa menyandang gelar mahasiswa IPK tertinggi tidak menyangka, karena saya tidak menargetkan hal ini sebelumnya," kata Amadea dalam laman UIN Jakarta, dikutip Senin (29/1/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rutin Belajar 14 Jam Sehari

Pencapaian Amadea bukanlah sebuah keberuntungan, ia mengaku kuliah adalah fokus utamanya. Untuk menyelesaikan studinya, Amadea bahkan harus merelakan jam istirahatnya dan berkumpul bersama keluarga.

Dalam sehari, Amadea bisa menghabiskan waktu 14 jam hanya untuk belajar. Hal ini membuat waktu tidurnya sekitar 3-4 jam saja.

ADVERTISEMENT

"Tidur hanya 3-4 jam. Kehilangan waktu untuk bertemu pada momen-momen penting keluarga dan teman-teman. Masuk IGD semalam langsung pulang untuk menjalani koas. Belajar 14 jam dalam sehari dalam mempersiapkan ujian nasional dokter," ujar Amadea.

Menurutnya, sebagai manusia sudah sewajarnya ia haus akan pengetahuan baru. Selama menempuh pendidikan, Amadea mempunyai niat untuk selalu memberikan yang terbaik bagi dirinya juga sebagai bentuk ibadah.

"Saya merasa, ilmu adalah kebutuhan masing-masing insan manusia. Saya tidak membatasi apa yang saya baca dan pelajari. Sehingga, selama saya merasa belum tahu dan ingin tahu saya akan mencari jawabannya hingga ketemu," ungkapnya.

Aktif Berorganisasi Saat Kuliah

Walaupun merupakan sosok yang tekun belajar, tetapi Amadea bukan seorang kutu buku saja. Ia juga aktif di berbagai organisasi dan kegiatan kampus.

"Semasa S1, saya mengikuti organisasi CIMSA divisi SCOPH yang fokus pada kegiatan public health. Mengangkat isu-isi non communicable disease, seperti masalah mental, gizi, rokok, diabetes dan lain-lain," tutur perempuan asal Ponorogo tersebut.

Amadea sering terlibat dalam kegiatan yang diadakan oleh lembaga kesehatan. Ia juga mempunyai pengalaman menulis jurnal internasional bertema kesehatan mental.

"Kemudian terjun langsung di masyarakat, bekerja sama dengan lembaga-lembaga seperti UNICEF Indonesia dan sebagainya. Saya juga melakukan penelitian yang kemudian dipublikasikan berupa jurnal terkait isu depresi pada mahasiswa yang diterbitkan di Malaysian Journal of Medicine and Health Science," paparnya.

Perempuan yang baru saja meraih gelar dokter ini berpesan kepada mahasiswa lain agar senantiasa semangat dalam mendapatkan ilmu. Menurutnya, tidak ada batas ruang maupun waktu dalam mengejar pendidikan.

"Ilmu tidak memiliki batas ruang dan waktu. Bagaimana kita haus akan ilmu, dan berusaha untuk terus memenuhi kebutuhan akan ilmu kita masing-masing. Dengan melakukan yang terbaik, maka Allah sendiri yang akan memberikan mengkarunia-Nya," tuturnya.

(cyu/nwy)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads