Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Badan Bahasa) nobatkan kecerdasan artifisial atau kecerdasan buatan sebagai Kata Tahun Ini (KTI) Tahun 2023. KTI sebuah kebiasaan yang ada di dunia leksikografi.
Setiap tahunnya diangkat satu kata yang paling populer dan menggambarkan fenomena yang terjadi di masyarakat. Kata tersebut biasanya sedang hangat dibicarakan di dalam dan luar negeri, ada di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), serta hadir di dunia leksikografi negara lain.
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek Prof Endang Aminudin Aziz, MA, PhD menjelaskan di tahun 2023 ada tujuh kata yang menjadi nominasi. Namun, dengan berbagai pertimbangan dan kriteria kecerdasan artifisial atau kecerdasan buatan menjadi pemenangnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kata Tahun Ini nominasinya sampai ada tujuh seperti konser, El Nino, kendaraan listrik, kecerdasan artifisial, diplomasi, adibasa adiwangsa, dan andal," tutur Aminudin.
Hal tersebut disampaikannya dalam acara Taklimat Media "Capaian Badan Bahasa 2023 dan Kata Tahun Ini" yang berlangsung di Hotel Century, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Jumat (8/12/2023).
Mengenal Kecerdasan Artifisial
Diketahui kecerdasan artifisial atau kecerdasan buatan merupakan padanan dari artificial intelligence. Awalnya, padanan istilah yang lebih dahulu populer adalah kecerdasan buatan.
Namun, pakar bidang ilmu Teknologi Informasi dalam Sidang Komisi Istilah (SKI) Kedua Tahun 2021 sepakat bila padanan diubah menjadi kecerdasan artifisial. Hal ini juga sesuai dengan dokumen kebijakan nasional yang lebih dahulu muncul yakni Strategi Nasional Kecerdasan Artifisial Indonesia 2020-2045.
Kecerdasan artifisial dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) didefinisikan sebagai program komputer dalam meniru kecerdasan manusia. Seperti mengambil keputusan, menyediakan dasar penalaran, dan karakteristik manusia lainnya.
Sedangkan American Heritage Dictionary menjelaskan kecerdasan artifisial sebagai kemampuan komputer atau mesin lainnya untuk menjalankan aktivitas yang lazimnya dianggap membutuhkan kecerdasan tertentu.
Baca juga: 33 Idiom dan Maknanya, Sudah Tahu? |
Alasan Kecerdasan Artifisial Jadi KTI Tahun 2023
Ada beberapa alasan mengapa kecerdasan artifisial jadi KTI tahun 2023, seperti:
1. Popularitasnya relatif tinggi.
2. Kebaruan.
3. Distribusi penggunaan di berbagai bidang.
4. Munculnya banyak perusahaan teknologi informasi yang meluncurkan produk berbasis kecerdasan artifisial untuk masyarakat seperti ChatGPT.
5. Berdasarkan pencarian Google untuk halaman berbahasa Indonesia kata ini muncul dalam berbagai literatur digital sebanyak 9.410 kali untuk kecerdasan artifisial dan 9.950.000 kali untuk kecerdasan buatan.
Prof Aminudin menambahkan penetapan kata kecerdasan artifisial atau kecerdasan buatan telah melalui analisis ahli. Terlebih munculnya fenomena AI di masyarakat.
"Munculnya fenomena ChatGPT atau AI di mana-mana itu sangat luar biasa dibicarakan orang-orang. Maka kami putuskan Kata Tahun Ini dengan kecerdasan artifisial atau kecerdasan buatan sebagai pilihan," tambahnya.
Selain itu, empat lembaga Indonesia juga menandatangani kesepakatan dengan lembaga Singapura untuk berkolaborasi di bidang kecerdasan artifisial.
Lembaga-lembaga yang terlibat adalah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Kolaborasi Riset dan Inovasi Kecerdasan Buatan (Korika), perusahaan pengembang alat kecerdasan artifisial, Glair.ai dan Datasaur.ai, yang keduanya didukung oleh perusahaan modal ventura GDP Venture.
Kesepakatan ini muncul secara luas setelah bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa resmi ke-10 dalam Sidang Umum UNESCO ke-42 di Paris pada tanggal 20 November 2023 lalu.
(det/pal)