Baru-baru ini sebuah aplikasi penerjemah tangisan bayi 'Madsaz' buatan dosen IPB tengah hangat diperbincangkan. Aplikasi tersebut dirancang oleh dosen Manajemen Informatika Sekolah Vokasi IPB, Medhanita Dewi Renanti.
Tidak banyak yang tahu bahwa aplikasi Madsaz berawal dari tugas S2 (tesis) Medhanita. Bahkan, ia mengatakan awalnya tidak akan membuat aplikasi penerjemah bayi tersebut. Namun, sang suami mendorong dirinya untuk merealisasikan idenya.
"Awalnya buat tesis jadi udah enggak kepikiran mau kembangin. Cuma suami yang dorong, kamu punya karya harusnya dikembangkan buat masyarakat juga," kata Medhanita kepada detikEdu, ditulis Jumat (5/5/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Awal Launching Berbentuk Desktop
Sebelum menjadi aplikasi yang bisa diunduh di Playstore, bentuk awal dari Madsaz adalah dekstop. Kemudian, pada tahun 2015, Medhanita mengembangkannya kembali agar bisa lebih mudah digunakan. Madsaz versi android pun berhasil launching pada tahun 2018.
"Nah setelah itu saya membuat tahun 2013 sebagai tesis itu baru versi yang pertama dekstop. Jadi kalo dekstop itu ketika ada bayi menangis bayinya didekatkan ke laptop," ujar Medhanita.
Dengan banyaknya respons positif dari pengguna, Medhanita berencana mengembangkannya ke versi IOS agar manfaat dari aplikasi bisa lebih luas dirasakan oleh para ibu.
Untuk saat ini basisnya masih android ya mba, bukan iOS. Ada rencana memang supaya bisa juga di iOSnya," terangnya.
Proses Pembuatan Madsaz
Aplikasi Madsaz saat ini memiliki fitur untuk mendeteksi lima jenis tangisan bayi. Untuk bisa menghadirkan fitur tersebut, Medhanita menceritakan bahwa ada tantangan tersendiri saat proses pengumpulan data jenis-jenis tangisan bayi.
"Tantangannya saat mengambil data, maksudnya butuh effort karena kan nunggu bayinya nangis tuh nggak bisa tiba-tiba nangis artinya kita harus bener-bener menyesuaikan waktu kapan nunggu nangis," katanya.
Adapun referensi pengembangan ide aplikasi penerjemah bayi ini Medhanita peroleh dari data primer dan data sekunder. Ia memperoleh data-data tersebut mulai dari orang-orang terdekat hingga dari pakar.
"Yang pertama ada data primer sama data sekunder, jadi yang sekunder itu waktu itu saya pernah dapatkan saat pelatihan dari pakar. Yang data primernya saya ngambil sendiri misalnya kemarin bayi terdekat dulu, anaknya adik saya, kebetulan dia baru lahiran juga," terangnya.
Keakuratan Aplikasi 94%
Keakuratan informasi dari aplikasi Madsaz ini diklaim hingga 94%. Tingkat akurasi tersebut diukur dari data testing Medhanita peroleh.
"Saya mengumpulkan data tangis bayi, misalnya tangisan pertama ini tangisan lapar, kedua capek, dan label lainnya. Dari semua data itu tidak semua data itu dijadikan data training. Jadi ada data uji dan testing," jelasnya.
Dalam menyimpulkan deteksi jenis tangisan, Medhanita memiliki 1.000 data. Selain itu, ia dan timnya memiliki pola terkait jenis-jenis tangisan bayi tersebut.
(nwy/nwy)