Kiat survive ini dibagikan Wakil Pemimpin Redaksi detikcom Elvan Dany Sutrisno. Tantangan media digital bukan hanya media sosial, namun juga beserta para influencer dan YouTuber. Sehingga hal ini mengharuskan bagi media-media menemukan untuk dapat menjawab tantangan di era dinamis ini, termasuk bagi detikcom.
Namun, detikcom sendiri dapat menemukan cara untuk menjawab tantangan ini dengan tetap menjadi media digital nomor 1 di Indonesia, yakni dengan prinsip LIFT yang dianalogikan layaknya lift yang bergerak ke atas.
"Leading, jadi alasannya mengapa detikcom tetap menjadi nomor satu adalah Leading. Leading adalah kita selalu memimpin perkembangan isu, kita selalu terdepan dalam memimpin perubahan. Yang kedua, Impactfull. Tidak ada alasan sebuah digital bisnis yang bertahan jika tidak berdampak, apapun yang kita beritakan harus berdampak, apapun yang kita bikin harus berdampak. Jadi kita mencoba menjadi agen perubahan. Selanjutnya, Fastest. Kita harus cepat, (dan) kita ditaruh di paling depan. Yang berikutnya adalah Trusted, tidak ada bisnis yang bisa bertahan tanpa kepercayaan, tidak ada komitmen yang berjalan tanpa kepercayaan," demikian papar Elvan.
Hal itu dikatakan Elvan dalam Workshop Trend Media Business "detikcom Goes to Campus x FEB UGM" yang berlangsung di Function Hall Lantai 8, Gedung Pembelajaran FEB UGM, Yogyakarta, pada Rabu (13/9/2023).
Lebih lanjut, Elvan turut memberikan jawaban dari ancaman besar bagi media digital. Dimana ia kembali memberikan akronim uniknya, yakni EMAK. Pertama, E merupakan representasi dari Event. Hal ini dimaksudkan bahwa media digital tidak boleh hanya sekedar meliput dan membuat berita, digital media harus memiliki kreatifitas, inovasi dan entrepreneur. Di mana media digital dapat melakukan bisnis tanpa melukai idealisme sebagai media, yaitu dengan membuat event.
Kedua, Movement. Suatu media harus dapat menggerakkan. Elvan memberikan contoh konkret di detikcom sendiri yang memiliki program Movement yang dinamai "Demi Indonesia". Ini merupakan program yang menghadirkan tokoh-tokoh pemimpin bangsa di masa depan. Sehingga dari sinilah detikcom mendapatkan bisnis dari banyak brand, bukan dari tokoh-tokoh yang dihadirkan dalam program ini, dengan mendukung perubahan Indonesia agar menjadi lebih baik.
Ketiga, Activity. Detikcom sendiri mempunya kanal "d'Preneur", yakni tempat dimana detikers dapat belajar membangun bisnis. Kemudian ada "d'Mentor", di mana detikcom menyajikan para mentor yang dapat mengajarkan bagaimana menjadi pebisnis yang handal.
Keempat, Kolaborasi. Digital media harus dapat berkolaborasi dengan memanfaatkan isu dinamis, namun dengan kolaborasi yang jelas. Sehingga tidak melukai idealisme dan independensi.
Selain itu Elvan juga memaparkan tantangan menjadi jurnalis media digital di masa kini. Seorang jurnalis harus mampu membangun networking dan dapat mengejar narasumber.
"Jadi jurnalis itu harus percaya diri, kalau kalian masih punya rasa malu (artinya) kalian nggak cocok. (Jadi jurnalis juga) nggak ada jam kerja, berangkat jam berapa - pulangnya nggak jelas, itulah wartawan. (Kemudian, seorang jurnalis harus) siap ditugaskan di mana aja. Jadi kita harus kreatif dan inovatif dalam bikin konten dan harus mau belajar hal baru, jadi wartawan harus dinamis sekarang," tuturnya.
Kemudian, topik pembahasan ini pun diakhiri dengan sesi tanya jawab. Ratis, mahasiswi dari Lembaga Pers Mahasiswa UGM meminta saran dari detikcom untuk mengambangkan lembaga pers di kampusnya.
"Salah satu dari permasalahan persma (pers mahasiswa) adalah bagaimana menyasar ke pembaca, kalau dari detikcom, gimana sih tipsnya untuk moving dari sosial media, baca, mau masuk ke website?" tanya Ratis.
Merespons pertanyaan itu, Elvan mengatakan bahwa persma harus memiliki jaringan khusus dengan media besar yang berperan sebagai mentor dengan memberikan alternatif konten. Elvan juga menyarankan agar persma membuat konten yang membahas isu yang lebih dekat atau dikenal oleh masyarakat. Saran penutup, untuk dapat naik level, persma sebaiknya memiliki platform dengan nama yang menarik, dan kalau bisa, lepas atau terpisah dari platform/website utama kampusnya.
(nwk/nwk)