Blak-blakan William Lulusan ITB Termuda & Tercepat di Prodi Tersulit dengan IPK 4

ADVERTISEMENT

Wawancara Khusus

Blak-blakan William Lulusan ITB Termuda & Tercepat di Prodi Tersulit dengan IPK 4

Novia Aisyah - detikEdu
Jumat, 29 Jul 2022 09:00 WIB
William Damario Lukito lulusan termuda, tercepat, ITB IPK 4,0
William Damario Lukito lulusan termuda dan tercepat ITB dengan IPK 4,0 bersama Dekan STEI ITB Dr. Tutun Juhana, S.T., M.T. Foto: Pribadi William Damario Lukito
Jakarta -

Pengalaman masa kecil William Damario Lukito berjalan-jalan di ITB bersama sang ayah rupanya berpengaruh besar atas hidupnya. Kegiatan sederhana orang tua da n anak tersebut membuatnya menanamkan tekad kuat bahwa dia harus melanjutkan kuliah di universitas para ahli teknologi tersebut.

Tekad itu terwujud. William berhasil menjadi salah satu matu mahasiswa ITB dengan program studi yang dipandang paling sulit, yaitu Teknik Telekomunikasi.

Kesempatan ini tidak dia sia-siakan, William membawa pengalamannya mengenyam pendidikan tinggi ke taraf yang tidak main-main. Pria kelahiran tahun 2000 tersebut melanjutkan studinya ke jenjang S2 melalui jalur fast track Program Penyatuan Sarjana Magister ITB pada bidang yang sama dan lulus dengan predikat lulusan terbaik, termuda, tercepat. Padahal, William mengaku ada banyak mata kuliah 'menjegal' yang harus dilaluinya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagaimana kisahnya berhasil lulus dari berbagai mata kuliah menjegal itu dan lulus dengan IPK sempurna 4,00? Simak cerita William kepada detikEdu pada Kamis (28/7/2022) selengkapnya:

Mengapa memilih jurusan yang dinilai paling sulit?

Kalau dibahasakan saya (berasal dari) Teknik Elektro itu sebenarnya kurang tepat karena sebetulnya (jurusan) saya Teknik Telekomunikasi yang ada di bawahnya Teknik Elektro. Secara spesifik riset saya di bidang Teknik Telekomunikasi.

ADVERTISEMENT

Saya memilih (S2) Teknik Telekomunikasi sebenarnya berangkat dari waktu tahap sarjana. Waktu sarjana saya Teknik Telekomunikasi juga, jadi ketika melanjutkan tahap magister, saya melanjutkan riset saya waktu tahap sarjana.

Alasannya kenapa saya kok memilih Teknik Telekomunikasi karena pada saat saya memilih jurusan, saya rasa memang Teknik Telekomunikasi salah satu bidang di Teknik Elektro yang perkembangannya sangat dinamis.

Sekarang kan kita lihat orang di mana-mana menggunakan internet secara wireless maupun menggunakan kabel. Kemudian, itu juga digabungkan dengan teknologi satelit dan juga lainnya.

Sehingga, saya rasa bidang ini sangat menarik dan maju, serta pastinya sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Saya ingin menjadi bagian dari itu.

William, lulusan S2 termuda tercepat terbaik IPK 4,0 di ITBWilliam, lulusan S2 termuda tercepat terbaik IPK 4,0 di ITB Foto: Dok. William Damario Lukito

Mengapa Teknik Telekomunikasi dilabeli sebagai jurusan paling sulit?

Stigma paling sulit itu hadir di kalangan mahasiswa Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB sendiri. Jadi, pada saat masuk jurusan, yang berminat masuk ke Teknik Telekomunikasi sedikit sekali.

Ada beberapa mata kuliah yang sifatnya menjegal, artinya sulit sekali untuk bisa lulus dari mata kuliah ini. Contohnya ada seperti Medan Elektromagnetik, itu ada Medan Elektromagnetik 1-2 kemudian dilanjutkan dengan mata kuliah Antena.

Kemudian ada lagi mata kuliah yang menjegal itu di mata kuliah Pengolahan Sinyal Waktu Kontinu dan Pengolahan Sinyal Waktu Diskrit. Jadi, banyak mata kuliah yang sulit sekali dan itu memang merupakan suatu konsep yang baru.

Apa saja syarat masuk program fast track Penyatuan Sarjana Magister Dulu?

Syarat masuk program fast track itu pada tahun keempat mahasiswa S1 dapat mengambil tambahan 6-12 SKS mata kuliah tingkat S2, yang akan diakui pada saat yang bersangkutan melanjutkan studi ke program magister. Syarat peserta program fast-track adalah mahasiswa S1 dengan IP > 3,00 dan lulus mata kuliah program S2 pada masa studi S1 dengan IP > 3,50.

Bagaimana bisa lulus kurang dari satu tahun>>>

Kok bisa lulus S2 kurang dari 1 tahun?

Kurikulum setengah tahun itu saya selesaikan ketika saya semester akhir, jadi semester 7 dan 8 ketika saya S1. Jadi, hutang saya satu tahun saja.

Sedangkan kita tahu kalau di universitas satu semester sekitar 4 bulan saja, berarti kalau misalnya saya kuliah di bulan Agustus lalu sidang di bulan Juni maka kuliahnya kurang dari satu tahun.

Berarti William satu-satunya lulusan S2 STEI yang IPK-nya genap 4,00?

Betul, saya satu-satunya mahasiswa yang IPK 4,00, yang lainnya dari fakultas lain. Ketika acara wisuda khusus STEI ITB, saat Pak Dekan memanggil yang IPK 4,00 hanya saya seorang diri.

Apa tipsnya bisa mendapatkan IPK 4,00?

Pertama kita harus senang terhadap apa yang kita pelajari. Kita (juga) harus tahu motivasinya belajar suatu hal. Ketika sudah tahu dan matang, maka otomatis ketika mempelajari maka akan termotivasi dengan sendirinya.

Jika memang tidak paham tentang materinya, metode saya adalah mendengarkan di kelas setidaknya lebih dari 50 persen materi harus masuk otak saya. Saya betul-betul memperhatikan sambil memegang kertas dan alat tulis untuk mencatat hal-hal yang sekiranya miss saat di kelas.

Ketika pulang, saya tinggal me-refer hal-hal yang saya belum mengerti tadi. Metode seperti itu saya rasa sangat membantu ketika nanti dihadapkan dengan kuis, UTS, UAS. KIta tidak perlu melakukan metode sistem kebut semalam.

Dan yang terpenting adalah teman belajar. Kunci saya waktu S1 itu teman belajar.

Teman diskusi itu sangat penting. Ketika kita tidak mengerti suatu hal, itu ada baiknya diskusi.

William Damario Lukito, lulusan terbaik termuda tercepat ITBWilliam Damario Lukito, lulusan terbaik termuda tercepat ITB Foto: ITB

Seberapa besar pengaruh ayah dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi untuk masuk ITB?

Ayah saya lulusan S2 dari ITB. Saya dari kecil, mungkin dari TK itu sering sekali sama ayah saya diajak keliling-keliling di daerah kampus ITB.

Itu membuat saya tertanam bahwa saya harus kuliah di ITB karena salah satu kampus yang baik kualitasnya, baik dari sisi akademis atau keluarannya (lulusannya) itu bagus-bagus.

Saya sudah ditanamkan hal-hal seperti itu oleh ayah saya, sehingga hal itu menguatkan sekali motivasi saya ketika memilih jurusan, memulai kuliah.

Bagaimana bentuk dukungan dari orang tua?

Peran orang tua yang jadi bekal saya itu mungkin pendidikan dari SD sampai SMA. Saya merasakan bahwa orang tua saya banyak mengajarkan nilai-nilai yang membuat saya menjadi pribadi saya lebih baik lagi, mulai dari manajemen waktu, manajemen belajar.

Terutama ketika SMP dilatih, misalnya ada permasalahan itu diajak diskusi kira-kira tidak pahamnya di mana. Coba kita solve bersama.


Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads