5 Tips Jaga Kesehatan Mental Bagi Mahasiswa S3 di Luar Negeri

ADVERTISEMENT

5 Tips Jaga Kesehatan Mental Bagi Mahasiswa S3 di Luar Negeri

Devita Savitri - detikEdu
Senin, 25 Des 2023 12:00 WIB
Thoughtful indian business woman looking away feeling bored pensive thinking of problem solution in office with laptop, serious hindu employee searching new ideas at work unmotivated about dull job
[Ilustrasi] Tips jaga kesehatan mental mahasiswa S3 di luar neger. Foto: Getty Images/iStockphoto/fizkes
Jakarta - Tiga perempuan lulusan S3 di Australia bagikan tips untuk menjaga kesehatan mental selama menjalani studi doktoral di luar negeri. Tips ini bisa digunakan untuk detikers yang tengah merasa down sehingga siap melanjutkan pendidikan hingga selesai.

Apa saja? Berikut penjelasannya dikutip dari bincang-bincang di Instagram Live OptShe dan PhD Mama Indonesia "Mengejar PhD vs Keluarga: Emang Boleh Se-dilema Ini?" pada Sabtu (23/12/2023).

5 Tips Jaga Kesehatan Mental Bagi Mahasiswa S3 di Luar Negeri

1. Jangan terlalu perfeksionis!

Hani Yulindrasari, Pakar Psikologi Gender, dosen, dan Ketua Satuan Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) menjelaskan bila tips pertama untuk menyelesaikan studi S3 di luar negeri adalah jangan terlalu memaksakan diri dan perfeksionis.

Mahasiswa boleh memiliki ambisi, tetapi lebih baik adalah ambisi yang bisa diukur. Jadi lebih baik menurut Hani, tetapkan tujuan yang bisa kita capai.

"Kalau misalkan kita terlalu perfectionist, menurutku akan sulit selesai. Kalau aku yang penting selesai, lulus, kembali ke Indonesia dan menerapkan ilmu kepada penerus bangsa nantinya," ujar Hani.

2. Hidup seimbang

Hani menambahkan tak ada salahnya meskipun mahasiswa S3 untuk tetap senang-senang. Ia menyarankan untuk menjalankan ritme 8-8-8.

"Kalau memungkinkan aturlah 8 jam belajar, 8 jam istirahat, dan 8 jam have fun," tambahnya.

Ia menyadari hal itu terlalu sulit untuk dilakukan mahasiswa S3 terlebih mereka yang berkuliah dengan membawa keluarga. Untuk itu, Hani menambahkan setidaknya dalam satu hari kita tetap melakukan aktivitas yang membuat tubuh rileks, seperti olahraga.

"Karena berkeluarga, cara saya menjaga agar tetap balance adalah olahraga, ke kampus naik sepeda, ikut fitness club, belajar baking sama ibu-ibu, atau cuma ke kafe menggosip bersama rekan seperjuangan," tuturnya.

3. Punya support system

Bagi Hani, memiliki support system adalah poin terpenting menjaga mental mahasiswa tetap baik. Tentu saja mereka adalah keluarga, baik orang tua, anak-anak, ataupun suami.

Meski begitu, lulusan Psikologi Universitas Gadjah Mada ini menjelaskan tak ada salahnya untuk memiliki support system atau teman yang memiliki pengalaman yang sama. Jadi, kita bisa berkeluh kesan tentang masalah yang serupa meski tak selalu sama.

Menurutnya, mahasiswa PhD kerap memiliki rasa inferioritas (merasa diri sendiri kekurangan) bila bertemu dengan sosok yang dianggap lebih baik. Untuk itu, tak ada salahnya untuk terbuka satu sama lainnya.

4. Libatkan suami selama PhD

Bila ketika menempuh studi S3 detikers sudah menikah, Farahdiba Rahma Bachtiar, Dosen UIN Alauddin Makassar mengatakan kita harus melibatkan suami atau pasangan sebagai partner dalam perjalanan. Lebih baik terbuka sejak awal agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.

"PhD tentu saja bukan perjalanan yang mudah, saya yakin bagi setiap orang begitu. Tapi kita harus mau terbuka terutama kepada orang terdekat," ujarnya.

5. Menemukan pembimbing yang tepat

Terakhir, Kanti, founder PhD Mama Indonesia menambahkan bila menemukan pembimbing atau supervisor yang tepat juga membantu menjaga kesehatan mental mahasiswa. Terlebih mahasiswa perempuan kerap merasakan kondisi-kondisi yang unik.

Untuk itu, penting menemukan sosok pembimbing yang bisa memberikan pengertian. Ia sadar hal ini tidak mudah didapatkan, sehingga menurutnya sistem pendidikan di perguruan tinggi juga harus diperhatikan.

"Perguruan tinggi harus mulai memikirkan nih tentang bentuk-bentuk dukungan seperti apa secara sistem atau kebijakan-kebijakan bagi mahasiswa perempuan. Misalnya memberikan cuti yang memadai untuk ibu yang melahirkan misalnya," ungkapnya.

Dengan tegas ia menyatakan, secara sistem kampus di Indonesia atau internasional sudah mulai harus memikirkan kebijakan yang baik. Terutama bagi mahasiswa S3 yang akan atau sudah berkeluarga.

Nah itulah 5 tips dalam menjaga kesehatan mental bagi mahasiswa S3 di luar negeri. Semoga bermanfaat ya detikers!


(det/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads