Gempa Turki yang menelan lebih dari 24 ribu korban jiwa telah menjadi duka bagi dunia. Gempa dahsyat berkekuatan M 7,8 menjadi pembelajaran bagi negara-negara lain yang juga rawan terhadap gempa.
Pakar geologi, teknik sipil, dan arsitektur di Indonesia turut memberi komentar bahwa Indonesia perlu mengambil pelajaran terutama dalam hal konstruksi bangunan.
Para ahli menuturkan bahwa bangunan-bangunan di Turki banyak yang telah dibangun sejak lama. Diperkirakan, bangunan tersebut dulu dibuat tanpa mempertimbangkan ancaman gempa yang mungkin akan terjadi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut ungkapan para pakar dikutip dari masing-masing laman kampus.
Pakar Universitas Andalas
Terkait bangunan yang sudah lama, pakar konstruksi dan struktur yang sekaligus Dosen Teknik Sipil Universitas Andalas (Unand), Dr. Eng. Ir. Febrin Anas Ismail, M.T. mengingatkan kembali agar Indonesia belajar dari gempa Turki.
Ia mengatakan, perlu dilakukan evaluasi, pengecekan, serta penguatan bangunan. Namun, persoalan meyakinkan masyarakat untuk melakukan hal tersebut menjadi tantangan baru yang harus dihadapi.
"Persoalannya bukan cuma teknologi, tapi juga persoalan sosial, yaitu bagaimana meyakinkan warga untuk memperkuat bangunan, yang mana ini terkait dengan biaya," ujarnya.
"Terlebih apabila gempanya belum terjadi, sehingga mungkin saja menjadi pertanyaan oleh masyarakat, apakah ini benar dan harus dilakukan, sehingga tidak semudah itu. Walaupun di negara maju seperti Turki atau di negara berkembang seperti Indonesia, sama saja problemnya," terangnya lebih lanjut.
Menurut Dr. Febrin, ketegasan dari pemerintah dan kesadaran dari masyarakat adalah dua hal yang sangat esensial dalam hal ini. Sosialisasi perlu dilakukan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat sehingga tingkat partisipasi dalam mitigasi gempa meningkat.
Adapun terkait pembangunan di Indonesia, peraturan konstruksi bangunan terkait gempa sudah berkali-kali direvisi. Dalam peraturan terbaru pada tahun 2019, standar minimal kapasitas beban pada bangunan yang akan dibangun telah meningkat hingga 4 kali lipat dibanding dengan peraturan sebelumnya pada tahun 2000-an.
Ia menjelaskan, hal ini dilakukan karena kajian-kajian yang berperan dalam pengembangan ilmu pengetahuan kegempaan semakin banyak dan semakin dalam.
"Apalagi teknologi sekarang sudah sangat canggih. Bukan hanya konstruksi ke atasnya saja, sudah ada juga teknologi di mana di pondasi itu diberi alat peredam guncangan, sehingga lebih kuat lagi," paparnya.
Tujuan dari regulasi ini adalah sebagai kontrol konstruksi bangunan dalam menghadapi bencana seperti gempa.
"Untuk bangunan baru, ada Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang bisa didapat apabila konstruksi sudah sesuai dengan peraturan dan memenuhi persyaratannya teknis," tutur Dr. Febrin.
Pakar Universitas Islam Indonesia
Prof. Noor Cholis Idham, ST., M.Arch., Ph.D., IAI selaku Guru Besar Arsitektur Universitas Islam Indonesia (UII) mengatakan, Turki dikenal sebagai negara dengan budaya dan arsitektur yang menarik dan berdiri kokoh.
Gempa yang baru terjadi memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap bangunan-bangunan yang ada di Turki. https://www.detik.com/tag/gempa-turki
Sebab, gempa tersebut adalah gempa besar yang bersifat destruktif dengan kerusakan yang sangat besar dan tidak dapat diprediksi.
Terkait hal ini, Noor Cholis menjelaskan, terdapat beberapa faktor kerusakan akibat gempa bumi Turki. Hal ini juga sekaligus bisa menjadi pelajaran bagi Indonesia.
Faktor pertama ialah faktor perencanaan wilayah dan tata letak ruang. Faktor ini adalah faktor yang tidak bisa dihindari karena kepadatan penduduk. "Secara alamiah sulit untuk dihindari karena manusia yang butuh tempat tinggal," jelasnya.
Faktor kedua adalah dari segi mikro bangunan itu sendiri. Salah satu kolega Turkinya mengatakan bahwa bangunan-bangunan yang berada di pusat gempa (Turki Timur) memang didesain dengan kualitas yang kurang terjamin.
"Infrastruktur Turki cukup identik dengan hunian 4-5 lantai yang secara teoritis cukup bagus karena memiliki ruang terbuka banyak. Akan tetapi juga bermasalah pada kualitas dan desain arsitekturnya," terang Ketua Jurusan Arsitektur UII tersebut.
"Tipe hunian seperti itu akan menciptakan ruang kosong dan biasanya hanya terdiri dari kolom saja sehingga juga akan membuat struktur bangunan yang kurang kuat," lanjutnya.
Menurut Noor Cholis, di posisi yang sangat rawan dengan gempa ini, dibutuhkan desain infrastruktur bangunan yang tahan gempa.
Misalnya dengan mempertimbangkan elemen arsitektur. Salah satunya lantai dasar terbuka tanpa dinding atau soft storey.
Kemudian bangunan-bangunan berat juga menjadi hal penting karena frekuensi alamiahnya tinggi yang berkaitan dengan gempa.
Ia mengatakan, bangunan bertingkat rendah secara teori ternyata lebih rawan ketika terjadi gempa jika dibandingkan dengan bangunan tinggi karena frekuensinya yang sama dengan frekuensi Bumi.
"Oleh karena itu material dan konstruksi sangat perlu diperhatikan dalam aspek ini," ucapnya.
Selain itu, aspek perancangan akses juga perlu diperhatikan pada bangunan tingkat tinggi. Mulai dari akses masuk hingga akses evakuasi dari bangunan.
"Arsitek itu suka mendesain sesuatu yang tidak sederhana. Peran arsitek sangatlah penting dalam mendesain bangunan tanpa gempa. Seorang arsitek dituntut untuk kreatif akan tetapi aspek keamanan juga merupakan faktor yang tidak boleh dilewatkan," tutup Guru Besar Arsitektur UII tersebut.
Pakar Universitas Gadjah Mada
Sementara itu, Dosen Geologi UGM, Dr Wahyu Wilopo mengatakan masyarakat perlu memahami bangunan yang bisa tahan terhadap gempa.
Ia mencontohkan bangunan tahan gempa yang sederhana adalah Rumah Instan Struktur Baja (Risba) yang dikembangkan oleh teman-teman di Teknik Sipil dan Lingkungan UGM.
Struktur bangunan Risba UGM telah melalui tahapan penelitian berupa analisis struktur, desain, dan pengujian di laboratorium untuk mengetahui kinerja ketahanan gempanya sehingga dapat mencegah kerusakan berat yang kerap terjadi pada rumah pada saat gempa.
"Masyarakat juga harus memiliki rencana evakuasi mandiri bila terjadi gempa dengan mengenali tempat-tempat berlindung atau jalur evakuasi untuk menuju tempat aman," tuturnya.
(faz/twu)