Timor Tengah Utara -
Seorang guru sering disebut-sebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Pekerjaan yang memberikan ilmu kepada anak-anak tanpa mengharapkan pamrih memang patut untuk diapresiasi.
Sama halnya dengan seorang guru yang mengajar di sebuah SD pedalaman Nusa Tenggara Timur (NTT). Jennifer namanya, ia adalah seorang guru honorer yang mengajar di SD Manuinhau, Desa Susulaku, Kecamatan Insana, Kabupaten Timor Tengah Utara.
Ia mengatakan sudah menjadi tenaga pengajar di SD Manuinhau sejak 2019. Kala itu bangunan sekolah masih menggunakan atap dari daun. Ia pun mengajar di SD Manuinhau dibayar melalui dana BOS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dibayarnya dari dana BOS Rp 150.000-Rp 200.000. Saya dari rumah ke sini (sekolah) naik ojek, PP Rp 15.000, kalau tidak ada ojek ya saya jalan kaki. Kalau tidak ya bawa motor," kata Jennifer kepada detikcom beberapa waktu yang lalu.
Jarak rumahnya dari sekolah pun cukup jauh yaitu sekitar 1 jam perjalanan. Meski begitu, semangatnya untuk mengajar anak-anak di pedalaman ini sangat tinggi. Apalagi ada beberapa tantangan dan kesulitan yang dihadapi.
Tantangan seperti medan ke sekolah yang sulit, fasilitas sekolah yang seadanya, tidak adanya listrik maupun jaringan internet di sekolah hingga gaji yang tak seberapa tidak menyurutkan Jennifer memberikan ilmu-ilmu yang ia ketahui kepada anak di Desa Susulaku.
"Suka duka ya pasti ada, kadang saya mengajar pun tanpa buku karena tidak ada, karena saya kan komite jadi mau beli pun pakai apa? Karena gaji tidak ada, jadi saya mengajar pakai materi biasa seperti ada dari internet, karena tidak ada buku sumber," imbuhnya.
"Saya mengajar semua mata pelajaran. Tantangannya di buku sumber yang tidak ada, jadi materi saya cari sembarang saja. Saya harus berusaha keras untuk materi itu. Jadi saya ajarkan semua yang saya tahu saja," sambungnya.
Lulusan prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) ini menegaskan ketetapan hatinya untuk mengajar di SD Manuinhau adalah karena percaya suatu saat SD tempat ia mengajar akan menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Baca Selanjutnya >>>
"Saya bertahan mengajar di sini karena ya saya berpikir memang awalnya harus susah-susah dulu harus begini dulu baru nanti suatu saat bisa ke atas atau tetap begini pun ya saya akan tetap terus mengajar," ujar Jennifer.
Di mata Jennifer, pendidikan menjadi hal yang sangat penting untuk dibagikan. Jennifer pun mengatakan meskipun dalam kondisi yang susah maupun senang, ia akan tetap membagi ilmu kepada anak-anak yang ada di pedalaman.
"Daripada lulus kuliah tidak mengajar lebih baik ya saya tetap mengajar walaupun tidak bayar. Anak-anak di sini ya kadang ada juga yang nakal, ada yang sibuk di belakang, tapi ya kita ikuti saja kalau sudah berlebihan kita tegur. Semoga ilmu siswa-siswi ini meningkat, semoga bisa menerima semua yang disampaikan guru dan terus bisa meningkat serta giat belajar apapun kondisinya," ucap Jennifer.
Sementara itu, menurut Founder dan Ketua Yayasan Sahabat Anak Dawan Serlinda Marut, anak-anak di SD tersebut memang punya cita-cita, apalagi pendidikan yang diberikan sudah tanpa biaya alias gratis. Meski begitu, mereka masih membutuhkan dorongan seperti bantuan komputer atau laptop.
"Bukan karena tidak mampu beli, tapi karena di sini belum ada listrik. Itulah alasan kenapa anak-anak di sini belum bisa bersaing dengan anak-anak di kota karena faktor pendukungnya tidak ada. Apalagi pemerintah lagi mencanangkan digital," imbuh Serli.
Walaupun begitu, Serli terus mencari donatur dalam membantu pendidikan bagi anak-anak yang ada di pedalaman NTT ini. Bantuan itu pun datang dari BRI yang kerap membantu organisasi non-profit ini.
"Dalam hal ini, pihak Bank BRI kami sering dibantu. Ada yang dapat beasiswa, atau kegiatan dalam rangka ulang tahun BRI. Dan bukan hanya di sini, jadi sudah sering kami dikunjungi oleh pihak BRI. Dan saya bersyukur sekali bisa jadi salah satu mitra di BRI," kata Sherli.
Di sisi lain, Pemimpin Cabang BRI Kefamenanu Abid Rahman Martono mengatakan bantuan-bantuan tersebut merupakan wujud kepedulian BRI untuk pendidikan anak-anak yang ada di perbatasan.
"Harapannya agar pendidikan di daerah perbatasan bisa lebih maju lagi, walaupun sumbangsih yang kami berikan tidak besar. Tapi mudah-mudahan ini, memberikan motivasi bagi anak-anak di perbatasan untuk menuntut ilmu semakin tinggi," tutur Abid.
Sebagai informasi, detikcom bersama BRI mengadakan program Tapal Batas yang mengulas perkembangan ekonomi, infrastruktur, hingga wisata di beberapa wilayah terdepan Indonesia. Untuk mengetahui informasi dari program ini ikuti terus berita tentang Tapal Batas di tapalbatas.detik.com!
Simak Video "Kisah di Balik Resort Satu-satunya di Kota Kecil Wini"
[Gambas:Video 20detik]