Kisah Rumah Sakit Terapung FK Unair, Bantu Warga Daerah 3T & Korban Bencana

Trisna Wulandari - detikEdu
Kamis, 02 Jun 2022 14:45 WIB
Foto: Thara Bening/Unair Kapal RSTKA saat turun jangkar di laut Pulau Giliyang, Madura.
Jakarta -

Calon mahasiswa yang berminat menjadi tenaga kesehatan agaknya patut mendengar kisah para nakes di Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga (RSTKA), Universitas Airlangga (Unair). Sejak beroperasi pada 2017, rumah sakit di atas kapal yang menjadi percontohan Kampus Merdeka ini lalu memiliki lebih dari 1.652 relawan, melayani 13.500 pasien di 49 pulau di daerah terdepan, terpencil, dan tertinggal (3T).

Rumah sakit terapung Unair ini juga memberikan pelayanan kesehatan bagi warga terdampak bencana alam Indonesia. Dikutip dari laman resmi Unair, salah satunya yakni pada gempa Lombok Agustus 2018 dan gempa Sulawesi Barat, Januari 2021. Sebab, bencana alam berisiko menyulitkan perjalanan darat atau udara untuk memberikan bantuan pokok dan bantuan kesehatan. Lewat berlayar, warga di pulau terpencil pun jadi dapat dijangkau.

Berawal dari Layanan Kesehatan di Atas Perahu

Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga (RSTKA) Unair bermula dari pelayanan kesehatan Sailing Medical Service (SMS) beberapa dekade lalu. Agus Hariyanto, dr., Sp.B bersama tim SMS mendatangi masyarakat di pulau-pulau terpencil di Maluku menggunakan perahu kecil, seperti dikutip dari Dokter Magazine terbitan Ikatan Alumni Fakultas Kedokteran Unair.

Dari pulau ke pulau, Agus mendapati, masyarakat yang tinggal di kawasan terpencil kesusahan datang ke rumah sakit karena kendala transportasi, ongkos yang mahal, hingga ombak besar. Ia sendiri merasakan perjalanan ke lokasi merupakan medan yang berat dan tidak jarang mengancam keselamatan para dokter.

Agus menuturkan, ketika tiba di lokasi , ia dan tim juga harus membongkar-pasang peralatan kesehatan untuk melayani masyarakat. Rutinitas ini sulit karena selain kapalnya kecil, alat-alat yang dibawa dan harus diangkat ke daratan cukup berat.

"Saya ini tidak bermaksud berpetualang. Tapi, saya terlanjur tahu pulau-pulau terpencil itu butuh pelayanan. Kami proaktif datang ke pulau dan kami selesaikan kasusnya di pulau mereka. Itu sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Kami berpikir, di tempat terpencil lainnya pasti banyak [yang butuh]," tutur Agus, dikutip Kamis (2/6/2022).

Rumah Sakit Terapung di Kapal Besar

Kelak pada 2017, Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga (RSTKA) Unair beroperasi dengan 2 kamar operasi. Harapannya, warga yang harus berlayar belasan jam untuk mendapat pengobatan hingga tindakan operasi kini dapat terbantu. Setelah bersandar di sebuah pulau, para relawan tenaga kesehatan bisa melayani kebutuhan kesehatan warga setempat hingga penyuluhan kebersihan sederhana bagi anak-anak, lalu kembali berlayar.

Agus menuturkan, pada 2018, RS Terapung ini kemudian punya target berlayar dari pulau ke pulau perbatasan di Indonesia. Setelah bersandar di sebuah pulau, tim dokter melakukan pelayanan dasar ke darat. Bila ada operasi, pasien dibawa ke kapal.

Ia mengamini, tantangan cuaca dan lainnya masih dijumpai. Karena itu, butuh kesiapan hati dan komitmen untuk sampai di lokasi dan memberi layanan.

"Kerjakan saja yang bagian kita, yang nggak bisa kita kendalikan itu urusan Tuhan. Jadi harus berpikiran positif, jangan pesimis, tetapi tetap dalam perhitungan. Semisal cuaca, kita menurut sama BMKG dan kantor syahbandar. Kalau memang tidak terlalu mendesak, kita bisa bijaksana memperhatikan anjuran mereka," kata Agus.

Selanjutnya bayi lahir di atas kapal>>>




(twu/lus)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork