PM Malaysia Anwar Ibrahim Kagumi Sastrawan & Founding Father Indonesia

ADVERTISEMENT

PM Malaysia Anwar Ibrahim Kagumi Sastrawan & Founding Father Indonesia

Nograhany Widhi Koesmawardhani - detikEdu
Selasa, 10 Jan 2023 20:30 WIB
Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim mengisi acara CT Corp Leadership Forum, Senin (9/1/2023).
Foto: Chelsea Olivia Daffa

Kiprah Para Founding Father

Sukarno/Soekarno

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dr Soeharto berdoa bersama Presiden SukarnoRepro buku: R. Soeharto, Saksi Sejarah Mengikuti Perjuangan Dwitunggal

Presiden pertama Republik Indonesia ini bernama Soekarno, atau mungkin kita lebih akrab mendengar panggilan Bung Karno. Soekarno lahir di Blitar pada 6 Juni 1901. Masa kecil Soekarno hanya beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di Blitar. Semasa sekolah dasar hingga tamat, Soekarno indekos di rumah Haji Oemar Said Tjokroaminoto (HOS Tjokroaminoto) yang merupakan politisi kawakan pendiri Syarikat Islam.

Saat dewasa, Sukarno merumuskan ajaran Marhaenisme serta mendirikan sebuah partai yang bernama PNI (Partai Nasional lndonesia) pada 4 Juli 1927. Tujuan diberdirikannya partai ini adalah untuk menuju Indonesia merdeka.

ADVERTISEMENT

Demi memperjuangkan negara Indonesia, Sukarno keluar-masuk bui. Pada Agustus 1945 ia bersama Moh Hatta dan tokoh nasional lainnya menyusun naskah proklamasi yang akhirnya dibacakan pada 17 Agustus 1945. Pembacaan naskah ini sekaligus mengukuhkan kedaulatan Republik Indonesia.

Mohammad Hatta

Mohammad HattaMohammad Hatta Foto: Wikimedia Commons

Mohammad Hatta atau yang akrab dipanggil Bung Hatta adalah seorang pemikir, negarawan, ekonom, dan sekaligus menjadi Wakil Presiden Indonesia yang pertama mendampingi Soekarno. Ia lahir pada 12 Agustus 1902 di Bukittinggi, Sumatera Barat.

Hatta muda adalah seorang aktivis dan pemikir. Karena kecerdasannya, Bung Hatta mendapat beasiswa kuliah di Handelshogeschool, Rotterdam, Belanda. Di sana, Hatta menambah kapasitas ilmunya dengan mempelajari hal-hal seperti tata negara dan juga ekonomi kolonial.

Hatta juga termasuk sebagai pengurus awal Perhimpunan Indonesia (PI) yang dipimpin dr Soetomo. PI ini mengumpulkan beberapa ratus gulden untuk mengirim dua orang ekonomnya, Hatta dan Syahrir mempraktikkan cara menjalankan koperasi di Denmark, Swedia, Norwegia. Kedua tokoh itu akhirnya menjadi pioner sistem koperasin di Indonesia.

Dalam perjuangan politik, seperti halnya Bung Karno, Bung Hatta juga keluar-masuk bui. Namun bersama Bung Karno, akhirnya bisa memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Muhammad Natsir

Muhammad NatsirMuhammad Natsir Foto: (Wikimedia Commons)

Muhammad Natsir adalah seorang pemikir, pejuang, cendekiawan, ulama, diplomat, ahli politik, ahli ekonomi kelahiran Minangkabau, Sumatera Barat, 1908.

Pada sisi lain, Muhammad Natsir adalah seorang pemikir dan penulis yang produktif. Beliau mengawali kegiatan tulis-menulis sejak sekolah menengah.

Dalam buku 'Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir' dituliskan selama di Bandung, Natsir sering menghadiri musyawaratan umum Partai Nasional Indonesia (PNI) yang dipimpin oleh Soekarno. Natsir menaruh minat kepada gerakan PNI yang selalu berusaha mengkritik penjajahan Belanda dan menuntut Indonesia Merdeka. Namun beliau tidak suka
dengan sikap PNI yang, menurutnya selalu mencemoohkan aturan-aturan Islam.

Pada masa inilah Muhammad Natsir banyak menulis tentang Islam dan politik. Tulisan yang lahir sebagai akibat dari fase konfrontasi yang panjang antara Natsir dan Soekarno.

Soekarno menulis dengan tajuk antara lain "Memudahkan Pengertian Islam", "Apa Sebab Turki Memisahkan Agama dari Negara", "Masyarakat Onta dan Masyarakat Kapal Terbang", dan "Islam Sontoloyo". Muhammad Natsir menjawab tulisan ini secara langsung. Antara lain beliau menulis dengan tajuk "Apa yang menyebabkan Turki Memisahkan Agama dari Negara" (1940). Kemudian tulisan ini ditulis secara bersambung dengan tajuk "Persatuan Agama dan Negara".

Termasuk salah satu tokoh pendiri partai Majelis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi). Masyumi sendiri berdiri berdasarkan keputusan muktamar Muhammadiyah di Yogyakarta pada 7-8 November 1945 yang mengganti nama organisasi Majelis Islam A'la Indonesia (MIAI). Sejarah mencatat bahwa Masyumi adalah satu-satunya partai Islam terbesar di Indonesia.

Sutan Syahrir

Sutan SyahrirSutan Syahrir Foto: (Kemendikbud)

Sutan Syahrir adalah salah satu pejuang kemerdekaan, intelektual dan pemikir. Ia sosok pemberani, sangat anti-Jepang. Sosoknya yang pemberani dan tidak takut akan sebuah perbedaan ini, sangat berperan dalam tercapainya kemerdekaan Indonesia, terutama dalam jalur diplomasi.

Berkatnya, Indonesia mendapat pengakuan dari dunia internasional, melalui jalur diplomasi. Ia adalah negarawan humanis dan seorang demokrat sejati. Ada banyak hal pula yang dapat diteladani dari sosok Sutan Syahrir ini.

Sutan Syahrirlah yang mendesak Sukarno dan Mohammad Hatta untuk mendeklarasikan kemerdekaaan Indonesia pada 15 Agustus 1945. Ddesakan itu juga didukung oleh para pemuda ketika itu.

Saat Sukarno-Hatta menolak, kaum muda ketika itu menculik Sukarno dan Mohammad Hatta dan membawanya ke Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus 1945 guna menjauhkan dari pengaruh Jepang dan mendesak agar segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Akhirnya pada tanggal 17 Agustus 1945, Sukarno dan Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Sutan Syahrir juga berkecimpung dalam aksi pendidikan 'melek' huruf secara gratis bagi anak-anak dari keluarga tak mampu dalam Tjahja Volksuniversiteit (Cahaya Universitas Rakyat). Syahrir juga merupakan perdana menteri pertama RI dari 14 November 1945 hingga 20 Juni 1947. Dia juga adalah pendiri Partai Sosialis Indonesia (PSI) pada 1948.

Soedjatmoko

Soedjatmoko, Cendekiawan Indonesia yang Aktif di PolitikSoedjatmoko, Cendekiawan Indonesia yang Aktif di Politik Foto: Internet

Juga dikenal dengan nama panggilan Bung Koko adalah seorang intelektual, diplomat, dan politikus Indonesia.

Soedjatmoko bersama dua pemuda lain dikirimkan ke Lake Success, New York, Amerika Serikat untuk mewakili Indonesia di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 1947, demikian dalam laman Universitas Krisna Dwipayana (Unkris). Bung Koko bersama beberapa tokoh Delegasi RI mengikuti saling berargumentasi tentang pengakuan Indonesia oleh negara lain di PBB.

Menjelang kesudahan masanya di New York, Soedjatmoko masuk di Littauer Center milik Harvard karena pada ketika itu dia sedang adalah proses delegasi PBB, dia harus pulang-pergi selang New York dan Boston selama tujuh bulan masa kuliahnya. Sesudah dibebastugaskan dari delegasi, Soedjatmoko menghabiskan hampir satu tahun di Littauer Center.

Namun, kuliahnya itu terganggu ketika selama tiga bulan dia menjadi chargΓ© d'affaires-yang pertama untuk Indonesia-di proses Hindia-Belanda di Kedutaaan Besar Belanda di London, Inggris. Dia menjabat sementara selagi kedutaan besar Indonesia diwujudkan.


Sempat bersitegang dengan Sukarno karena tak setuju kepemimpinannya yang otoriter dan menolak kebijakan Demokrasi Terpimpin. Di masa ini Soedjatmoko kembali ke AS dan menjadi dosen di Universitas Cornell di Ithaca, New York.

Di era Soeharto, Soedjatmoko malang melintang di bidang diplomasi, menjadi Delegasi RI di PBB hingga jadi Dubes RI untuk AS. Namun Bung Koko tetap kritis pada kebijakan Orba.

Sempat menjabat Rektor Universitas PBB di Jepang dari tahun 1980-1987. Bung Koko tutup usia pada 21 Desember 1989 saat menyampaikan kuliahnya di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta karena serangan jantung.



Simak Video "Video Anwar Ibrahim Sindir Junta Myanmar: Berhenti Membunuh-Membakar Rumah Orang"
[Gambas:Video 20detik]

(nwk/twu)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads