Ini Irmandy, Masuk Forbes 30 Under 30 Sains dan Bikin Baju Astronaut- Lady Gaga

ADVERTISEMENT

Ini Irmandy, Masuk Forbes 30 Under 30 Sains dan Bikin Baju Astronaut- Lady Gaga

Novia Aisyah - detikEdu
Sabtu, 25 Jun 2022 18:00 WIB
Irmansy Wicaksono, Forbes 30 Under 30 dari Indonesia
Foto: Dok. Pribadi Irmandy Wicaksono
Jakarta -

Irmandy Wicaksono menjadi satu-satunya pemuda dari Indonesia yang masuk Forbes 30 Under 30 kategori Kesehatan dan Sains 2022. Laki-laki 28 tahun itu kini berstatus sebagai mahasiswa Ph.D. di Massachusetts Institute of Technology (MIT).

Sederet penemuan telah ia hasilkan, mulai dari piano berbahan kain sampai baju astronaut yang mampu mendeteksi status kesehatan penjelajah luar angkasa.

Bercerita kepada detikEdu, Irmandy mengaku mulai gemar menghasilkan berbagai inovasi sejak dia mengikuti perkemahan ilmiah remaja nasional dahulu. Pada waktu itu, dia dan tim menciptakan alat untuk para petani lobster di Tulungagung, Jawa Timur.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mendapat Rekomendasi Masuk Forbes

Irmandy menyebutkan bahwa profesornyalah yang merekomendasikannya untuk mengikuti seleksi Forbes 30 Under 30. Meski begitu, mulanya Irmandy tak cukup percaya diri untuk melamar.

"Jadi dulu itu pertamanya dikasih tahu teman-teman tentang tentang Forbes 30 Under 30. Terus habis itu dulu mungkin karena merasa masih muda dan belum cukup membuat inovasi (dan) karena belum merasa berkontribusi banyak, tapi akhirnya profnya yang nyaranin," jelasnya (22/6/2022).

ADVERTISEMENT

Irmandy mengaku sempat tidak percaya diri saat membandingkan dirinya dengan inovator lain, tetapi dia akhirnya menyadari bahwa yang dikerjakannya tidak sama dengan orang lain.

Singkat cerita, setelah melewati berbagai seleksi, Irmandy diumumkan sebagai kandidat yang lolos Forbes 30 Under 30 pada bulan Juni 2022 ini.

Pernah Bekerja dengan Lady Gaga sampai Ciptakan Baju Astronaut

Saat masih menempuh jenjang sarjana di University of Southampton Inggris, Irmandy sempat bekerja sama dengan Lady Gaga. Pada waktu itu, dia dan tim membuat baju berkonsep mekatronik untuk penyanyi tersebut.

Ada dua baju yang ia ciptakan. Pertama adalah baju yang mampu menghasilkan gelembung-gelembung sabun karena Lady Gaga menyukai gelembung sabun. Kedua, adalah baju dengan konsep cermin-cermin robotik yang dapat bergerak ke segala arah.

"Lady Gaga juga suka banget sama bubble-bubble gun (mainan penghasil gelembung). Jadi, kita buat baju robotik di mana bajunya punya banyak pabrik-pabrik bubble otomatis. Yang kedua itu bajunya konsepnya punya banyak cermin yang pixelated," ujar Irmandy.

Dari pengalamannya bekerja sama dengan pihak Lady Gaga, Irmandy mengatakan dirinya mulai menyukai penggabungan teknologi dan seni tekstil.

"Ternyata bisa juga ya. Passion-ku dulu juga seni, tapi orang-orang kan suka bilang kamu cuma bisa ngelakuin satu hal, ternyata aku bisa gabungin passion aku di teknologi dan seni," ucapnya.

Selanjutnya, ketika mengenyam jenjang S2 di ETH Zurich, Irmandy menciptakan piano yang berbahan kain. Awal mula inovasi yang unik ini adalah ketika teman profesornya yang merupakan seorang pianis musik jazz, menginginkan piano yang dapat dibawa ke mana pun. Sebab, musisi tersebut kerap bepergian.

"Dia mau piano dari kain yang dia bisa lipat, bisa dia masukkan tas, dan dia bisa compose music dan bermain musik di mana-mana," katanya.

"Dan aku kan suka musik, jadi wah ini pas banget. Aku bikin project itu buat dia, namanya knitted keyboard," lanjutnya.

Irmandy menjelaskan bahwa piano kain ciptaannya ini mampu mendeteksi tekanan dan peregangan. Sehingga, ketika piano tersebut diregangkan, akan tercipta modulasi suara. Tak hanya itu, piano tersebut juga dapat mendeteksi sejauh mana tangan si pianis dari permukaannya.

"Mereka merasa mainnya lebih intimate (mendalam) kalau pakai kain karena jadi bisa lebih bisa merasakan relationship (hubungan) suara dengan tangannya mereka," urainya.

Karya Irmandi dicoba mantan astronaut Amerika Serikat>>>

Setelah menciptakan piano dari kain, Irmandy beranjak ke inovasi karpet yang mampu mendeteksi dan mengeluarkan suara berdasarkan gerakan. Dia mengatakan, inovasinya inilah yang paling banyak memenangkan penghargaan.

"Aku tuh mau in the future (di masa depan), penari-penari itu juga bisa punya kontrol untuk musiknya. Gimana caranya kalo itu kita reverse (balik). Jadi, gimana kalau musiknya yang dikontrol oleh gerakan. Musiknya yang ikut gerakan, bukan kita yang ikutin musik. Jadi, itu konsep karpetnya," beber Irmandy.

Sosok berusia 28 tahun ini juga telah menciptakan teknologi berbasis kain untuk bidang kesehatan. Sebelum membuat baju astronaut, dia terlebih dulu menciptakan baju yang mampu mendeteksi kondisi vital tubuh seseorang.

"Konsepnya itu untuk memajukan telemedics (telemedis), Jadi, ini niatnya dokter bisa monitor dari jauh, sehingga akhirnya nggak perlu ke rumah sakit sebelum dibutuhkan banget," kata dia.

"Moving away from curing, dari menyembuhkan ke constant care (menjaga kesehatan). Jadi, tetap kayak memonitor sehari-hari. Kita bisa hidup sehat dan ke rumah sakit kalau dibutuhkan aja," katanya lagi.

Irmandy menegaskan baju tersebut dapat dicuci. Fungsinya mampu mendeteksi detak jantung, respirasi, temperatur badan, dan lain sebagainya.

Sementara, baju astronaut yang dia ciptakan belakangan merupakan kelanjutan dari baju pendeteksi kesehatan sebelumnya. Disebabkan sulitnya untuk mengirim dokter ke luar angkasa dan mengontrol kesehatan para penjelajah antariksa, Irmandy menciptakan pakaian astronaut yang mampu mendeteksi parameter-parameter vital tubuh mereka.

Irmansy Wicaksono peraih Forbes 30 Under 30 asal Indonesia.Irmandy Wicaksono peraih Forbes 30 Under 30 asal Indonesia. Foto: Dok. Pribadi Irmandy Wicaksono

"Baju astronotnya itu bisa mendeteksi semua vital signs (parameter-parameter kesehatan) dari astrononaut-astronautnya itu dan bantu mereka adaptasi di luar angkasa," terangnya.

Menurutnya, tubuh manusia saat berada di luar angkasa akan mengalami syok karena ketiadaan gravitasi. Jantung yang biasanya membuat darah mampu mengalir hingga ke seluruh ujung tubuh, akan mengalami penurunan fungsi. Para astronaut juga rentan terkena osteoporosis.

"Makanya astronaut-astronaut itu biasanya kehilangan rasa kaki, pusing, kardiovaskular, jantungnya lemah. Makanya mereka juga harus olahraga tiap hari," pungkasnya.

Pakaian astronaut yang dia ciptakan ini mampu mendeteksi kondisi kesehatan dan mengirim data-datanya ke Bumi. Selain itu, inovasi tersebut memiliki fungsi melakukan pemijatan ke seluruh tubuh agar darah tetap mengalir dengan lancar.

"Bajunya itu mendeteksi blood pressure (tekanan darah) dan kalau misalnya sistemnya merasa tekanan darahnya kurang di sudut-sudut tertentu, bajunya itu akan memijat di sudut-sudut tertentu sampai darahnya mengalir normal lagi. Jadi, bantu mereka adaptasi di luar angkasa, especially (khususnya di sistem kardiovaskular," paparnya.

Irmandy menuturkan, pada akhirnya pakaian astronaut tersebut punya lebih banyak aplikasi. Salah satunya untuk meredakan rasa kesepian para penjelajah luar angkasa dengan fungsi telepresence.

"Bajunya itu bisa memijat-mijat, jadi pas ada mantan astronaut Amerika nyoba baju itu, dia bilang ini sebenarnya juga bisa untuk telepresence. Kita bisa berkomunikasi dengan keluarga lewat pelukan," ujarnya.

Soal apakah berbagai penemuannya ini bakal diproduksi massal, Irmandy menjawab mungkin akan memilih salah satu di antaranya dan memproduksinya. Namun, ini adalah rencananya pada waktu mendatang.

"Plan-ku (rencana) nanti di masa depan, mungkin akan memilih salah satu dulu dan akan memproduksinya, tapi sekarang fokus lulus S3 dulu," ucap pemuda asal Jakarta yang masuk Forbes 30 Under 30 itu.


Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads