Ini Munifah, Profesor Perempuan Pertama yang Kaji Budaya Sekolah Berbasis Pesantren

ADVERTISEMENT

Ini Munifah, Profesor Perempuan Pertama yang Kaji Budaya Sekolah Berbasis Pesantren

Devi Setya - detikEdu
Sabtu, 30 Jul 2022 10:15 WIB
Munifah, Profesor Perempuan Pertama di IAIN Kediri
Munifah, Profesor Perempuan Pertama di IAIN Kediri Foto: Humas Kemenag
Jakarta -

Institut Agama Islam Negeri Kediri (IAIN Kediri) baru saja menggelar rapat terbuka pada Kamis, (28/7/2022). Dalam rapat terbuka ini, Profesor Munifah dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Manajemen Pendidikan Islam.

Dilansir dari situs Kemenag, kegiatan ini sekaligus menyatakan Munifah resmi menjadi Guru Besar ke-4 sekaligus Profesor perempuan pertama yang dimiliki IAIN Kediri. Tentu hal ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi Munifah dan juga bagi civitas akademika IAIN Kediri.

Dengan gelar barunya ini, di hadapan Rapat Terbuka Senat Munifah menyampaikan orasi ilmiahnya tentang Strategi Pembangunan Budaya Sekolah Berbasis Pesantren. Menurut Munifah, pembangunan budaya akan lebih mudah dilakukan jika anggota suatu organisasi memahami dan menyadari pentingnya budaya baru.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini akan lebih mudah karena mereka percaya dan tertarik melaksanakannya," tutur Munifah.

Lima langkah membangun budaya berbasis pesantren

Tentu dibutuhkan strategi khusus untuk membangun budaya berbasis pesantren. Munifah menjabarkan lima langkah yang menurutnya bisa diterapkan.

ADVERTISEMENT

Pertama, menumbuhkan kepercayaan anggota organisasi. Kedua, mendesain brand madrasah dengan budaya baru. Ketiga, menyediakan perangkat keras sampai dengan perangkat lunak. Keempat, menggunakan teknologi digital dalam rangkaian pembelajaran kitab kuning. Kelima, melakukan monitoring dan evaluasi, serta tindak lanjut secara berkala.

"Budaya sekolah akan terbangun lebih efektif manakala ditetapkan oleh lembaga, dilaksanakan secara halus, menggabungkan branding utama sekolah dengan budaya baru yang diinginkan, disertai pembelajaran organisasi berupa pengalaman konkret dan aplikatif," tutur Munifah.

Meskipun demikian, dibutuhkan peran dari masyarakat agar pembangunan budaya berbasis pesantren ini dapat diimplementasikan dengan tepat. Tentu ada banyak pihak yang harus terlibat dalam mewujudkan lima langkah ini.

Berkaitan dengan budaya sekolah berbasis pesantren, Munifah mengatakan bahwa penggunaan aplikasi digital merupakan strategi menggabungkan dua komponen besar yaitu kitab kuning sebagai kekuatan internal madrasah dan/atau pesantren dan teknologi digital sebagai dorongan.

Apresiasi dari Rektor IAIN Kediri

Atas pencapaian yang diraih Munifah, Rektor IAIN Kediri Wahidul Anam mengucapkan selamat sekaligus menyampaikan mengapresiasinya. Ia juga menyebutkan jenjang karier yang sudah ditempuh Munifah.

"Ini adalah capaian yang luar biasa bagi ibu rumah tangga, akademisi, pengasuh Pondok Pesantren Al Fath Kediri, dan aktivis di kegiatan organisasi masyarakat," ujar Wahidul.

"Selain menulis karya ilmiah bereputasi, Munifah ini aktif sekali dari awal menjadi dosen, kemudian menjabat sebagai Kaprodi Pendidikan Agama Islam (PAI), Ketua Jurusan di Fakultas Tarbiyah, Kaprodi Magister Pendidikan Islam (MPI), Wakil Ketua II, Wakil Rektor II, hingga saat ini menjadi Dekan Fakultas Tarbiyah," tambahnya.

Wahidul Anam berharap capaian Munifah dapat mendorong munculnya Guru Besar lainnya di IAIN Kediri. "Dosen di seluruh IAIN Kediri harus segera mengurus guru besar. Itu adalah tugas kita semua. Guru besar adalah kewajiban kita sebagai civitas akademika IAIN Kediri," pungkas Wahidul.




(dvs/nwy)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads