Pendaftaran beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) sedang dibuka. Buat detikers yang turut mendaftar, simak pesan dari alumni penerima beasiswa LPDP Greget Kalla Buana soal 3 hal yang bisa jadi penentu lamaran beasiswamu diterima atau tidak.
"Tidak. Bukan tentang bagaimana cara lolos LPDP. Udah banyak yang bahas soal itu. Trust me! It's not that hard," demikian tulis Greget Kalla Buana dalam Instagram Feeds-nya pada 26 Januari 2023 lalu, dikutip dengan izin dan ditulis detikEdu, Senin (13/2/2023).
Greget menuliskan, berdasarkan pengalaman 8 tahun lalu saat lamaran beasiswa LPDP-nya lolos, 3 hal ini harus ada.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kecakapan akademis (dan non-akademis), kepekaan sosial, dan kepribadian yang baik (kalau nggak mau nyebut menarik). Ketiganya mencerminkan dirimu sebagai individu, bagian dari masyarakat, dan makhluk-Nya. Bagaimana kita menampilkan ketiganya, itu yang jadi penentunya," tulis pria yang melanjutkan kuliah Islamic finance di Durham University, Inggris dengan beasiswa LPDP ini.
Setuju atau tidak, lanjut Greget, lolos beasiswa LPDP bukan berarti dan bukan karena kita yang terbaik atau lebih daripada yang lain. Lah, terus?
"Simply karena dibutuhkan dan menjawab kebutuhan. Di titik ini, menjawab apa yang diminta jauh lebih penting ketimbang sekadar menunjukkan seolah-olah si yang paling-paling. Do what is required; sometimes being perfect is not necessary," lanjut dia.
Melakukan apa yang dibutuhkan dan menjawab kebutuhan, menurut Greget, inilah yang disebut kebermaknaan. Sesuatu yang lebih besar dari kebahagiaan.
"Kebahagiaan bersifat menerima (take), berbeda dari kebermaknaan yang lebih kental dengan nuansa memberi (give). Jadi, ngga cukup hanya dengan menunjukkan who we are, tapi juga harus what we do, why and how we do it. People nowadays are more interested in impact, rather than achievement," pesannya.
Untuk bisa paham sampai ke sana, menurut Greget dibutuhkan 3 sikap mental yakni: integritas, kejujuran, dan amanah.
"Integrity is being honest to yourself. Honesty is telling other people the truth. Trustworthy is doing the right things and doing things right-trusted. Tanpa ketiganya, kita hanya akan sampai pada separuh perjalanan," tulisnya.
Pria alumni Universitas Sebelas Maret (UNS) ini lantas bercerita tentang pengalamannya dalam suatu sesi wawancara kompetisi Duta Bahasa, seorang juri bertanya kepadanya, "Jika pertanyaan ini saya lanjutkan, apakah kamu bisa menjawab?"
Greget lantas berpikir sejenak dan menjawab, "Tidak".
Juri tersebut lantas mengganti pertanyaan setelah mendengar jawaban Greget itu. Greget akhirnya menjadi juara 1 dalam kompetisi Duta Bahasa tersebut.
"The single word 'tidak' prevented a mistake from turning into a failure. When integrity, honesty, and trustworthy are intertwined," tulis Greget yang kini menjadi Islamic Finance Specialist di United Nations Development Programme (UNDP) ini.
(nwk/twu)