Kisah Imam Hanafi dan Pelajaran dari Tukang Cukur

Kisah Imam Hanafi dan Pelajaran dari Tukang Cukur

Indah Fitrah - detikHikmah
Senin, 24 Feb 2025 05:00 WIB
Ilustrasi tukang cukur.
Ilustrasi tukang cukur. Foto: KamranAydinov/Freepik
Jakarta -

Pernahkah terpikir bahwa pelajaran berharga bisa datang dari tempat dan orang yang tak terduga?

Kisah inspiratif dari Imam Hanafi yang belajar dari seorang tukang cukur membuktikan hal tersebut. Ia menunjukkan bahwa menuntut ilmu adalah perjalanan yang tak mengenal usia, profesi, atau latar belakang.

Imam Hanafi, seorang tabi'in yang dikenal luas karena ilmunya yang mendalam dan kemampuannya memberikan solusi atas berbagai permasalahan umat, selalu mengedepankan sikap hati-hati dan penuh adab, terutama dalam mengkaji hadits Nabi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baginya, menuntut ilmu bukan hanya soal memahami materi, tetapi juga mencerminkan adab dan tawadhu sebagai murid di hadapan guru. Namun, siapa sangka, Imam Hanafi yang begitu berilmu ternyata pernah belajar dari seseorang yang tak terduga, yaitu seorang tukang cukur.

Berikut kisah Imam Hanafi yang belajar dari tukang cukur yang dikutip dari kitab Siyar A'laam an-Nubala karya Az-Zahabi yang terdapat dalam buku Kumpulan Kisah Teladan susunan Prof. Dr. H.M. Hasballah Thaib, MA.

ADVERTISEMENT

Kisah Imam Hanafi Belajar pada Tukang Cukur

Dalam suatu perjalanan haji, Imam Hanafi menceritakan pengalamannya. Ia mengaku melakukan kesalahan dalam beberapa hal terkait manasik haji. Ketika hendak mencukur rambut untuk keluar dari ihram, beliau bertanya kepada tukang cukur,

"Berapa bayaran untuk mencukur rambutku?"

Dengan tenang, tukang cukur itu menjawab, "Semoga Allah memberi petunjuk kepadamu. Ibadah tidak disyaratkan dengan bayaran. Duduklah dan berikan sekadar kerelaan."

Jawaban tersebut membuat Imam Hanafi merasa malu. Namun, pelajaran belum berhenti di situ. Tukang cukur tersebut meminta Imam Hanafi menghadap kiblat saat duduk, menunjukkan pentingnya adab dalam setiap aspek ibadah.

Ketika Imam Hanafi meminta agar cukuran dimulai dari sisi kiri, tukang cukur itu justru mengarahkan untuk memulai dari sisi kanan, mengajarkan sunnah yang sering diabaikan.

Bahkan saat proses mencukur berlangsung, tukang cukur itu berkata, "Bertakbirlah." Imam Hanafi pun bertakbir.

Setelah selesai, ketika Imam Hanafi hendak pergi, tukang cukur kembali memberikan arahan, "Shalatlah dua rakaat terlebih dahulu, baru kemudian pergilah ke mana pun engkau suka."

Pengalaman tersebut membuat Imam Hanafi terkesan. Ia pun bertanya, "Dari mana engkau mengetahui semua hal ini?"

Tukang cukur itu menjawab, "Aku melihat Imam Atho bin Abi Rabah melakukannya dan aku mengikutinya, serta mengarahkan orang lain untuk melakukan hal yang sama."

Tampaknya, tukang cukur tersebut bukanlah orang biasa, ia adalah murid dari Imam Atho bin Abi Rabah rahimahullah, seorang ulama terkemuka di Mekkah yang memiliki otoritas dalam memberikan fatwa.

Kisah ini memberikan pelajaran penting bahwa ilmu tidak hanya dimiliki oleh mereka yang berstatus tinggi di masyarakat.

Terkadang, kebijaksanaan dapat tersimpan dalam kesederhanaan. Seorang tukang cukur yang tampak biasa saja ternyata memiliki pemahaman agama yang luar biasa, yang bahkan bisa memberikan pelajaran berharga kepada Imam Hanafi.

Dari kisah ini, marilah kita renungkan pesan bijak dari Imam Ibnu Qoyyim Al-Jauzi rahimahullah:

"Tuntutlah ilmu sebanyak-banyaknya karena ia tidak akan membahayakan ibadahmu. Dan beribadahlah sebanyak-banyaknya karena ia tidak akan membahayakan ilmumu."

Semoga kisah yang penuh dengan makna ini menginspirasi kita semua untuk terus menuntut ilmu dengan sikap rendah hati, serta menjalankan ibadah dengan pemahaman yang benar.




(inf/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads