Berkuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB) mendatangkan suasana budaya dan keseharian yang menarik bagi mahasiswa satu ini. Ia adalah Ayana Morita, mahasiswi pertukaran pelajar dari Jepang.
Perempuan yang disapa Ayana tersebut adalah mahasiswi dari Sophia University. Kini, ia tengah menjalani pertukaran pelajar di prodi Manajemen, Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) ITB.
Tertarik dengan Budaya Indonesia Sedari Dulu
Sebelum menginjakkan kakinya langsung di Tanah Air, Ayana mengaku sudah tertarik dengan Indonesia sejak berkuliah di Jepang. Bahkan, ia mengambil kursus Bahasa Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Oleh karena itu, tanpa berpikir panjang ia putuskan untuk menjadikan Indonesia sebagai tujuan pertukaran pelajar luar negeri. Adapun ITB ia pilih karena punya banyak program menarik.
"Saya ingin tahu lebih banyak tentang Indonesia, dan ITB adalah pilihan yang menarik karena menawarkan program yang berbeda dengan yang saya pelajari di Jepang," katanya dilansir dari laman ITB, Rabu (9/4/2025).
Sempat Struggle dengan Tugas Kelompok
Salah satu tantangan yang dihadapi Ayana saat berkuliah di ITB adalah sistem mengerjakan tugas. Di Jepang tugas-tugas dikerjakan secara individu, sedangkan di ITB harus berkelompok.
"Tugasnya memang sulit, terutama karena saya harus berkoordinasi dengan teman-teman di grup melalui aplikasi pesan. Tapi, saya sangat bersyukur karena tidak merasa kesulitan bahasa di SBM," kata Ayana.
Meski demikian, dalam hal materi SBM ITB menurutnya sangat bermanfaat baginya. Menurutnya, materi yang diajarkan sangat relevan dengan kebutuhan dunia industri.
Oleh teman-temannya, Ayana diajak ikut Unit Kebudayaan Aceh (UKA) dan mencoba yukata koleksi Unit Kebudayaan Jepang (UKJ). Di sana ia belajar menari tarian tradisional seperti Saman.
"Meskipun tarian ini sulit, tetapi belajar hal ini adalah pengalaman paling seru dan mengasyikkan selama berkuliah di ITB," ujarnya.
Kagum dengan Keramahan Warga Indonesia
Selain menceritakan pengalamannya berkuliah di ITB, Ayana juga mengakui warga Indonesia sangat ramah. Meski awalnya terkendala bahasa, tetapi ia tetap merasa diterima oleh masyarakat.
"Pesan yang saya dapatkan dari pengalaman ini adalah bahwa setiap perbedaan budaya adalah kesempatan untuk belajar dan tumbuh. Saya juga merasa bahwa keramahan orang Indonesia adalah hal yang luar biasa. Meskipun saya merasa sedikit terkejut saat pertama kali datang, saya segera menyadari bahwa hal ini adalah bagian dari kehidupan sehari-hari di sini," bebernya.
Hal yang membuat Ayana kaget dengan makanan di Indonesia adalah banyak yang pengolahannya digoreng. Sementara di Jepang, makanan rata-rata direbus atau kukus.
"Saya suka tempe goreng, pisang goreng manis, dan saya juga terkejut dengan banyaknya makanan yang digoreng di sini," katanya
(cyu/nwy)