Sejumlah mahasiswa dari Universitas Airlangga (Unair) berhasil membuat terobosan baru yakni alat pendeteksi stres pada E-sport dan memenangkan penghargaan atas alat yang telah mereka buat itu.
Aplikasi tersebut dirancang oleh tujuh mahasiswa dari Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Unair yakni Sirojuddin Kholil Muhammad, Aisy Al Fawwaz, Revita Novianti, Fatima Hasya Puspa Kasih, Fikri Maulana Aziz, Indah Febriani, dan Tsabita Arinal Haq.
Dilansir dari laman Unair, E-sport yang mereka gagas baru saja memenangkan dua penghargaan yakni Gold Medal dan Best Award kategori Sport, Games, dan Leisure di ajang Arau International Creativity Expo (ACE EXPO 2023) di Universiti Malaysia Perlis (UniMAP) pada 18-20 Agustus 2023.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketua tim, Sirojuddin Kholil Muhammad mengatakan, ide pembuatan E-sport tersebut berawal dari keresahan tim atas ketergantungan akses Electronic Sport (E-Sport) yang populer akhir-akhir ini. Mereka berpikir bahwa E-sport bisa diakses lewat gadget.
Hal tersebut bisa menimbulkan stres pada atlet seperti tekanan psikologis, tim maupun sponsor. Sehingga mereka memutuskan untuk membuat alat yang bisa mendeteksi stres bagi pemain E-sport.
"Atlet E-sport rentan mengalami stres saat permainan berlangsung. Penyebabnya ialah pressure dari permainan sehingga atlet E-sport rawan terkena gangguan mental," terangnya dikutip dari laman Unair, Rabu (30/8/2024).
Fitur Alat Pendeteksi Stres
Sirojuddin mengatakan, terdapat beberapa tahapan dalam pembuatan E-sport yakni mulai dari pengumpulan abstrak, prototype, administrasi, hingga seleksi karya. Adapun fitur unggulan dari alat pendeteksi ini adalah Heart Rate Variability secara periodik untuk mengukur tingkat stres pada atlet E-sport.
Ia dan tim berharap, alat buatan mereka bisa membuat para atlet e-sport lebih memperhatikan kondisi kesehatan mental mereka. Lebih jauhnya, tim FST Unair ini ikut mendukung peningkatan kesehatan mental dan kesejahteraan untuk mengurangi risiko sebagai capaian dari Sustainable Development Goals (SDGs) poin 3 dan 4.
Dapat Dana dari Kampus dan Perusahaan
Salah satu anggota tim Indah Fitriani menyampaikan, mahasiswa bisa mencoba untuk membuat ide yang bisa dilombakan ke tingkat internasional. Hal ini dikarenakan pihak kampus menurutnya akan memberikan bantuan selama programnya bisa dipertanggung jawabkan.
"Dana awal kompetisi yang kami gunakan ini dana pribadi. Namun, kami mengajukan dana reimbursement ke pihak kampus internal yakni (FST) dan Pusat Pengelolaan Dana dan Sosial (Puspas) UNAIR. Selain itu, pihak eksternal yakni (member of ASTRA yaitu United Tractor). Meski tidak 100% terdanai tetapi alhamdulillah uang tersebut cukup sebagai pengganti biaya transportasi dan penginapan di sana," papar Indah.
Ia dan tim merupakan orang-orang yang telah mencicipi pendanaan tersebut. Mereka berhasil mendapat dana dari pihak eksternal dan reimbursement dari kampus. Selain itu, menurutnya mahasiswa harus memulai dan berani berkompetisi di luar negeri karena bisa memberikan pengalaman dan bertemu tokoh penting.
(cyu/nwy)