5 Tips Mudah Berolahraga saat Berpuasa ala Pakar Kesehatan Unair, Bisa Dicoba!

ADVERTISEMENT

5 Tips Mudah Berolahraga saat Berpuasa ala Pakar Kesehatan Unair, Bisa Dicoba!

Cicin Yulianti - detikEdu
Rabu, 29 Mar 2023 05:00 WIB
Young woman on cross training weightlifting. Wearing sports clothing and hijab.
Foto: Getty Images/svetikd/ilustrasi olahraga saat puasa
Jakarta -

Olahraga adalah aktivitas untuk kesehatan jangka panjang yang bisa dilakukan dengan cara dan kondisi yang disesuaikan setiap orang. Termasuk kondisi saat ramadan, olahraga saat puasa tetap diperlukan agar tubuh tetap terjaga kesehatannya.

Sebagaimana disarankan oleh dr Lilik Herawati, Dosen Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) bahwa selama berpuasa seseorang harus bisa menyeimbangkan kebutuhan jasmani dan rohaninya.

Melansir laman Unair, Lilik menyebutkan pentingnya berolahraga karena bisa membuat tubuh kuat. Selain itu, olahraga dapat menjadi cara dalam menghindari stres akibat konflik keseharian.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Misalnya, kita rajin olahraga tapi konflik keseharian juga banyak, yang ada stres. Begitu pula ketika seseorang hanya fokus ke rohaninya saja, tanpa ada upaya meningkatkan jasmani. Bahkan ada hadits bahwa Allah itu menyayangi orang-orang yang kuat. Oleh sebab itu, supaya kuat perlunya menyeimbangkan kebutuhan jasmani dan rohani," terang Lilik dalam laman Unair, dikutip Selasa (28/3/2023).

Tips Olahraga Anti Lelah Selama Berpuasa:

1. Perhatikan Jenis Olahraga

Ia mengatakan bahwa untuk melakukan olahraga selama berpuasa, maka harus memperhatikan intensitas (ringan, sedang, berat), durasi saat olahraga, dan jenis olahraga.

ADVERTISEMENT

Lilik menyarankan untuk melakukan olahraga dengan intensitas yang ringan hingga sedang dengan jenis yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing seperti jogging, berjalan, bersepeda, maupun senam.

Jenis olahraga jogging menurutnya cocok untuk remaja atau dewasa yang tidak memiliki gangguan dalam persendian, berat badan normal, dan tidak memiliki penyakit tertentu. Sedangkan berjalan atau bersepeda disarankan bagi lansia atau seseorang yang memiliki tubuh overweight atau obesitas.

2. Cari Tahu Intensitas Olahraga dengan Tes Bicara

Lilik menuturkan bahwa dalam menentukan intensitas bicara, maka bisa dilihat melalui tes bicara. Saat seseorang berolahraga sembari bernyanyi dan berkomunikasi dengan lawan bicara, maka hal itu termasuk kategori olahraga intensitas ringan.

Sementara jika sulit untuk bernyanyi tapi masih bisa berbicara, maka termasuk olahraga kategori intensitas sedang. Untuk kategori olahraga intensitas berat, bisa dilihat jika saat berolahraga, ia susah berbicara.

3. Olahraga Menjelang Waktu Buka Puasa

Dikarenakan olahraga akan membuat tubuh melepaskan cairan tubuh, maka Lilik menyarankan untuk berolahraga menjelang waktu buka puasa. Melakukannya setelah sahur pun menurutnya bisa, namun pilihlah jenis olahraga yang tidak terlalu berat.

Olahraga di pagi hari pun bisa dilakukan cukup dengan peregangan saja sekitar 30-60 menit atau kurang serta disesuaikan dengan kondisi tubuh dan kebiasaan. Lilik mengingatkan bahwa olahraga pada malam hari sepulang kerja tidak boleh dipaksakan karena dapat memicu resiko cedera.

"Kalaupun bisanya selepas tarawih ya gunakan jenis olahraga ringan sampai sedang. Sementara olahraga berat tidak perlu dulu karena irama hormonal kortisol yang lebih rendah saat malam," jelasnya.

4. Konsultasi ke Dokter Jika Punya Riwayat Penyakit

Bagi yang memiliki riwayat penyakit, Lilik memberi saran untuk melakukan konsultasi ke dokter terlebih dahulu. Jika dokter mengizinkan untuk berolahraga, maka harus tetap mengikuti sarannya.

5. Buat Aktivitas Sehari-hari Jadi Olahraga

Untuk membuat olahraga tidak terlewat, maka bisa menyiasatinya dengan membuat aktivitas sehari-hari di-setting menjadi olahraga. Contohnya saat berjalan, maka langkahnya dibuat seperti jalan olahraga atau saat naik ke lantai dua, coba untuk memakai tangga daripada eskalator atau lift.

"Jadi dengan aktivitas olahraga yang tepat dapat memberikan manfaat. Layaknya obat, jika dosisnya pas akan memberikan manfaat, tetapi jika kurang ya tidak bermanfaat, apalagi jika berlebihan ya bisa membahayakan," tutur Pakar Kesehatan Unair tersebut.




(faz/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads