Ashinaga Foundation adalah sebuah Lembaga Pendidikan Jepang untuk melakukan studi di Hiroshima University, Jepang. Omang, panggilan akrabnya, diketahui sudah melakukan studi sejak Oktober 2023 hingga September 2024 mendatang.
Sudah belajar hampir tiga bulan di Jepang, Omang mulai merasakan perbedaan sistem pendidikan terutama pada dunia perkuliahan antara Hiroshima University dan Unair. Salah satunya adalah tentang fleksibilitas.
Sistem Pendidikan yang Fleksibel
Dijelaskan Omang, bila Hiroshima University memiliki program pembelajaran yang membebaskan mahasiswa pertukaran mengambil kelas lintas bidang keilmuan. Langkah ini menjadi poin yang baik karena mahasiswa bisa memilih kelas sesuai yang mereka sukai.
Bila di Indonesia pembelajaran berjalan selama satu semester, di Hiroshima University berbeda. Mereka menggunakan sistem term yang berjalan 2-3 tiga bulan waktu berjalan.
"Setelah pergantian term, mahasiswa dapat mengubah mata kuliah yang ingin mereka pelajari," jelas Omang dikutip dari rilis di laman resmi Unair, Jumat (29/12/2023).
Seperti negara Jepang yang terkenal dengan disiplin waktu, Hiroshima University pun begitu. Menurutnya, kampus itu memiliki sistem belajar yang ketat dan disiplin dalam setiap term pembelajaran.
Sebagai contoh, Omang masuk ke Hiroshima University di 3rd term yang berakhir pada 30 November 2023. Kini, ia berada di 4th term yang akan berlangsung hingga Januari pertengahan 2024.
"Mahasiswa juga harus mengambil minimal tujuh matkul per kelas atau 10 jam sebagai ketentuan dari Visa Student," imbuhnya.
Langkah untuk Wujudkan Karier Impian
Dengan kesempatan baik ini, Omang memanfaatkan waktu untuk menunjang karier impiannya sebagai seorang akademisi. Salah satu yang dilakukan adalah mengambil kelas dari Fakultas Pendidikan.
Usut punya usut, ia ingin menjadi tenaga pendidik spesialisasi bahasa Jepang. Sehingga dengan fleksibilitas program yang diikuti, ia mulai melakukan impiannya.
"Saya juga mengikuti kelas Introduction to Japanese Education yang memungkinkan kita untuk mendatangi sekolah-sekolah yang berada di kota sekitar. Selain itu, saya juga mengambil kelas Upper-Intermediate Japanese dan Academic Presentation Japanese as a second language untuk lebih dekat meraih cita-cita saya," tambahnya.
Terakhir, ia memanfaatkan kesempatan ini untuk mendapatkan jaringan dengan mahasiswa internasional. Omang juga ikut mempelajari bahasa dan kebudayaan dari negara peserta exchange lainnya.
Seperti Cina, Korea, Amerika, Inggris, Prancis, Filipina, Hongkong, Myanmar, dan Vietnam. Dengan begitu, Omang berharap dirinya bisa menghasilkan output yang lebih baik dan bisa bermanfaat untuk lingkungan sekitarnya.
Namun bila detikers belum memiliki kesempatan seperti Omang, jangan khawatir. Karena Kampus Merdeka memiliki berbagai program serupa yang bisa menjadi langkah untuk tingkatkan kompetensi dirimu!
(det/nwk)