Keren! Ditolak 16 Kampus AS, Remaja Lulusan SMA Ini Direkrut Google

ADVERTISEMENT

Keren! Ditolak 16 Kampus AS, Remaja Lulusan SMA Ini Direkrut Google

Nimas Ayu Rosari - detikEdu
Kamis, 12 Okt 2023 20:00 WIB
Stanley Zhong, lulusan siswa SMA AS ditolak 16 kampus, direkrut Google
Foto: (Tangkapan layar YouTube ABC7 News)
Jakarta -

Seorang remaja berusia 18 tahun dari Palo Alto, Amerika Serikat bernama Stanley Zhong telah lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA) Gunn tahun ini. Dia adalah siswa yang ditolak 16 dari 18 perguruan tinggi pilihannya, namun berakhir direkrut oleh perusahaan Google, sebagaimana dilansir dari laman NDTV, Rabu (11/10/2023).

Ditolak 16 Perguruan Tinggi

Zhong lulus dari SMA Gunn tahun ini dengan memperoleh IPK tertimbang 4,42 dan skor 1590 dari 1600 pada Tes Penilaian Skolastik (SAT). Dilansir dari ABC7, selama ini Zhong bahkan telah mendirikan startup bernama RabbitSign yang bergerak pada bidang elektronik.

Namun dari semua kemampuan Zhong tersebut, nyatanya ia tidak diterima oleh 16 perguruan tinggi dari total 18 perguruan tinggi pilihannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Yah, beberapa dari mereka tentu saja sangat saya harapkan. Anda tahu seperti Stanford dan MIT, ya demikianlah kenyatannya, ya kan? Saya pikir saya memiliki peluang yang bagus di beberapa sekolah negeri, tetapi ternyata saya hanya memiliki sedikit peluang dan saya tidak bisa masuk," ucap Zhong pada ABC7.

16 kampus yang menolak Zhong, antara lain Massachusetts Institute of Technology (MIT), Carnegie Mellon, Stanford, UC Berkeley, University of California, Los Angeles (UCLA), University of California, San Diego (UCSD), University of California Santa Barbara (UCSB), UC Davis, Cal Poly San Luis Obispo, Cornell University, University of Illinois, University of Michigan, Georgia Tech, Caltech, University of Washington, dan University of Wisconsin, Madison.

ADVERTISEMENT

Sedangkan 2 kampus sisa yang menerima Zhong adalah Universitas Texas dan Universitas Maryland.

Direkrut Google

Setelah Zhong mendapatkan 16 penolakan dari perguruan tinggi, ia ditawari bekerja sebagai insinyur perangkat lunak oleh perusahaan teknologi terkemuka di dunia yaitu Google dan mulai bekerja minggu ini.

Ayah Zhong, Nan Zhong juga ikut memberikan pernyataan terkait kisah Zhong ini. Nan Zhong adalah seorang manajer rekayasa perangkat lunak di Google. Ia telah mengajarkan coding kepada Zhong sejak usia muda.

Nan Zhong menambahkan bahwa perjalanan Zhong ini dimulai pada akhir musim semi ketika seorang perekrut Amazon menunjukkan minat pada Zhong atas pekerjaannya di RabbitSign.

Hal ini membuat Zhong ingat bahwa pada tahun 2018, seorang perekrut dari Google juga pernah menghubunginya. Namun, kala itu ia masih berusia 13 tahun dan terlalu muda untuk melamar. Dari pengalaman itulah yang membuat Zhong kini menghubungi Google kembali untuk melakukan wawancara.

"Google memiliki proses wawancara yang dikontrol dengan ketat. Saya tidak tahu siapa yang akan menjadi pewawancara," ungkap Nan Zhong.

Sebelumnya, Zhong diketahui telah memutuskan untuk mendaftar di Universitas Texas namun kini ia menundanya karena mendapat tawaran dari Google. Kemungkinan Zhong masih memiliki rencana di perguruan tinggi, tapi untuk saat ini ia masih bersenang-senang di Google.

Transparansi Perguruan Tinggi

Nan Zhong membagikan kisah putranya di beberapa grup obrolan dan blog orang tua. Kisahnya menjadi viral di tengah perbincangan nasional tentang penerimaan perguruan tinggi elite.

Hingga pada tanggal 28 September 2023, kisah Zhong diangkat oleh seorang saksi yang memberikan keterangan di sidang Komite Pendidikan dan Ketenagakerjaan DPR. Sidang ini bertujuan untuk mempertimbangkan keputusan Mahkamah Agung di musim panas ini yang melarang tindakan afirmatif dalam penerimaan perguruan tinggi dan mempengaruhi kebijakan universitas. Kebijakan tersebut yang sempat membingungkan Zhong dan ayahnya. Zhong mengakui bahwa penerimaan di perguruan tinggi elite memang rumit dan jumlah pelamar jurusan ilmu komputer sangat kompetitif.

Pakar penerimaan perguruan tinggi memberitahu bahwa meskipun perguruan tinggi seperti MIT dan Stanford memiliki tingkat penerimaan di bawah 5%, hampir semua orang dapat menjangkaunya. Faktanya perguruan tinggi Cal Poly San Luis Obispo yang memiliki IPK 50% tengah sebesar 4,13-4,25 tersebut sebagai syarat, tidak bisa membuat Zhong diterima sebagai mahasiswa teknik. Kisah Zhong inilah yang memicu perbincangan mengenai sistem penerimaan perguruan tinggi di AS yang seharusnya dibuat lebih transparan.




(nwk/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads