Kisah Anas, Besar di Panti Asuhan hingga Berhasil Dapat Beasiswa LPDP

ADVERTISEMENT

Kisah Anas, Besar di Panti Asuhan hingga Berhasil Dapat Beasiswa LPDP

Cicin Yulianti - detikEdu
Selasa, 02 Jan 2024 13:00 WIB
Anas, penerima beasiswa LPDP dengan kisah inspiratifnya
Anas, penerima beasiswa LPDP dengan kisah inspiratifnya. Foto: Media Keuangan Kemenkeu
Jakarta -

Dibesarkan di panti asuhan bukan sebuah halangan bagi seseorang untuk dapat meraih pendidikan tinggi. Seperti yang diyakini oleh Anas Anwar Nasirin, salah satu penerima beasiswa LPDP Afirmasi Prasejahtera.

Anas tak menggubris bahwa dirinya lahir dari keluarga yang berekonomi kurang. Ayah Anas dulu adalah pedagang topi dan peci.

Namun, pada 2005 sang ayah mulai sakit jiwa dan pada 2010 ia berpulang. Sementara ibu Anas saat itu adalah buruh tani dan sempat terkena stroke sehingga tidak bisa bekerja.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Akhirnya, Anas terpaksa harus tinggal di panti asuhan agar bisa tetap bersekolah. Separuh hidupnya ia habiskan tumbuh dan belajar di pondok pesantren yatim piatu.

ADVERTISEMENT

"Dan akhirnya tanggal 10 Juli tepatnya hari Jumat tahun 2009 saya berangkat ke Panti Asuhan Ar-Rasyid Subang. Di Panti Asuhan Ar-Rasyid Subang saya tempuh sampai tahun 2012. Dan dari tahun 2012 hingga tahun 2015, saya tinggal di Pondok Pesantren Yatim Piatu dan Dhuafa Darul Inayah. Dan dari tahun 2015 sambil berkuliah di Unpad, saya tinggal di Panti Asuhan Riyatul Jannah," ungkap Anas, dikutip dari laman Media Keuangan Kemenkeu, pada Selasa (2/1/2024).

Perjuangan Menempuh Pendidikan Sarjana

Anas tak pantang menyerah untuk melanjutkan pendidikan. Ia berusaha mendapatkan beasiswa Bidikmisi pada 2015, dan akhirnya diterima lewat jalur SBMPTN (sekarang SNBT) di jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran (Unpad).

Selama kuliah, Anas aktif ikut kegiatan akademik maupun non-akademik. Anas pun berhasil menjadi Mahasiswa Berprestasi 2017 di FIB Unpad.

Namun, tantangan berat harus ia hadapi saat menyusun skripsi. Anas yang harus bolak-balik menengok adiknya serta sering begadang mengerjakan skripsi mengakibatkan dirinya terkena cerebral palcy.

Kondisi wajah Anas kala itu menjadi tak simetris, sulit tersenyum, dan mata kirinya tak bisa berkedip. Hal tersebut membuat mental Anas pun menjadi menurun (down).

Akan tetapi, Anas tetap melakukan pengobatan rutin selama setahun sehingga bisa kembali pulih. Setelah skripsi tuntas dan ia meraih gelar sarjana, Anas ditawari untuk melanjutkan pendidikan S2 ke Brunei Darussalam oleh dosennya.

Dengan berat hati, Anas harus menolak tawaran tersebut karena ia memiliki kewajiban mengabdi di Pondok Pesantren Yatim Piatu dan Dhuafa Darul Inayah, tempat yang telah banyak membantunya selama ini.

Dapat Beasiswa LPDP dan S2 di UI

Pada 2022, Anas mendapat dukungan dari orang-orang sekitarnya untuk mendaftar beasiswa LPDP. Walaupun orang di sekitarnya yakin Anas bisa diterima karena prestasinya, tetapi ia sendiri tak yakin soal kemampuan bahasa Inggrisnya yang belum handal.

"Kendala yang saya hadapi pada saat itu yaitu dalam rendahnya kemampuan bahasa Inggris. Namun saya berkeyakinan bahwa saya harus mencobanya dan harus menyelesaikan proses ini karena memang ini yang menjadi target saya untuk menjadi awardee LPDP dan bisa melanjutkan studi pada jenjang magister," ungkapnya.

Dengan tekadnya yang kuat, Anas berhasil diterima S2 Ilmu Sejarah di Universitas Indonesia (UI).
Ia mengambil jurusan yang linear dengan S1 karena menurutnya ilmu sejarah sangat penting untuk kehidupan manusia.

"Pada saat ini pengkajian sejarah semakin terspesialisasi melalui perdebatan dan juga pengkajian fakta-fakta kehidupan di masa lalu," kata Anas.

Dirikan The Prospektive

Anas merasa bahwa keberhasilannya dalam mendapat pendidikan tidak lepas dari peran panti asuhan. Oleh karena itu, Anas mendirikan organisasi alumni bidikmisi dan panti asuhan yang mendaftar LPDP bernama "The Prospektive LPDP".

Ia mendirikan organisasi tersebut bersama rekannya, Yusuf Ridwansyah. Organisasi yang dibuatnya memberikan sosialisasi dan pengenalan tentang beasiswa kepada anak-anak muda di panti.

"Kami berdua tahu bahwasanya teman-teman di panti asuhan ini memiliki ketakutan yang besar untuk mendaftar beasiswa LPDP, yang pertama karena rendahnya kemampuan mereka dalam bahasa Inggris. Yang kedua untuk panti asuhan saat ini belum ada skema beasiswa LPDP secara khusus. Informasi tentang beasiswa LPDP belum menyasar mereka," kata Anas.

"Banyak sekali yang akhirnya putus di tengah jalan karena yang pertama mereka tadi (tidak memiliki kemampuan) bahasa Inggris. Kemudian, secara finansial mereka merasa kekurangan dan dari sana cukup dikhawatirkan karena sebenarnya mereka juga punya keinginan menjadi awardee LPDP untuk melanjutkan studi di S2," sambungnya.

(cyu/nwy)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads