Prof Luthfi menegaskan, karya sastra bisa menjadi media diplomasi yang meyakinkan untuk suatu tujuan tertentu. Hal ini pernah dilakukan sastrawan Indonesia dan Palestina.
Sastrawan Indonesia yang Meyakinkan Mesir Mengakui Kemerdekaan RI
Saat Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945 lalu, dunia internasional tak seketika memberikan pengakuan.
Salah satu jalan yang dilakukan untuk mendapatkan pengakuan ini adalah melalui jalur diplomasi, baik government to government ataupun people to people. Melalui diplomasi government to government, pemerintah Indonesia mengirimkan delegasi yang dipimpin Haji Agus Salim.
Delegasi tersebut memperoleh amanah untuk meyakinkan dunia internasional, utamanya negara-negara Arab supaya mengakui kemerdekaan RI.
Sementara, dalam diplomasi people to people, Ali Ahmad Bakatsir meyakinkan masyarakat Arab tentang kemerdekaan Indonesia. Bakatsir sendiri adalah sastrawan berkebangsaan Indonesia keturunan Hadramaut.
Diplomasi sastra Bakatsir pun membuat Mesir menjadi negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia dan diikuti negara-negara Arab lainnya.
Drama Bakatsir bertajuk "Audatul Firdaus" yang digelar di Kairo, Mesir, memantik pengakuan negara tersebut atas kemerdekaan RI. Pementasan ini bercerita tentang perdebatan tokoh-tokoh pendukung Sutan Syahrir dengan Sukarno menjelang kemerdekaan RI.
Cerita di dalamnya menggambarkan bahwa perbedaan Syahrir dan Sukarno bukanlah sesuatu yang prinsipil. Keduanya hanya mempunyai taktik berbeda untuk meraih tujuan bersama.
"Salah satu poin penting dalam cerita drama ini adalah nama Soekarno sebagai presiden RI pertama ditambahkan kata Ahmad sehingga disebut dengan Ir. Ahmad Soekarno. Nama Ahmad Sukarno-lah yang kemudian menjadi populer di Mesir," jelas Prof Luthfi, dikutip dari laman UI pada Senin (12/12/2022).
Penggunaan nama tersebut menyebabkan rakyat Mesir berpikir bahwa negara Indonesia yang baru saja merdeka merupakan negara muslim yang dipimpin seorang muslim. Oleh sebab itu, mereka menganggap perlu didukung kemerdekaannya.
Prof Luthfi juga menyebutkan kalangan sastrawan Arab yang menjadikan karyanya sebagai media untuk memperjuangkan pengakuan kemerdekaan Palestina. Para sastrawan tersebut adalah Mahmoud Darwish, Nizar Qabbani, dan Fadwa Tuqan.
Tema yang dipilih Prof Luthfi dalam orasi ilmiah pengukuhan dirinya sebagai guru besar FIB UI ini sesuai dengan pengalamannya menjabat sebagai Atase Pendidikan dan Kebudayaan, Kedutaan Besar RI di Riyadh pada 2009-2013 lalu.
Terlebih, kajian mengenai sastra dan diplomasi budaya belum banyak dikembangkan. Apa yang dipresentasikan Prof Luthfi berkontribusi besar atas perkembangan kajian kesusastraan, utamanya kesusastraan Arab.
Prof Luthfi sendiri telah dikukuhkan sebagai Guru Besar tetap bidang Ilmu Susastra FIB UI pada Sabtu (10/12/2022) lalu.
(nah/nwk)