Mendikbudristek Nadiem Makarim menegaskan, Kurikulum Merdeka justru lebih penting diterapkan di luar kota besar.
"Justru lebih penting di luar kota besar, di perbatasan, di daerah terpencil, di daerah dengan sosio-ekonomi rendah," kata Nadiem dalam pertemuan dengan 65 perwakilan sekolah penerima manfaat Program Organisasi Penggerak (POP) dan mitra POP Kabupaten Sanggau Forum Indonesia Menulis, di Sanggau, Kalimantan Barat, Selasa (25/10/2022).
Nadiem merinci penyebab Kurikulum Merdeka penting diterapkan di nonkota besar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kurikulum merdeka diringkas materinya, 30-40 persen materi dipangkas agar guru bisa mendalami tiap materinya, tidak cetek seperti puluhan tahun ini," katanya.
Lebih lanjut, Kurikulum Merdeka juga memungkinkan guru maju atau mundur materi hingga 2 tahun.
"Kedua, guru diberikan hak mundur atau maju sesuai kemampuan siswanya. Kini ada jutaan anak tertinggal karena materi harus kejar tayang. Di berbagai daerah, perbedaan kota besar dengan luar itu 2 tahun," jelasnya.
"Guru kelas 6 mau mundur ke (materi) kelas 4 boleh, karena tiap anak enggak selalu setara, yang penting ia belajar sesuai levelnya. Jadi guru punya keleluasaan untuk mengulang lagi dan mengejar ketertinggalan," sambung Nadiem.
Ia menambahkan, guru juga bisa melakukan pembelajaran dengan project based-learning sederhana.
"Ketiga, salah satu komponen terbesar adalah project based learning. Enggak canggih. Belajar local business, membersihkan sekolah, belajar toleransi beragama, kebinekaan, iklim dan ramah lingkungan, kebudayaan adat lokal, keluar dari kelas dan melakukan project," katanya.
Nadiem mengatakan, Kurikulum Merdeka juga merampingkan materi di sekolah dan guru bisa mengatur pembelajaran dalam 1 tahun.
"Misal satu minggu fokus di Matematika dan numerasi boleh, sehari satu hal di SD, minggunya Matematika, penambahan atau pengurangan, sampai matang di situ. Ini memberi ruang untuk organisasi POP, tidak dibebankan kurikulum atau kejar tayang," pungkasnya.
(twu/nwy)