Potensi getah karet, komoditas terbesar kedua di Indonesia setelah kelapa sawit, mengilhami mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk meningkatkan kualitas hasil produksinya. Inovasi mahasiswa ini diganjar medali emas di Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) 2022.
Gagasan ini diusung mahasiswa Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) dan Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB Yuman Satriyadi, M Rafiuddin Rasyid, Pande Nyoman Dharmayasa S, dan M Hilmi Fawwaz, di bawah bimbingan Dr Ir Aditianto Ramelan.
Mereka mendapati, kendati menjadi komoditas perkebunan besar, tetapi kualitas komoditas Indonesia masih jauh tertinggal dengan negara-negara lain.
Dari kondisi tersebut, para mahasiswa ini mencoba membuat alat penyadap penyadap pohon karet elektrik SADAPtech. Alat penyadap pohon karet ini dilengkapi pemilah yang membantu meningkatkan kualitas sadapan petani karet.
Dikutip dari laman ITB, alat pemilah SADAPtech akan memisahkan hasil sadapan yang berbeda dari masing-masing rentang waktu penyadapan. Fungsi pemilahan ini memungkinkan kualitas getah karet yang dihasilkan bisa seragam untuk tiap jangka waktu tertentu.
Cara Kerja Alat Sadap Karet Elektrik SADAPtech
Pande Nyoman, salah satu mahasiswa penggagas SADAPtech, menjelaskan bahwa alat sadap ini bekerja menggunakan gerinda tangan. Gerinda dihubungkan dengan baterai sebagai pengganti mata pisau manual.
"Alat penyadap elektrik sebenarnya sudah ada di pasaran, jadi kami mengambil inspirasi dari sana. Cuma bagaimana caranya agar alatnya tidak terlalu mahal, kami memakai mesin gerinda tangan yang dihubungkan ke baterai. Lalu kami ubah mata pisaunya supaya bisa melakukan gerakan mengikis kulit pohon," jelasnya, dikutip dari laman ITB, Kamis (15/12/2022).
![]() |
Mahasiswa yang akrab disapa Oming ini menuturkan, gerinda di SADAPtech dimodifikasi agar dapat mengikis kulit pohon karet dengan cepat dan rapi. Dengan demikian, alat sadap ini bisa mengejar waktu optimal dalam penyadapan.
Ia mengatakan, berdasarkan informasi yang dihimpun timnya, rentang waktu penyadapan berpengaruh besar pada kualitas hasil sadapan. Rentang penyadapan karet paling baik yakni antara pukul 5-8 pagi.
Berangkat dari kondisi ini, timnya menjadikan variabel waktu sebagai dasar pengembangan desain SADAPtech.
Sementara itu, fungsi pemilahan dibangun dari sendok yang digerakkan dengan servo motor. Alat pemilah SADAPtech juga menggunakan baterai dan komponen elektrik untuk mengatur pergeseran pemilah dalam jangka waktu tertentu.
Potensi Penggunaan untuk Petani Karet
Menurut Rafiuddin, mahasiswa ITB tim SADAPtech lainnya, harga alat ini tidak akan terlalu mahal dan jaminan karet hasil sadapannya bisa jauh lebih baik daripada alat penyadap tradisional.
Karenanya, sambung Rafiuddin, alat sadap karet elektrik berpotensi besar untuk dikembangkan dan digunakan secara luas oleh petani karet di Indonesia.
"Sebenarnya alat ini feasible dari segi harga, penggunaan, dan fungsinya. Tapi masih butuh iterasi lagi agar produknya benar benar efektif atau mungkin harganya bisa lebih rendah lagi," tuturnya.
Mahasiswa tim SADAPtech mendapati, beberapa perbaikan yang dapat dilakukan antara lain mengganti gerinda dengan mata pisau yang lebih kecil agar lebih praktis, lalu menggunakan internet of things (IoT) agar tiap pemilah antar pohon dapat saling berkomunikasi.
Rafiuddin menambahkan, masukan dari para petani juga sangat diperlukan agar desain yang dibuat dapat menyesuaikan kebutuhan dan preferensi.
Tim SADAPtech meyakini, pengembangan inovasi alat sadap karet elektrik dapat meningkatkan kualitas hasil sadapan yang jauh lebih baik, dibandingkan dengan meningkatnya biaya untuk investasi alatnya sendiri.
"Kami berharap alat ini dapat digunakan petani Indonesia nantinya untuk mendukung peningkatan kualitas hasil sadapan sehingga harga karet Indonesia bisa bersaing di kancah internasional, mengingat masih banyak sekali potensi yang bisa digali," pungkasnya.
Simak Video "Kericuhan Demo Tolak UU Ciptaker di DPRD Lampung"
[Gambas:Video 20detik]
(twu/nwk)