Dokter Sahar Saleem, seorang paleoradiolog Mesir mengungkap misteri mumi para Firaun, dari penyebab kematian hingga wajahnya. 'Senjata'-nya ilmu pengetahuan dan alat pemindai modern computerized tomography scan (CT scan).
Dalam buku Paleoradiology: Imaging Mummies and Fossils yang ditulis Rethy K Chhem dan Don R Brothwell, paleoradiologi adalah ilmu yang mempelajari bioarkeologi menggunakan teknologi modern seperti radiografi sinar X, CT Scan, magnetic resonance imaging (MRI) dan micro-CT.
Studi pertama tentang mumi manusia dan hewan pertama dilakukan oleh Koenig di tahun 1896. Namun, istilah 'paleoradiologi' sendiri dilontarkan oleh Notman, seorang radiolog di Park Nicollet Medical Center Minneapolis AS dalam artikel di American Journal of Roentgenology tahun 1987.
Paleoradiolog, secara etimologi adalah radiologi kuno. Notman saat itu berkolaborasi dengan patolog dan antropolog dari Universitas Alberta Kanada menggunakan investigasi radiografi untuk mempelajari paleopatologi luka dari dua pelaut yang ditemukan membeku dari Ekspedisi Franklin (1845-1848) yang tewas di kawasan Arktik Kanada.
Saat itu Notman dan koleganya menggunakan pindaian sinar X saat autopsi. Notman mempublikasikan hasil pemeriksaan mumi dan kerangkanya, termasuk menjelaskan tekniknya, anatomi dan beberapa hasil paleo-patolog.
Kembali ke paleoradiolog Mesir, dokter Sahar Saleem, dia pertama kali tertarik mendalami paleoradiolog ini di hari pertamanya kerja di rumah sakit.
Saat itu, dia sedang belajar radiologi di University of Western Ontario di Kanada, di mana dia terkejut dengan tugasnya di hari pertama kerja.
"Pada hari pertama saya di rumah sakit, mereka membawa mumi Mesir untuk CT scan. Saya langsung berpikir bahwa saya dapat bermanfaat bagi peradaban saya sendiri dengan mengkhususkan diri di bidang ini," jelasnya.
Saleem berspesialisasi dalam paleo-radiologi, yang merupakan pencitraan barang antik. Dia memiliki pengalaman dalam pencitraan ratusan mumi, sebuah perjalanan yang dimulai pada tahun 2004 untuknya.
"Saya memiliki kemampuan untuk memahami peradaban saya dan menjadi penjaganya," imbuhnya seperti dilansir dari Middle East Eye.
Sejumlah misteri Egyptology berusia 3.000 tahun akhirnya terpecahkan dalam dua tahun terakhir, dengan pengungkapan baru tentang bagaimana firaun Mesir kuno hidup dan mati, dan bagaimana penampilan mereka saat masih hidup.
Saleem melihat ke dalam peti mati Firaun Amenhotep I menggunakan teknologi CT scan tahun 2022 lalu.
Saleem, seorang profesor dan kepala departemen radiologi Fakultas Kedokteran di Universitas Kairo, mengungkapkan banyak informasi baru tentang salah satu penguasa terbesar dan bersejarah Mesir.
Mumi yang pertama kali ditemukan pada tahun 1881 itu telah dikelilingi oleh sejumlah misteri dan pertanyaan selama bertahun-tahun, karena sejarawan enggan untuk berpotensi merusaknya dengan menyelidikinya lebih lanjut.
Namun, Saleem telah berhasil mengungkap banyak temuan, lebih dari tiga milenium kemudian, melalui pemindaian CT non invasif yang menghasilkan gambar 3D tubuh dan wajah mumi.
CT scan adalah jenis sinar-x tingkat lanjut, di mana ratusan paparan tubuh diambil dan dijahit bersama menggunakan komputer, menghasilkan model tubuh tiga dimensi.
Pada tahun 1881, sekitar 50 mumi ditemukan di tempat persembunyian di kota modern Luxor yang disebut Deir el-Bahari Royal Cache. Mumi disimpan di sini dalam upaya melindungi mereka dari perampok makam.
Pada tahun 1898, kelompok lain yang terdiri dari sekitar 20 mumi ditemukan di tempat persembunyian kerajaan di Lembah Para Raja, komplek pemakaman para raja Mesir kuno. Raja-raja yang dimakamkan mulai dari Dinasti ke-17, kira-kira dari tahun 1580 hingga 1550 SM, hingga Dinasti ke-20 (1189 hingga 1077 SM).
Menurut Saleem, semua mumi dibuka bungkusnya dari gulungan linen mereka oleh ahli barang antik di hadapan penguasa Mesir saat itu, dan duta besar sebagai cara untuk merayakannya.
"Mumi Amenhotep I adalah satu-satunya yang tidak dibuka bungkusnya," katanya.
"Mumi itu diatapi topeng penguburan dan karangan bunga berwarna-warni seperti kuning dan biru," tambahnya.
Proyek ini telah membantu memecahkan banyak misteri yang belum terjawab. Salah satu yang utama adalah mengeksplorasi proyek penguburan yang dilakukan oleh para pendeta Dinasti ke-21.
"Para pendeta memulai proyek ini setelah menyadari bahwa banyak makam kerajaan dirampok dan mumi dihancurkan. Itu dimaksudkan untuk memperbaiki mumi dan menguburnya kembali, tapi kali ini disembunyikan di tempat yang lebih aman, "jelasnya.
Tempat yang lebih aman adalah dua persembunyian kerajaan yang kemudian ditemukan.
Namun, masih ada banyak perdebatan seputar mumifikasi tubuh yang asli, sebelum para pendeta mendapatkannya.
Pemindaian Saleem atas Amenhotep I telah membantu menjawab beberapa perdebatan ini.
"Beberapa ahli sejarah Mesir mengatakan bahwa proyek penguburan kembali adalah cara untuk merampok mumi kerajaan tua dari raja-raja untuk memberikan harta mereka kepada raja-raja berikutnya dari dinasti ke-21, tetapi pemindaian saya mengungkapkan sebaliknya," katanya.
"Ini menunjukkan bahwa mumi Amenhotep I telah dipenggal. Kemudian para pendeta dalam proyek penguburan mereka memperbaiki kepala dengan resin, bahan seperti lem yang diambil dari pohon aras di Lebanon. Kakinya hancur sehingga mereka memperbaikinya di atas papan," urai dia.
Pemindaian juga menunjukkan 30 jimat yang terbuat dari berbagai bahan, termasuk emas, serta ikat pinggang yang terbuat dari 34 manik-manik emas.
Bagi Saleem, tidak masuk akal jika jimat dan sabuk emas masih ada di kuburan jika para pendeta bermaksud merampoknya. Baginya, pemindaian makam menunjukkan bahwa para pendeta dari dinasti ke-21 sebenarnya sangat ingin menjaga raja mereka.
Ingin Menjadi Penjaga Peradaban Mesir
![]() |
Ketertarikan Saleem pada mumi tidak hanya berasal dari studinya, tetapi keinginannya untuk berkontribusi pada pelestarian dan perlindungan peradabannya sendiri.
Saleem juga pernah memindai mumi Firaun Seqenenre dari Dinasti ke-17 (1558-1555 SM) dan Ramses III dari Dinasti ke-20 (1186 hingga 1155 SM).
"Seqenenre terbunuh dalam pertempuran melawan Hyksos, bukan dalam persekongkolan seperti yang disebutkan sebelumnya. Fakta ini saya ketahui saat memeriksa luka-luka di tubuhnya," jelasnya.
"CT scan mengungkapkan bahwa lukanya cocok dengan senjata Hyksos yang menunjukkan bahwa dia terbunuh dalam pertempuran melawan mereka," imnuh dia.
Senjata-senjata itu ditemukan di makam-makam di ibu kota Hyksos Tell el-Dab'a (Avaris, ibu kota Hyksos), di bagian timur laut Delta Nil.
Sedangkan pemindaian CT Ramses III mengungkapkan bahwa dia terbunuh dalam konspirasi harem yang didalangi oleh istrinya, untuk menempatkan putranya Pentawer yang berusia 18 tahun di atas takhta alih-alih ahli waris yang sah, Ramses IV.
"Pemindaian menunjukkan bahwa raja memiliki banyak luka: luka potong yang fatal di leher serta jempol kaki kiri yang diamputasi."
Sebelum dilakukan pemindaian, penyebab kematian Ramses III belum dapat dipastikan.
Rekonstruksi Wajah Firaun
![]() |
Selama mengerjakan mumi, Saleem mengembangkan keinginan untuk mengetahui bagaimana rupa raja-raja Firaun ketika mereka masih hidup.
Dalam upaya untuk mengeksplorasi lebih jauh, dia memulai proyek ilmiah untuk membuat rekonstruksi wajah Raja Tutankhamun dan Raja Ramses II berdasarkan CT scan mumi mereka.
Untuk Ramses II, Saleem bekerja sama dengan antropolog Inggris Dr Caroline Wilkinson di Liverpool John Moores University, yang terkenal karena karyanya dalam rekonstruksi wajah forensik. Tim membangun wajah raja secara digital menggunakan komputer dengan menambahkan lapisan otot pada tengkorak.
Untuk rekonstruksi wajah Raja Tutankhamun, Saleem bekerja sama dengan Andrew Nelson, profesor antropologi di Western University, dan Christian Corbet, pematung Kanada. Proyek ilmiah tersebut didokumentasikan oleh Soura Films untuk PBS.
"Kami menyelesaikan proses menggunakan tengkorak cetak 3D berdasarkan CT scan mumi. Otot-otot wajah ditambahkan pada model tengkorak menggunakan pengukuran wajah orang Mesir," urai dia.
"Memvisualisasikan wajah asli firaun selama hidup mereka membawa kita lebih dekat untuk terhubung dengan sisi manusia mereka," imbuh Saleem, yang memimpin proyek ilmiah pada tahun 2022 yang menggunakan CT scan untuk merekonstruksi wajah asli firaun besar Mesir.
"Ini dilakukan untuk merayakan seratus tahun pertama penemuan makam Raja Tutankhamun, serta peringatan dua abad lahirnya Egyptology."
Meskipun membuat langkah signifikan di lapangan, Saleem tidak melambat, dan saat ini sedang mengerjakan interpretasi lebih dari 40 CT scan raja dan ratu Mesir kuno.
Sebagian besar waktunya juga dihabiskan di lapangan, melakukan rontgen di lokasi penggalian Saqqara. Di masa depan, Dr Saleem mengatakan dia ingin terus bekerja sama dengan museum internasional, membantu dalam studi dan menampilkan mumi bersejarah.
Simak Video "Tim Arkeolog Temukan Mumi Berusia 4300 Tahun di Mesir"
[Gambas:Video 20detik]
(nwk/pal)