Guru Besar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Universitas Brawijaya (UB) Prof Dr Ir Qomariyatus Sholihah jelaskan keadaan pendidikan Indonesia saat ini yang tak bisa lepas dari peran kecerdasan artifisial atau artificial intelligence (AI).
Namun, ia memberikan pesan untuk mahasiswa ketika menggunakan AI dalam proses pembelajaran. Menurutnya, AI pada dasarnya hanyalah sarana pendukung sehingga mahasiswa tidak menjadikannya sebagai referensi utama dalam penulisan karya ilmiah.
"AI sebenarnya sangat mendukung, terutama dalam pembuatan PPT dan referensi penjabaran dari setiap kata yang kadang mahasiswa itu tidak paham. Misalnya tentang apa sebenarnya itu ISO 18.000 begitu, dengan menggunakan AI mahasiswa akan mendapat penjelasan yang detail sekali," tuturnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal tersebut disampaikan Qomariyatus kepada detikEdu dalam acara Policy Forum on Education 2023 Tanoto Foundation, di Perpustakaan Nasional, Jalan Medan Merdeka No 11, Jakarta, Rabu (13/12/2023).
Membantu Tapi Tak Bisa Jadi Referensi Utama
Meski membantu, Qomariyatus menjelaskan ketika mahasiswa menggunakan AI mereka akan menemukan permasalahan utama yakni kurangnya sumber referensi. Ia mengatakan AI seperti ChatGPT memberikan penjelasan dari sumber yang belum benar-benar terakui.
Sedangkan dalam pembelajaran perguruan tinggi, referensi adalah hal yang wajib. Karena menurutnya apa yang akan disampaikan mahasiswa harus ditanggung jawabkan sehingga referensi lebih baik berasal dari sumber yang jelas.
Maka dari itu, AI hanyalah bertugas sebagai sarana pembantu. Nantinya mahasiswa harus melakukan pengecekan lebih lanjut pada sumber referensi dasar yang utama.
"Misalnya saya menggunakan teori Maslow dan sudah dijelaskan dalam ChatGPT. Maka selanjutnya saya harus mencari buku referensi tentang teori Maslow. Nah ini baru benar," tambahnya.
Bila mahasiswa hanya menggunakan AI sebagai sumber utama, Qomariyatus khawatir apa yang dituliskan tidak bisa dipertanggungjawabkan. Sehingga dalam kelasnya, ia menyarankan mahasiswa untuk merujuk pada sumber utama dan penggunaan AI boleh dipergunakan sepenuhnya sebagai bahan mengisi presentasi di Powerpoint.
Penggunaan AI Sebagai 'Kawan' di Proses Pembelajaran
Tak hanya di UB, Qomariyatus menjelaskan bila berbagai perguruan tinggi di Indonesia sudah menggunakan AI dalam proses belajar mengajar. Terlebih kebijakan Kampus Merdeka mendukung hal tersebut.
Meski begitu, UB memiliki fokus tersendiri terkait AI. Sehingga AI bisa dijadikan kawan untuk mendukung mahasiswa dan tenaga kependidikan agar terus kreatif dan inovatif.
"Sehingga kita tidak gaptek (gagap teknologi) terhadap informasi semua multidisiplin ilmu di seluruh dunia. Jadi, dengan adanya AI kita sangat bersyukur sekali," ujarnya.
Walaupun demikian, Qomariyatus menekankan manusia tetaplah kunci utama yang mengendalikan AI. Untuk itu setiap pengguna harus bijak dan mengedepankan akhlak agar kokoh dan tak terombang-ambing dalam arus globalisasi.
Terakhir, ia memberikan beberapa catatan terkait penggunaan AI dalam transformasi pendidikan di perguruan tinggi, seperti:
- Peningkatan literasi AI dan pemberdayaan etika AI menjadi pondasi penting meski kini memiliki dampak positif terhadap skenario pendidikan.
- Integrasi kurikulum multidisiplin dan pelatihan guru menjadi tantangan. Sehingga diperlukan investasi dan komitmen jangka panjang untuk mengatasi perubahan teknologi AI.
- Pengembangan infrastruktur digital dan model kurikulum AI yang holistik harus menjadi pilar utama dalam kesuksesan implementasi teknologi AI di lembaga pendidikan.
- Perlu keseimbangan antara inovasi teknologi AI dan prinsip etika esensial. Sehingga perlu adanya kebijakan yang memastikan keamanan, keadilan, dan tanggung jawab dalam penggunaan teknologi.
- Kolaborasi erat antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan industri krusial sehingga bisa mendorong sebuah kebijakan sesuai kebutuhan masyarakat serta mendukung inovasi yang positif.
(det/nwy)