Kesehariannya bekerja sebagai kepala desa tidak membuat semangat belajarnya turun. Yuntik Rahayu dinobatkan sebagai peraih IPK tertinggi dalam wisuda Program RPL Desa UNY.
Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) Desa merupakan program yang memfasilitasi studi lanjut bagi perangkat desan. Program ini hasil kerja sama Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi RI dengan UNY.
Salah satu kabupaten yang mengirimkan mahasiswanya adalah Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, yang menyekolahkan lebih dari 300 orang perangkat desanya ke UNY. Para perangkat desa Bojonegoro ini diwisuda pada Minggu (17/9) di Performance Hall Fakultas Bahasa Seni dan Budaya UNY.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari 300 wisudawan itu, Hj. Yuntik Rahayu, SAP berhasil keluar sebagai peraih IPK tertinggi dengan capaian 3,81. Kesehariannya, Yuntik bekerja sebagai kepala desa di Mojodelik, Kecamatan Gayam. Kabupaten Bojonegoro.
Sempat Kesulitan
Yuntik akhirnya diterima pada prodi Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial, Hukum dan Ilmu Politik UNY sejak 29 Maret 2022 hingga Yudisium 8 September 2023. Yuntik menyelesaikan studinya dalam waktu 1 tahun 6 bulan.
Pada awal masuk kuliah, Yuntik mengemukakan beratnya kuliah karena kesibukannya sebagai kepala desa. Yuntik yang biasa pulang dari balai desa pukul 15.00 WIB, masih harus kuliah hingga pukul 17.30 WIB.
Setelah mandi dan melaksanakan ibadah salat, Yuntik bahkan harus kuliah lagi hingga pukul 21.00 WIB.
"Waktu yang biasanya longgar menjadi sangat padat. Pada awalnya saya mengeluh namun setelah saya ikuti pembelajarannya makin menarik sesuai dengan pekerjaan yang saat ini saya emban, jadi semakin hari semakin menantang saya untuk belajar," ujar Yuntik dalam situs UNY dikutip Selasa (19/9/2023).
Dijuluki 'Bu Guru'
Selama kuliah, Yuntik sampai dijuluki 'bu guru' karena senang membantu rekan-rekannya mengerjakan tugas. Setiap ada lokakarya, Yuntik selalu hadir dan berusaha bertanya.
Semua kegiatan dan tugas yang diberikan dosen dikerjakan sendiri. Walau menurutnya sangat menyita waktu tenaga, semua ia usahakan agar mendapat nilai terbaik.
"Saya juga terpilih menjadi ketua kelompok di dalam kelas RPL C," ujarnya.
Kesempatan Lanjut Kuliah
Yuntik berkisah, selepas lulus dari SMEA tahun 1998 ia tidak dizinkan oleh ayahnya untuk kuliah karena rumahnya di pelosok desa dan tidak ada perempuan yang kuliah pada saat itu. Akhirnya Yuntik berwiraswasta mendirikan PT. Dwi Jaya Banyuurip dan CV Dwi Jaya yang bergerak dalam bidang jasa persewaan gudang dan alat berat.
Yuntik terpilih menjadi kepala desa sejak tahun 2014 hingga sekarang.
"Seandainya Bapak Ibu bisa melihat saya sekarang pasti senang dan bahagia karena anaknya mendapat nilai tertinggi seangkatan lulusan Universitas Negeri Yogyakarta. Anakmu sudah jadi sarjana bapak, ibu," katanya menahan haru.
Yuntik termotivasi kuliah karena tidak mau ketinggalan zaman. Di era yang serba bisa, Yuntik juga ingin memotivasi anak-anak muda desa agar mau kuliah.
"Selain itu dengan ilmu yang saya punyai ingin mengembangkan dan memajukan desa saya dengan lebih terarah ke depannya. Saya bersyukur memperoleh ilmu dari para dosen di UNY yang baik," kata Yuntik.
Harapannya setelah memperoleh gelar sarjana, Yuntik dapat lebih semangat dalam mengemban amanah sebagai kepala desa.
(nir/nwy)