Keren! Tim Riset Unair Bikin Alat Tes Alergi yang Sudah Dapat Hak Paten

ADVERTISEMENT

Keren! Tim Riset Unair Bikin Alat Tes Alergi yang Sudah Dapat Hak Paten

Devita Savitri - detikEdu
Sabtu, 18 Mar 2023 14:00 WIB
Ilustrasi patch alergi Unair yang sudah dapat hak paten (Dok Unair)
Foto: Ilustrasi patch alergi Unair yang sudah dapat hak paten (Dok Unair)
Jakarta -

Tim riset Universitas Airlangga (Unair) menciptakan alat tes alergi berbentuk patch transdermal yang sudah mendapat hak paten dari Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) pada September 2022 lalu.

Hal tersebut disampaikan secara langsung oleh pemimpin penelitian yakni Prof apt Junaidi Khotib SSi MKes PhD yang juga Dekan Fakultas Farmasi Unair.

Ia menyatakan, ide awal penelitian bermulai dari banyaknya kasus alergi yang terjadi pada anak-anak. Namun, untuk mengetahui kadar alergi seseorang diperlukannya uji tusuk kulit (skin prick test) yang menimbulkan goresan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk itu, ia bersama timnya menawarkan proses uji zat pemicu alergi tanpa harus menyakitkan dan menimbulkan goresan, terlebih bagi anak-anak.

Meski ide awal diambil dari kasus anak-anak, Prof Junaidi menjelaskan tes diagnostik alergen ini bisa dilakukan oleh semua kalangan usia dan telah dilakukan pengujian pada penderita alergi.

ADVERTISEMENT

Cara Kerja Tes Alergi Unair

Selama pembuatan, alat tes deteksi alergi ini telah diekstrak zat yang menyebabkan alergi seperti tungau dan debu rumah, udang, susu sapi, ikan laut, telur, gandum, kacang tanah, kelapa atau santan, hingga serbuk sari.

Karena bentuknya patch transdermal, penggunaan tes deteksi alergi ini mirip dengan plester yang ditempel ke permukaan kulit.

Untuk mengetahui jenis alerginya, cukup tempel patch ke permukaan kulit yang mudah diamati seperti lengan dan punggung selama 15 menit.

Dalam jangka waktu itu, ekstrak alergen akan berinteraksi dengan sel epitel kulit. Sehingga akan memperlihatkan ada atau tidaknya reaksi alergi seperti bentol dan patch akan berubah warna menjadi merah.

"Ekstrak alergen tersebut kita tanam di plester untuk diujikan. Misalnya, dari sembilan ekstrak akan ketahuan mana yang ada reaksi dan mana yang tidak. Kalau tetap tidak ada (reaksi) bentol atau warna merah berarti itu tidak alergi dan sebaliknya," tutur Prof Junaidi dikutip dari laman resmi Unair, Sabtu (18/3/2023).

Akan Dijual Bebas

Alat deteksi dini alergi ini tentu saja memiliki beragam manfaat seperti mengetahui berbagai jenis alergen. Baik alergen ingestan (makanan) ataupun alergen inhalan (udara) dalam tubuh manusia.

Dengan demikian, penderita akan mengetahui jenis alergi apa yang dialaminya. Sehingga kedepannya pengobatan imunoterapi secara berulang bisa dilakukan sampai penderita memiliki kekebalan yang baik.

Selain itu, alat ini memiliki keunggulan untuk tidak menimbulkan goresan maupun efek samping karena terbuat dari bahan elastis. Sehingga dapat dilakukan secara mandiri dan aman untuk anak-anak.

Miliki beragam manfaat, kini kit diagnostik ekstrak alergen buatan Unair sudah memasuki tahap uji coba skala besar di dua tahun terakhir. Meski tak selalu mulus, Prof Junaidi bersama tim mencoba yang terbaik.

Kini, tantangan terbesar dalam penelitiannya adalah proses mendesain patch agar bisa menempel dan dilepas dengan baik. Tim juga ingin mengembangkan alat ini lebih lanjut untuk terapi dalam bentuk tablet.

Ke depannya, mereka akan menjalin kerja sama dengan industri agar alat pendeteksi dini alergi ini bisa beredar di masyarakat dengan harga yang terjangkau.

"Harapan kami tentu ini bisa direalisasikan dan bisa diproduksi massal karena kemanfaatan untuk kemanusiaan jauh lebih besar. Oleh sebab itu, ketika produk ini beredar di masyarakat, kita juga akan menekan harga se-fair mungkin sehingga bisa dijangkau," tutup anggota ahli BPOM RI tersebut.




(nwk/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads