"Dalam menghadapi dampak perubahan iklim yang makin mengancam saat ini, kolaborasi sangat penting dan langkah strategis konkret sangat dibutuhkan, tanpa itu tidak mungkin bagi kita untuk menjamin keberlanjutan dan satu-satunya bumi yang kita cintai," ucapnya dalam laman Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dikutip Kamis (16/11/2023).
Menurutnya, perubahan iklim dan transisi energi merupakan hal yang sangat mendesak. Dalam mengatasi hal ini, Indonesia telah mengambil peran dan komitmennya.
"Untuk Indonesia, tidak perlu ragu dan tidak perlu dipertanyakan komitmen kami. Indonesia walks the talk, not talk the talk," ujarnya.
Indonesia Berhasil Turunkan Emisi dan Deforestasi
Dalam upaya menghadapi perubahan iklim, Jokowi memaparkan bahwa Indonesia telah berhasil menurunkan emisi sebesar 91,5 juta ton. Hal tersebut diikuti oleh laju deforestasi yang telah ditekan hingga 104.000 hektare.
"Kemudian kawasan hutan juga direhabilitasi seluas 77.000 hektare, hutan bakau direstorasi seluas 34.000 hektare hanya dalam waktu satu tahun," jelasnya.
Pamerkan Transisi Energi di Indonesia
Jokowi juga memaparkan sejumlah upaya yang telah dilakukan oleh Indonesia dalam melakukan transisi energi. Salah satunya adalah melalui pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung di Waduk Cirata, Provinsi Jawa Barat.
"Ini terbesar di Asia Tenggara, pembangkit listrik tenaga surya yang kita miliki baru saja kita buka dengan kapasitas 192 megawatt," ungkapnya.
Kendati demikian, Jokowi menilai bahwa saat ini masih terdapat tantangan besar bagi Indonesia dan juga negara berkembang lainnya untuk melakukan transisi energi, yakni transfer teknologi dan pendanaan.
"Inilah yang menjadi tantangan dan sering menyulitkan negara-negara berkembang karena itu Indonesia ingin memastikan bahwa transisi energi juga menghasilkan energi yang bisa terjangkau oleh rakyat, bisa terjangkau oleh masyarakat," ungkapnya.
(nir/pal)