Siapa bilang anak tukang jahit tidak bisa menempuh pendidikan dan berkarier hingga ke luar negeri? Adalah Siska Hamdani yang mampu mematahkan stigma tersebut.
Siska merupakan anak seorang tukang jahit di Nagari Guguk, Kecamatan Gunung Talang, Solok, Sumatera Barat. Sehari-hari, selain menjadi tukang jahit ayahnya juga nyambi menjadi seorang petani.
Dikutip dari Antara News, sebelum sukses dalam kariernya di Prancis, Siska memang dikenal sebagai anak yang cerdas. Ia diketahui selalu menjadi juara umum sejak duduk di bangku sekolah dasar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada tahun 1995, Siska melanjutkan sekolah ke Sekolah Menengan Analisis Kimia Padang (SMAKPA) yang berada di bawah Kementerian Perindustrian. Ia juga mendapatkan beasiswa karena prestasinya tersebut.
Namun, keberhasilannya tak lepas dari cemoohan dari tetangganya. Siska disebut tidak tahu diri karena memilih bersekolah ke Padang dengan kondisi orang tuanya yang hanya seorang tukang jahit.
Walaupun begitu, ia ta dan orang tuanya tak menanggapi serius cemoohan tersebut dan terus mengukir prestasi. Siska pun lulus dan melanjutkan kuliah di Akademi Teknologi Industri Padang (ATIP).
Lagi-lagi Siska berhasil mendapatkan beasiswa karena IP yang diperoleh rata-rata 3,98 sampai 4,0. Ia juga berhasil menyelesaikan kuliah dalam waktu 2,5 tahun.
Lanjut Kuliah di UGM
Mendapat banyak masukan dari akademisi Unand, Prof Novesar Jamarun, dan dosen jurusan Kimia Unand Zam Sibar dan almarhum Rusdi Jamal, ia pun memberanikan diri untuk melanjutkan kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM).
"Mereka menyarankan saya untuk melanjutkan kuliah ke Universitas Gadjah Mada. Dengan senang hati, saya pun kemudian mengikuti saran tersebut," ujar dia.
Namun, Siska mengalami kendala ekonomi. Ia pun meminta bantuan teman-temannya dan berhasil mendapatkan pinjaman sebesar Rp 4 juta untuk biaya masuk UGM.
Pada tahun 2002 ia berhasil menjadi mahasiswi di jurusan Kimia Fakultas MIPA, UGM. Perjalanan selama menempuh pendidikan di tanah rantau tak semudah yang dibayangkan.
Siska sempat beberapa kali terbentur biaya. Bahkan, orang tua Siska sempat mengajukan permohonan bantuan ke Pemda dengan bukti IP 3,98 yang didapatkan tetapi ditolak.
"Papa begitu sedih saat itu. Saya di tanah rantau ketika itu juga panik memikirkan uang kuliah. Setiap hari saya berdoa kepada Allah SWT agar diberi kemudahan," kenang dia.
Akhirnya, doa Siska dijabah. Ia berhasil mendapatkan beasiswa sebesar Rp 1,2 juta dari PT Semen Padang. Tak sekali, beasiswa tersebut ia dapatkan hingga tamat kuliah di tahun 2004.
Kuliah dan Bekerja di Luar Negeri. Klik selanjutnya..
Simak Video "Video Reaksi Santai Macron saat Insiden Mic di UNJ"
[Gambas:Video 20detik]