Dilihat dari segi fisik memang para disabilitas memiliki kekurangan, tapi bukan berarti mereka tak punya semangat yang besar. Para disabilitas tunanetra saat ini banyak yang berprestasi di bangku kuliah, bahkan ada yang sudah bergelar sarjana dengan nilai memuaskan.
Beberapa kampus saat ini menerima mahasiswa disabilitas, termasuk mereka yang tunanetra. Para mahasiswa ini mendapat fasilitas pembelajaran yang khusus. Ada juga fasilitas pendampingan yang membantu para tunanetra untuk bisa mengikuti kegiatan perkuliahan layaknya mahasiswa lain.
Hal inilah yang menjadikan deretan disabilitas tunanetra semakin semangat mengejar cita-cita. Para mahasiswa tunanetra ini bisa mengikuti kegiatan belajar tanpa kendala, beberapa diantaranya bisa menorehkan prestasi di bidang akademik dan non-akademik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Deretan Mahasiswa Tunanetra Berprestasi di Indonesia
1. Aris Yohanes Elean
Aris Yohanes Elean berhasil menjadi lulusan pertama di Universitas Pamulang sebagai penyandang tunanetra. Tak hanya itu, ia juga merupakan sarjana komputer tunanetra dengan kondisi buta total pertama di Indonesia.
Dilansir dari laman resmi Unpam, Aris berhasil menyelesaikan studinya dalam waktu 4 tahun dengan IPK 3,59. Aris mendapat beasiswa penuh selama berkuliah sehingga ia tidak mengeluarkan uang untuk biaya kuliah.
Di Unpam sendiri, ada lebih dari 50 penyandang disabilitas yang tengah menjalani proses kuliah. Kini Aris sudah bekerja sebagai guru komputer di SLB, ia juga tengah merancang aplikasi untuk membantu tunanetra lainnya.
2. Zelda Maharani
Zelda Maharani menjadi salah satu tunanetra yang duduk di bangku kuliah di Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Zelda yang merupakan mahasiswi prodi S-1 Pendidikan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Unesa ini dikenal multitalenta.
Zelda pernah memenangkan perlombaan tingkat nasional. Perempuan asal Tangerang yang hobi menyanyi itu juga pernah memenangkan lomba cipta lagu yang diselenggarakan Kemendikbudristek pada tahun 2021.
3. Aulia Rachmi Kurnia
Adalah Aulia Rachmi Kurnia, mahasiswi tunanetra yang diterima di jurusan Sastra Indonesia Universitas Gadjah Mada (UGM). Perempuan yang akrab disapa Aulia ini telah menempuh lika-liku perjalanan di dunia pendidikan hingga akhirnya bisa duduk di bangku kuliah saat ini.
Putri dari buruh pabrik kayu di Jakarta ini merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Menempuh pendidikan jauh dari orangtua dan dengan kondisi tunanetra tentu bukanlah perkara mudah, namun hal ini tak mematahkan semangat Aulia.
Keterbatasan fisik Aulia ini juga tidak menghalanginya berprestasi secara nonakademik. Dia bahkan pernah meraih juara 1 cabor goalball atau bola gawang dalam Pekan Olahraga Daerah (PORDA) DIY tahun 2019 dan juara 3 di Kejuaraan Goalball Tingkat Nasional tahun 2018
4. Rayhan Naufaldi Hidayat
Rayhan Naufaldi Hidayat lulus dengan IPK 3.94 sebagai Wisudawan Terbaik tingkat Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan kondisi tunanetra, Rayhan bisa membuktikan dirinya mampu bersaing dengan mahasiswa lainnya.
Rayhan merampungkan studi dengan skripsi yang berjudul Pemanfaatan Alat Bantu Coblos bagi Tunanetra dalam Pemilihan Umum Serentak 2019 di Jakarta Selatan. Pria kelahiran Surabaya, 9 Januari 2000 ini menuturkan dirinya kehilangan penglihatan sejak duduk di kelas 6 SD.
Penyakit langka yang menyerang Rayhan ini mengganggu sistem imun Rayhan dan menyerang saraf sehingga membuatnya menjadi tunanetra. Di UIN Jakarta, Rayhan memilih prodi Ilmu Hukum.
5. Herman
Keterbatasan fisik tak mematahkan semangat Herman untuk tetap bisa menempuh pendidikan. Pria tunanetra asal Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) itu membuktikannya dengan meraih gelar sarjana di Universitas Islam Makassar (UIM).
Herman merupakan mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) di Fakultas Agama Islam (FAI) UIM. Ia lulus dan diwisuda dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,50 atau mendapat predikat memuaskan.
Herman menjadi satu-satunya mahasiswa tunanetra di kampusnya namun ia mengatakan rekan mahasiswa dan juga para dosen selalu sigap membantunya. Apalagi di kampusnya belum ada fasilitas khusus untuk penyandang disabilitas.
(dvs/pal)