Kabar prestasi internasional datang dari siswa-siswi SD dan SMP Labschool Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Dua tim yang terdiri dari enam siswa ini meraih dua medali perunggu dalam International Exhibition for Young Inventor (IEYI) World Contest 2023 di Taiwan.
Kompetisi inovasi dunia yang diumumkan pada 1 November 2023 lalu ini diikuti oleh 137 tim dari 9 negara. Terkait prestasi ini, Direktur Labschool Unesa Prof Dr Sujarwanto M Pd memberikan apresiasi tinggi.
Dengan prestasi ini, Indonesia ikut membuktikan bila siswa jenjang SD-SMP juga bisa bersaing dengan peserta dari negara maju lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di situ ada peserta dari Jepang, Taiwan, Rusia yang terkenal dengan kepintarannya. Artinya, siswa kita bisa bersaing dengan mereka," ujarnya dikutip dari rilis di laman resmi Unesa, Senin (13/11/2023).
Usung Inovasi Menarik
Berbicara dengan para pemenang, medali pertama yang didapatkan Labschool Unesa dipersembahkan oleh tim SD Labschool Unesa 1 Surabaya. Tim yang terdiri dari Kenji Saracen Ciptaprasetia, Erlangga Raviditya Wibawanto, dan Irfan Keindra Orlando ini mengusung inovasi berjudul 'Automatic Sound for Pets Repellent'.
Mereka mengembangkan suara otomatis untuk mengusir hewan peliharaan. Karya ini dinilai terbilang baru terlebih ide pemanfaatan teknologi di kehidupan sehari-hari ini muncul dari benak siswa usia sekolah dasar.
Sedangkan medali kedua dipersembahkan oleh tim SMP Labschool Unesa 3 Surabaya yang terdiri dari Aira (kelas 8A), Prabu Panedya Firdaus Putra Aglar (kelas 8B), dan I Gusti lanang Aditya Kenzo Daniswara (kelas 8D). Inovasi yang diusung berupa Pond Condition Monitoring System (PCMS) atau Sistem Pemantauan Kondisi Kolam.
Kepala SMP Labschool 3 Surabaya, Dian Hijrah Saputra menyatakan ide ini muncul ketika forum diskusi kegiatan Eco-Spelabsa. Pada forum ini, siswa menjelaskan ide budidaya ikan yang bisa dilakukan di sekolah dengan sistem akuaponik.
Aquaponik atau pengaturan kolam dari suhu, pH air, kelembaban, kualitas, ketinggian, kejernihan, dan kecerahan air kolam bisa terjadi menggunakan inovasi software. Dalam prosesnya, guru informatika ikut mendampingi dan kembangkan softwarenya.
Setelah jadi, PCMS melakukan proses uji coba beberapa kali hingga hasilnya bisa maksimal.
"Semua dilakukan dengan semangat inovasi dan kerja tim yang tinggi. Jadi, intinya, PCMS dari SMP Labschool unesa 3 ini hasil dari kerja keras, kolaborasi, dan kecintaan pada lingkungan dan teknologi," ucapnya.
Lebih lanjut, Prof Sujarwanto menyatakan prestasi ini adalah hasil dari sebuah transformasi sekolahnya. Dalam upaya mencapai hal tersebut, Labschool Surabaya melakukan berbagai upaya baik lewat program pertukaran hingga peningkatan kompetensi guru.
"Kita sedang bergerak ke arah internasionalisasi, gurunya kita tingkatkan kompetensinya, para siswa juga kami giring ke dalam atmosfer akademik standar internasional lewat program pertukaran. Seperti kemarin, ada mahasiswa dari luar, kita pertemukan dengan siswa kami, ada diskursus, pertukaran gagasan, dan kepercayaan diri yang bagus di situ," tutupnya.
(det/nwy)