Prilly Latuconsina mulai mengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) UGM sebagai dosen praktisi hari ini, Kamis (29/09/2022). Alumnus London School of Public Relation (LSPR) ini membagikan ilmunya dalam Kajian Selebritas untuk mahasiswa semester 5.
Di dalam ruangan bercat putih, Prilly sibuk menjelaskan melalui papan tulis dan layar LCD. Dia membagikan materi kuliah dan menjawab berbagai pertanyaan, seperti mengenai personal branding, selebritisasi, fenomena klarifikasi figur publik, sampai memantik diskusi bersama mahasiswa melalui case study.
Sela-sela memberikan kuliah, Prilly turut mengenang bagaimana dia memulai karier sebagai aktris.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rajin Beli Koran untuk Cari Peluang Casting
Prilly mengaku sangatlah sulit untuk bisa mencapai posisinya saat ini. Dia harus rajin membeli koran atau majalah untuk mengetahui informasi casting yang dibuka.
"Karena biasanya production house-production house itu nulis info casting di majalah atau di koran," ujar Prilly.
Prilly mengaku ibunya sangat ingin supaya dia menekuni industri kreatif, sehingga sangat rajin membeli koran. Dia pun mengenang proses ketika mengambil foto di studio dan mengirimkan hasilnya ke suatu production house.
"Untung kalau dibalas, kalau nggak ya udah. Nggak akan bisa apa-apa, nggak bisa nelfon, nggak bisa SMS," jelasnya.
"Benar-benar susah banget untuk terkenal," tegas Prilly.
Dia mengenang, satu-satunya modal yang dimilikinya hanyalah talenta. Waktu itu tidak ada media sosial yang mendukung.
"Satu-satunya komodifikasi yang saya punya pada saat dulu nggak ada sosial media, itu cuma satu. Talent," kata dia.
Menurutnya, mau tidak mau dia harus bisa akting supaya bisa bersaing. Di sisi lain, pada waktu merintis karier, Prilly baru berumur 18 tahun dan tidak mengenal bagaimana caranya melakukan personal branding.
"Saya baru membangun personal branding saya itu di umur 22 tahun," urainya.
Prilly juga mengingat ketika awal membangun karier, sempat dikatakan alay oleh penonton. Namun, menurutnya hal ini memang bagian dari proses.
"Hadapi aja karena itu memang prosesnya," ucapnya.
Untuk diketahui, Prilly Latuconsina mengajar sebagai dosen praktisi sebagai bagian dari Program Praktisi Mengajar Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Kajian yang diajarkan oleh Prilly pun pada dasarnya sudah ada di Departemen Ilmu Komunikasi Fisipol UGM.
(nah/twu)