Butuh waktu 15 jam perjalanan di tengah hutan untuk sampai ke SD Negeri Juhu, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan. Inilah yang ditempuh Khadijah untuk mengajar.
Untuk sampai ke SD Negeri Juhu, Khadijah berjalan dari desa bernama Kiyu, desa terakhir yang dapat diakses dengan kendaraan bermotor. Ia biasanya jalan berempat, bersama dua orang saudaranya dan satu porter (tenaga angkut logistik) dari warga Kiyu. Tasnya berisi buku pelajaran dan pakaian ganti.
Medan menuju sekolah tidak mudah. Tanjakan dan turunan curam, akar pohon di jalur tanah berbatu, serta tempelan lintah dan hewan liar kerap ditemui perempuan 53 tahun ini di hutan Pegunungan Meratus tersebut. Baginya, pemandangan pohon-pohon raksasa dan lumut hijau jadi penghibur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Merintis Pendidikan di Pegunungan
Pegunungan Meratus menjadi rumah bagi hutan hujan tropis di Kalsel. Desa Juhu, Kecamatan Batang Alai Timur terletak di sana. Di pelosok desa, berdiri sekolah dasar tempat Khadijah mengajar.
Khadijah merintis pendidikan di Desa Juhu mulai 2001. Akses pendidikan yang belum memadai membuat perempuan Dayak ini merasa terpanggil. Baginya, memberikan hak pendidikan jadi kunci agar anak-anak terbebas dari kemiskinan.
Mendapatkan Siswa
Bersama kepala desa (pembakal) setempat, Khadijah meminta tolong ke Kota Barabai, Ibu Kota Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Di sana, ia bertemu Saiful Rasyid, bupati saat itu.
Pertemuan tersebut memantik harapannya dan segera mencari anak-anak desa sekitar untuk ikut belajar, kendati fasilitas sekolah di 2001 belum tersedia. Ia juga coba meyakinkan keluarga-keluarga di sana akan pentingnya pendidikan.
Khadijah dan pembakal desa juga mendatangi setiap aruh adat (upacara adat) di balai desa. Acara-acara itu dimanfaatkannya untuk mengajak dan meyakinkan warga hingga terkumpul 90 siswa. Rata-rata berusia di atas 10 tahun, karena syarat terpentingnya yakni mau sekolah.
Bermodal siswa dan kegiatan belajar, ia dan pembakal rutin melaporkan pembelajaran pada bupati. Di 17 Mei 2001, resmilah berdiri sekolah dasar bernama SD Kelas Kecil Abdurrahman Wahid (Gusdur) itu, yang kelak bernama Sekolah Dasar Negeri Juhu. Pembangunannya dibantu Menteri Kehutanan dan Perkebunan saat itu, Marzuki Usman.
"Sangat bersyukur mendapatkan murid-murid itu dan sekarang sudah ada menjadi guru seperti saya dan mengabdikan diri di SD ini juga," tutur Khadijah, dikutip dari Antara.
Dukungan Keluarga
Perjalanan merintis pendidikan di tengah hutan Pegunungan Meratus bagi Khadijah tidak lepas dari dukungan besar orang tua. Tidak hanya dukungan moral, tetapi juga aktif membantu perjalanannya ketika cuaca buruk atau akses sulit.
Khadijah menuturkan, sang suami juga setia mendengarkan tantangan dan cerita bahagia dari kelas. Semangat 23 tahun membangun pendidikan di pegunungan menurutnya termotivasi dan mendapat kekuatan dari keluarga.
Pada 2005, Khadijah menjadi ASN PNS. Kini, ia menjabat sebagai Plt Kepala Sekolah Dasar Negeri Juhu.
Ia berharap, para guru muda tetap bersemangat mendidik sekalipun mengajar di pedalaman dengan tantangan medan dan kondisi geografisnya.
"Untuk para guru yang muda, janganlah mengeluh apabila ditempatkan di pedalaman, apakah itu guru kontrak atau P3K. Apabila dari kota ketika ditempatkan di pedalaman, ilmu yang didapat itu harus disampaikan, karena masyarakat di pedalaman perlu dibuka wawasannya. Dari siapa lagi kalau tidak dari guru demi mencerdaskan anak-anak bangsa," ujarnya.
(twu/nwk)