Perkembangan Artificial Intelligence (AI) telah menyebabkan disrupsi di berbagai sektor. Menanggapi perubahan ini, pemerintah akan segera merilis panduan etik dalam menggunakan AI.
Lewat Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), kebijakan bernama Strategi Nasional Kecerdasan Artifisial (Stranas KA) akan segera terbit. Kebijakan yang disiapkan sejak tahun 2020 ini ditetapkan untuk menghadapi perkembangan AI di berbagai sektor, seperti bidang usaha, pendidikan, sosial, bahkan keamanan.
Isi Panduan Etik Penggunaan AI
Hario Bismo Kuntarto selaku Ketua Tim Tata Kelola Sistem Elektronik dan Ekonomi Digital mengatakan, Kemenkominfo akan panduan etik AI akhir tahun ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami sedang merumuskan panduan etik penggunaan AI yang didasarkan pada rekomendasi-rekomendasi yang masuk ke Kominfo. Mulai dari inklusivitas, kemanusiaan, demokrasi, transparansi, keamanan, kredibilitas dan akuntabilitas. Jadi ini adalah prinsip etik yang kita coba lihat," tutur Hario dalam laman UGM, Selasa (12/12/2023).
Rumusan ini akan menjadi acuan bagi pelaku usaha dan segala aktivitas yang memanfaatkan AI. Perumusannya juga akan terus dikembangan seiring dengan berkembangnya teknologi di masa depan.
Hario menambahkan, Kominfo menyadari bahwa ketidaksiapan pengguna atau masyarakat akan perkembangan teknologi akan memunculkan berbagai persoalan. Namun, menyiapkan masyarakat melek teknologi tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat.
"Hadirnya Stranas KA ini dan partisipasi aktif pemerintah di berbagai forum menjadikan pemerintah aktif melihat ekosistem yang ada dalam perkembangan AI. Kita bersifat terbuka untuk membuat kebijakan," tambahnya.
UGM Luncurkan Prodi AI
Merespons isu perkembangan AI, UGM turut mendukung kesiapan masyarakat melalui Program Studi Magister Kecerdasan Artificial, Departemen Ilmu Komputer dan Elektronika (DIKE). Prodi yang dibuka tahun lalu ini merupakan bentuk komitmen UGM untuk tetap berpedoman pada Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni pendidikan dan pengajaran.
Hingga saat ini, prodi juga telah melakukan kolaborasi penelitian dengan banyak instansi lainnya. Contohnya ini di bidang kesehatan.
"Jadi kami dari UGM ikut membantu penggunaan AI di platform-platform rumah sakit. Sejauh ini kita juga sudah memiliki Laboratorium Sistem Cerdas, jadi khusus untuk meneliti AI. Dan profesor AI pertama di Indonesia itu ada di lab kami (Dr. Sri Mulyana, M.Kom)," ucap Afiahayati, selaku Dosen DIKE UGM.
Menurutnya, pengembangan AI perlu terus dikawal oleh tiga elemen utama, yaitu pemerintah, akademisi, industri, dan masyarakat. Kerja sama dan kolaborasi antar lintas disiplin dan sektor juga diperlukan untuk mewujudkan kesiapan AI.
(nir/nah)