Curhat Kepsek-kepsek saat Bertemu Nadiem Makarim

ADVERTISEMENT

Curhat Kepsek-kepsek saat Bertemu Nadiem Makarim

Trisna Wulandari - detikEdu
Senin, 24 Okt 2022 21:49 WIB
Nadiem berdialog dengan kepsek dan guru
Foto: Trisna Wulandari/detikEdu/Curhat Kepsek-kepsek saat Berdialog dengan Nadiem Makarim
Pontianak -

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim berdialog dengan para kepala sekolah dari Program Sekolah Penggerak (PSP) dari wilayah Kota Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya, Senin (24/10/2022).

Sejumlah keluh-kesah disampaikan para kepala sekolah penggerak Pontianak dan Kubu Raya pada Nadiem. Salah satunya yakni menyoal formasi PPPK dan rekrutmen PPPK yang diharapkan dari pusat. Dengan demikian, harapannya, formasi PPPK yang diusulkan pusat sejalan dengan yang diajukan di daerah masing-masing.

"(Saat ini kita nggak bisa ajukan formasi lalu dapat posisi. Lagi kerja sama pemda sama KemenpanRB agar isu guru honorer ini lebih mulus penyelesaiannya. Jadi guru honorer tidak usah pindah sekolah (di formasi sekolah lain), jadi (formasi di sekolahnya sendiri) enggak usah diambil (guru) yang lain," jawab Nadiem.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Lalu rekrutmen pusat lagi dibahas di pusat, membahas dengan KemenpanRB untuk cari solusi dari sini untuk percepat, akselerasi rekrutmen PPPK," imbuhnya.

Sementara itu, salah satu kepala sekolah meminta agar buku seni dan pendidikan jasmani dikeluarkan untuk sekolah. Menanggapi hal ini, Nadiem menuturkan, justru buku kedua mata pelajaran itu ditahan dahulu agar siswa dapat berekspresi.

ADVERTISEMENT

"Penjas dan seni sengaja. Sekarang diajarkan seolah (mapel) Sejarah, lalu dites. Sengaja kita berikan pancingan kreativitas dan kemerdekaan. Darimana bisa belajar kreativitas seni?" katanya.

"Mapel seni yang kita inginkan itu bikin karya beragam format sebebas mungkin, murni datang dari hati murid. Agak repot dikit, sulit dikit, tetapi ada modul di Platform Merdeka Mengajar," jelas Nadiem.

Sementara itu soal pendidikan jasmani, sambungnya, siswa diharapkan bisa mengasah kemampuannya di lapangan.

"Pendidikan Jasmani juga. Ini bukan pendidikan informasi teori olahraga, bukan itu maksudnya. Di Kurikulum Merdeka, tes (Penjas) itu bukan pengetahuan, tapi kemampuan. Lebih nyaman tesnya kalau dia (siswa) bisa push up banyak, bisa sepak bola, basket, lari, ketimbang tahu teori luas lapangan sepak bola," kata Nadiem.

Kepala sekolah lainnnya juga menyoal linearitas guru mata pelajaran untuk menjadi guru kelas, sebab bukan lulusan Pendidikan Guru SD (PGSD). Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Nunuk Suryani menjelaskan dalam kesempatan yang sama bahwa guru kelas boleh dari pendidikan non linear.

"Lalu Kurikulum Merdeka, guru kelas bisa dari mapel lain. Bisa juga guru Bahasa Inggris jadi guru kelas. (Berlaku juga untuk) guru Matematika, Bahasa Indonesia. Tidak harus linear PGSD," sambungnya.




(twu/nwy)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads