Alami 16 Kali Matahari Terbit-Tenggelam, Begini Cara Astronaut Puasa

ADVERTISEMENT

Alami 16 Kali Matahari Terbit-Tenggelam, Begini Cara Astronaut Puasa

Novia Aisyah - detikEdu
Selasa, 28 Mar 2023 05:00 WIB
Jakarta -

Puasa Ramadan tidak hanya dilakukan oleh umat Muslim di Bumi saja, melainkan juga di luar angkasa. Seperti yang dilakoni astronaut Emirat Sultan Al Neyadi yang saat ini bertugas di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) misalnya.

Ibadah puasa sendiri ditandai dengan waktu imsak, subuh, hingga senja. Jelang matahari terbenam contohnya, orang-orang bisa mulai mempersiapkan untuk berbuka puasa. Namun, bagaimana dengan mereka yang mengalami matahari terbit dan terbenam tidak seperti pada umumnya?

Pedoman Berpuasa di Luar Angkasa

Di ISS ada 16 matahari terbit dan terbenam setiap harinya. ISS menggunakan Universal Coordinated Time (UTC), sehingga waktu itulah yang diikuti Al Neyadi sebagai pedoman untuk memulai puasa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di sisi lain, dalam agama Islam orang yang dalam perjalanan jauh tidak wajib berpuasa. Melalui konferensi persnya pada Januari lalu seperti dikutip dari IFL Science, Al Neyadi mengatakan apabila merujuk hal ini, para astronaut diizinkan untuk makan makanan yang cukup untuk mencegah kekurangan nutrisi atau hidrasi. Sebab, kaitannya adalah keselamatan para kru dan misi itu sendiri.

Al Neyadi adalah bagian dari Crew 6, bersama dengan astronaut NASA Stephen Bowen, Warren Hoburg, dan kosmonot Andrey Fedyaev. Dia adalah astronaut Emirat pertama dalam misi jangka panjang di ISS.

ADVERTISEMENT

Selama bertugas di luar angkasa, Al Neyadi akan melakukan 19 eksperimen dengan topik mulai dari sakit punggung hingga biologi tumbuhan dan ilmu material. Sementara astronaut Emirat pertama, Hazza Al Mansouri, berada di ISS selama hampir delapan hari pada tahun 2019.

Cara Menentukan Kiblat di Luar Angkasa

Sebelumnya ada pula sembilan pria Muslim lainnya selain Al Neyadi dan Al Mansouri, yang telah melakukan perjalanan ke luar angkasa. Orang pertama yang melakukannya adalah pangeran Sultan bin Salman Al Saud pada tahun 1985.

Namun, pada waktu itu belum ada diskusi publik tentang bagaimana umat Islam beribadah di luar angkasa. Sampai kemudian Sheikh Muszaphar Shukor, astronaut Malaysia pertama, meminta pedoman dari Dewan Fatwa Nasional Malaysia.

Cara umat Muslim beribadah di luar angkasa, penting untuk ditetapkan utamanya soal kiblat. Berdasarkan gaya berat mikro, arah kiblat diserahkan kepada kemampuan terbaik astronot pada awal salat, berlutut tidak wajib, dan handuk basah sudah cukup.

Mempraktikkan agama di luar angkasa juga bukanlah hal baru. Astronaut Israel pertama, Ilan Ramon, memperingati hari Sabat ketika dia berada di dalam penerbangan tragis dari Pesawat Luar Angkasa Columbia yang hancur pada 2003.

Hari Natal juga dirayakan di ISS dan para kosmonot merayakan Natal Ortodoks, yang berlangsung pada bulan Januari 7 karena mereka masih mengikuti Kalender Julian untuk peringatan keagamaan. Dulu Buzz Aldrin, seorang Presbyterian, pun melakukan pelayanan komuni di Bulan.

(nah/nwy)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads