Dalam sebuah riset terbaru, ditemukan fakta mengenai otak remaja yang mengalami penuaan usai periode lockdown COVID-19. Studi menyimpulkan bahwa pandemi mempengaruhi otak remaja.
"Kami sudah tahu dari penelitian global, bahwa pandemi telah berdampak buruk pada kesehatan mental di masa muda. Tetapi kami tak tahu pengaruhnya secara fisik pada otak mereka," kata Ian Gotlib, penulis studi yang dipublikasikan dalam jurnal Biological Psychiatry: Global Open Science.
Remaja Selama Periode Lockdown Mengalami Penuaan Otak Lebih Cepat
Melansir dari laman IFL Science, remaja yang dipindai otaknya setelah periode lockdown menunjukkan adanya penuaan otak yang lebih cepat ketimbang dengan remaja yang dipindai sebelum pandemi.
Pada studi tersebut, peneliti membandingkan pemindaian otak dari 82 remaja yang dilakukan pada Maret 2022 dengan 81 remaja yang dipindai sebelum pandemi. Hasilnya, perbedaan yang mencolok terlihat.
Mereka menemukan,remaja pasca pandemi memiliki masalah kesehatan mental yang lebih parah.
"Ketebalan kortikal yang berkurang, volume hipokampus dan amigdala yang lebih besar, serta otak yang lebih tua," tulis peneliti dalam riset tersebut.
Percepatan Perkembangan Otak Mengkhawatirkan
Umumnya, ukuran hipokampus dan amigdala membesar selama masa remaja, sedangkan korteks menipis. Nah, proses yang terjadi pada remaja selama lockdown justru menunjukkan percepatan perkembangan otak yang mengkhawatirkan.
"Pandemi tak hanya berdampak buruk pada kesehatan mental remaja, tetapi juga mempercepat pematangan otak mereka," ujar peneliti.
Penuaan dini semacam ini biasanya hanya terlihat pada anak-anak yang mengalami masalah seperti penelantaran, kekerasan, dan disfungsi keluarga. Pengalaman negatif tersebut dikatikan dengan kesehatan mental yang memburuk di kemudian hari.
Belum Pasti Apakah Berdampak Secara Permanen atau Tidak
Pada kasus perubahan otak yang disebabkan oleh pandemi ini, peneliti menyebut tidak yakin akan dampak yang ditimbulkan dalam jangka panjang. Gotlib mengatakan tidak jelas apakah perubahan itu permanen atau tidak.
"Untuk orang berusia 70 atau 80 tahun, Anda akan mengharapkan beberapa masalah kognitif dan ingatan berdasarkan perubahan otak, tetapi apa artinya bagi anak berusia 16 tahun jika otak mereka menua sebelum waktunya, itu yang belum diketahui," urai Gotlib.
Selain perubahan fisik pada otak, kelompok remaja dalam riset ini juga memiliki tingkat depresi dan kecemasan yang lebih tinggi.
Oleh karenanya, peneliti berencana untuk terus mengontrol mereka beberapa tahun ke depan untuk melihat apakah pandemi telah secara permanen mengubah lintasan perkembangan otak dan kesehatan mereka.
Simak Video "Jokowi: Kesuksesan RI Tangani Covid Bisa Diaplikasikan ke Kasus Lain"
[Gambas:Video 20detik]
(aeb/nwk)