3. Factfullness - Hans Rosling
![]() |
Factfulness: sepuluh alasan kita keliru tentang dunia - dan mengapa segalanya lebih baik daripada yang kita kira adalah karya dari Hans Rosling bersama Ola Rosling dan Anna Rosling Ronnlund.
Cetakan pertama buku ini diterbitkan Flatiron Books New York pada tahun 2018. Menurut pengakuan Hans, buku ini berisi materi pengajarannya selama 18 tahun, dirangkum menjadi buku dibantu oleh putranya Ola Rosling dan sang menantu Anna Rosli Ronnlund. Rosling sendiri seorang dokter, dosen, dan pembicara publik. Hans belajar statistik dan kedokteran di Uppsala University, Swedia dan kesehatan masyarakat di St John's Medical College di Bangalore, India.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut abstrak tentang Factfullness yang dilansir dari laman Perpustakaan Nasional (Perpusnas):
Ketika diberi pertanyaan sederhana tentang kecenderungan global, seperti berapa persen populasi dunia yang tinggal dalam kemiskinan dan kenapa populasi dunia bertambah, kita kerap memberikan jawaban yang salah. Bahkan simpanse yang menjawab secara acak memberikan lebih banyak jawaban benar dibandingkan guru, jurnalis, bankir investasi, dan pemenang Nobel.
Factfulness menawarkan penjelasan mengapa hal itu terjadi. Ada sepuluh naluri yang mengalihkan perspektif kita--dari kecenderungan untuk membagi dunia menjadi dua kelompok (semacam versi kita dan mereka) sampai cara kita mengonsumsi media dan melihat kemajuan. Factfulness akan mengubah cara kita melihat dunia, memampukan kita merespons krisis dan peluang yang dibawa oleh masa depan.
Ditengok detikEdu, Factfullness berisi 11 Bab:
- Naluri terhadap Kesenjangan
- Naluri terhadap Negativitas
- Naluri terhadap Garis Lurus
- Naluri terhadap Rasa Takut
- Naluri tehadap Ukuran
- Naluri terhadap Generalisasi
- Naluri terhadap Takdir
- Naluri terhadap Perspektif Tunggal
- Naluri untuk Menyalahkan
- Naluri terhadap Keterdesakan
- Factfullness dalam Praktik
4. Grit, Kekuatan Passion + Kegigihan - Angela Duckworth
![]() |
Orang yang sukses dalam segala bidang itu apa karena bakat bawaan atau kerja keras? Pertanyaan ini yang coba dijawab Angela Duckworth, seorang profesor psikologi dari University of Pennsylvania.
Dari laman Angela Duckworth, Angela menunjukkan kepada siapa pun yang berjuang untuk sukses-entah itu orang tua, siswa, pendidik, atlet, atau pebisnis-bahwa rahasia pencapaian luar biasa bukanlah bakat, melainkan perpaduan khusus antara hasrat dan kegigihan yang dimiliki, yang disebut 'grit'.
Mengapa beberapa orang berhasil dan yang lainnya gagal? Berbagi wawasan baru dari penelitian pentingnya, Angela menjelaskan mengapa bakat bukanlah penjamin kesuksesan.
Angela telah menemukan bahwa grit-kombinasi hasrat dan ketekunan untuk tujuan yang sangat penting-adalah ciri khas orang berprestasi tinggi di setiap bidang. Dia juga menemukan bukti ilmiah bahwa 'grit' dapat bertumbuh.
Angela memberikan laporan orang pertama tentang penelitiannya dengan para guru yang bekerja di beberapa sekolah terberat, para kadet yang berjuang melalui hari-hari pertama mereka di West Point, dan finalis muda di National Spelling Bee. Dia juga menambang wawasan menarik dari sejarah dan menunjukkan apa yang dapat diperoleh dari eksperimen modern dalam periode puncak kinerja. Terakhir, dia membagikan apa yang dia pelajari dari mewawancarai lusinan orang berprestasi tinggi-mulai dari CEO JP Morgan Chase Jamie Dimon hingga Pelatih Seattle Seahawks, Pete Carroll.
Sangat pribadi, berwawasan luas, dan bahkan mengubah hidup, "Grit" adalah buku tentang apa yang terlintas di kepalamu saat jatuh, dan bagaimana hal itu-bukan bakat atau keberuntungan-yang membuat perbedaan.
Kalau kalian tertarik baca buku favorit Erina Gudono yang mana?
Simak Video "Video: Kata Jakarta Bookhive soal Maraknya Pembajakan Buku"
[Gambas:Video 20detik]
(nwk/nwy)