Cerita Kepsek MIM Patikraja Terapkan Ekonomi Sirkular di Sekolah, Hemat Biaya-Minim Sampah

ADVERTISEMENT

Cerita Kepsek MIM Patikraja Terapkan Ekonomi Sirkular di Sekolah, Hemat Biaya-Minim Sampah

Nikita Rosa - detikEdu
Jumat, 25 Nov 2022 15:15 WIB
Indra Gunawan, Kepala Sekolah MIM Patikraja yang Kenalkan Konsep Ekonomi Sirkular.
Foto: Dok. Indra Gunawan
Jakarta - Ada yang berbeda dari Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Patikraja di Jawa Tengah. Baik siswa dan guru menjalankan konsep ekonomi sirkular di sekolah. Apa itu?

Konsep ekonomi sikkular di MIM Patikraja adalah konsep yang dikenalkan oleh Kepala Sekolah Indra Gunawan. Indra mengenalkan konsep ini sejak mengemban tugas sebagai kepala sekolah pada 2016 silam.

Melalui konsep ini, Indra ingin memaksimalkan sumber daya yang dimiliki agar tidak ada yang terbuang. Berpegang pada 5R, Reduce, Reuse, Recycle, Repare, dan Replant, MIM Patikraja terus menggunakan konsep ekonomi sirkular ini.

"Dari ekonomi sirkular itu kita memaksimalkan apa yang kita punya jika masih bisa dimanfaatkan ulang," ungkap Indra kepada detikEdu, Kamis (24/11/2022).

Konsep Ekonomi Sirkular di MIM Patikraja

Pemanfaatan ekonomi sirkular di MIM Patikraja dibagi ke dalam lima hal yakni sebagai berikut.

1. Electronic Administration (E-Administrasi)

Guna mengurangi sampah kertas, MIM Patikraja telah beralih ke administrasi berbasis dalam jaringan (daring). Indra bercerita guru sempat mengeluhkan bahwa waktunya habis dengan mengurus administrasi.

Dengan inovasi e-administrasi, guru bisa mengerjakan administrasi di mana saja dan kapan saja serta mengurangi penggunaan kertas (paperless).

"Sudah 80 persen pengelolaan sekolah kita paperless. Sehingga guru bisa mengerjakan administrasi di mana saja. Saya juga bisa melakukan supervisi kapanpun," ungkap Fasilitas Daerah Program PINTAR Tanoto Foundation itu.

Menurut Indra, dampaknya sekolah jadi bisa menekan pengeluaran untuk administrasi.

2. Membetulkan Furnitur Sekolah

Agenda kedua dari ekonomi sirkular adalah membetulkan (repare) kembali barang-barang sekolah yang rusak. Ia bercerita furnitur yang ia dapatkan di ruang kepala sekolah adalah turunan dari kepala sekolah terdahulu. Dengan konsep membetulkan ulang, sekolah tidak perlu mengeluarkan dana banyak untuk membeli furnitur baru.

"Jadi seharusnya kebutuhan kami untuk membeli mebbleware baru untuk sofa ruang tamu taruhlah Rp 10 juta. Kami hanya butuh Rp 1,5-2 jt untuk merepare ulang sehingga mebel itu penampakannya baru lagi," katanya.

3. Sedekah Sampah

Sedekah sampah di MIM Patikraja bertujuan untuk mengurangi jumlah sampah-sampah anorganik yang diproduksi oleh keluarga besar MIM Patikraja. Sampah termasuk hasil guru, karyawan, hingga keluarga siswa.

Setiap hari Jumat para siswa diminta untuk membawa sampah anorganik yang diproduksi oleh keluarganya ke sekolah. Baik itu botol plastik bekas minyak atau sampah bekas minuman.

Sedekah Sampah di MIM Patikraja.Sedekah Sampah di MIM Patikraja. Foto: Tangkapan Layar Youtube MIM Patikraja

"Istilahkan sedekah karena sampah plastik ini kita jual. Uangnya ya untuk pengelolaan sampah sekolah," papar Indra.

4. Membuat Sumur Resapan

Ads pula sumur resapan dalam konsep ekonomi sirkular. Sumur resapan ini ada agar air hujan masuk lagi ke dalam tanah.

Sumur resapan ini tersedia di beberapa gedung MIM Patikraja.

5. Pengaturan Jajan Anak

"Ini impactnya luar biasa," bangga Indra.

Pengaturan jajan anak ini dilatarbelakangi oleh kurangnya budaya mengantre dan buang sampah pada tempatnya pada siswa. Saat membeli jajan di kantin, siswa langsung menyerbu pedagang dan membuang sampah tidak pada tempatnya.

Lewat pengaturan jajan anak, sekolah menaruh jajan di meja depan guru. Saat istirahat, anak-anak dipersilakan untuk mengambil jajanannya dan makan-makanan di kelas.

"Nanti anak-anak antre ambil snacknya kemudian mereka makan kembali ke tempat itu, berdoa, duduk sambil makan. Baru setelah itu sampah dibuang di tempatnya," ujarnya.

Selain belajar tentang budaya antre, hal ini juga menguntungkan orang tua siswa. Sebab, makanan yang dijajakan adalah dagangan para orang tua siswa.

"Kalau orang tua siswa dapat keuntungan karena mereka suplai makanan, keuntungan dipakai lagi untuk pembayaran SPP, pembayaran buku, dan sebagainya," kata Indra.

Bukan Study Tour, Tapi Leadership Journey

Ada lagi yang unik dari MIM Patikraja. Jika siswa biasanya diikutkan study tour, maka siswa MIM Patikraja mengikuti agenda yang bernama Leadership Journey.

Agenda ini berangkat dengan konsep City Outbond. Di mana para siswa akan didampingi oleh satu guru dalam melaksanakan misi. Misi tersebut yakni mencapai suatu tempat dalam satu kelompok.

"Pendamping bertugas memastikan keselamatan si anak dan tidak boleh memberikan masukan," ujarnya.

Indra mengambil contoh saat tahun lalu siswa melakukan Leadership Journey ke Yogyakarta. Siswa diminta untuk sampai di satu titik bersama-sama. Mereka diminta berdiskusi ingin naik apa untuk sampai ke tujuan.

"Inikan kemampuan collaboration mulai diasah," kata Indra.

Ungkapnya, program ini juga sudah diadopsi oleh beberapa sekolah.

Ingin Orang Tua Mengubah Paradigma

Kepala Sekolah MIM Patikraja itu berharap agar orang tua mengubah paradigma bahwa pendidikan adalah untuk mendapatkan pekerjaan. Sebab, ia selama ini melihat orang tua berharap anak mendapatkan pekerjaan yang baik.

Ia menyarankan kepada orang tua agar membimbing anak-anaknya menjadi manusia yang sejahtera dalam berfikir.

"Agar mereka bisa jadi diri mereka sendiri," harap lulusan S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar itu.

Kisah Indra adalah salah satu kisah inspiratif guru-guru yang berinovasi dalam dunia pendidikan. Sudahkah kamu mengucapkan Selamat Hari Guru Nasional pada pahlawan tanpa tanda jasa di tempatmu, detikers?


(nir/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads