Emisi karbon di Bumi meningkat setiap tahunnya. Hasilnya, emisi karbon kini menjadi permasalahan global.
Negara-negara di dunia telah melakukan berbagai cara untuk mengurangi emisi karbon seperti pengembangan sumber energi alternatif, meningkatkan efisiensi bahan bakar kendaraan, dan pengembangan riset-riset untuk pengurangan emisi karbon.
Tim dari peneliti UGM juga turut berkontribusi pada usaha pengurangan karbon ini. Mereka mengembangkan metode pendeteksi aliran fluida di dalam tanah untuk menangkap karbon.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagaimana cara kerjanya?
Cara Kerja Penangkapan Karbon dengan Mendeteksi Aliran Fluida
Tim yang terdiri dari Dr rer nat Wiwit Suryanto S Si, M Si dan anggota dari Laboratorium Geofisika itu menyebutkan, sebelumnya metode ini telah dikembangkan untuk mendeteksi keberadaan sungai di bawah tanah. Lalu, saat ini metodenya dikembangkan untuk menangkap karbon. Karbon akan ditangkap kemudian dikembalikan ke reservoar minyak Bumi di dalam tanah.
Sebelumnya dalam proses pengangkatan minyak, bahan bakar yang dihasilkan untuk industri dan transportasi akan membuat karbon dilepaskan lagi ke atmosfer dan menjadi polutan. Berbeda dengan metode ini di mana karbon yang ada akan dikumpulkan.
Selanjutnya, karbon yang telah terkumpul tidak dilepaskan ke atmosfer, namun diinjeksi kembali ke reservoar di dalam tanah. Hasilnya, karbon tidak mencemari udara dan mengurangi kadar karbon di udara.
"Nah saat proses injeksi karbon ini kan harus dipantau. Karbon bertekanan tinggi ini berbentuk fluida (cair) dipantau pergerakannya untuk memastikan supaya tidak keluar lagi, dipastikan kembali ke rumahnya lagi," tutur Dr Wiwit dalam laman UGM dikutip Selasa (22/11/2022).
Uji Coba di Lapangan Minyak Pertamina
Dr Wiwit menjelaskan bahwa metode deteksi ini telah dikembangkan sejak awal tahun 2022. Metode ini juga bekerja sama dengan Pertamina hingga 3 tahun ke depan.
Saat ini pengembangan dilakukan dalam skala laboratorium. Rencananya pada 2023 mendatang metode ini akan dikembangkan dalam skala pilot project yang akan diimplementasikan di lapangan minyak milik Pertamina.
"Hasilnya cukup menjanjikan. Metode ini bisa melihat adanya perubahan tahanan jenis tanah (resistivity) yang bisa dideteksi di permukaan saat injeksi fluida," tutur Dosen Departemen Fisika UGM itu.
(nir/nah)