×
Ad

Sosok Nurhayati Subakat, Perempuan di Balik Wardah dan Beasiswa Paragon

Trisna Wulandari - detikEdu
Minggu, 31 Okt 2021 16:15 WIB
Nurhayati Subakat, sosok pendiri Paragon Innovation and Technology di balik beasiswa Paragon. Foto: Dok. Nurhayati Subakat
Jakarta -

Detikers pemburu beasiswa tentu tidak asing dengan beasiswa Paragon. Beasiswa pendidikan ini menyediakan bantuan dana kuliah, tugas akhir, peningkatan skill, hingga kesempatan berkarier di Paragon Technology and Innovation.

Apakah detikers tahu, ada seorang perempuan di balik munculnya beasiswa ini?

Ialah Nurhayati Subakat, perempuan pendiri perusahaan yang melahirkan brand perusahaan pemilik brand Wardah, MakeOver, Emina, hingga Kahf tersebut. Perempuan kelahiran 27 Juli 1950 ini menuturkan, pandangannya terhadap pendidikan dan pentingnya beasiswa terbentuk dari ajaran kedua orang tuanya sejak kecil.

Ayahnya, Abdul Muin Saidi, adalah seorang guru dan pedagang. Sebelum berpulang, kata Nurhayati, ayah dan ibunya mengajarkan pentingnya pendidikan dan berderma lewat berbagai contoh tindakan pada anak-anaknya.

Salah satunya, tutur Nurhayati, yakni merevitalisasi sekolah TK hingga SMA di Padang Panjang, Sumatra Barat yang sempat rusak di zaman Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).

Sang ayah juga kerap mengajak ia dan saudara-saudaranya setiap Ramadhan untuk memotong kain gulungan hingga seukuran baju. Kain-kain tersebut, kata Nurhayati, lalu dibagikan ke orang sekitar sebagai bahan baju lebaran.

Meraih Pendidikan

Ia mengingat, sang ayah berharap ia dan adik-adiknya bisa tumbuh jadi orang berpendidikan tinggi, seperti Doktor Zakiyah Darajat yang ia kagumi. Sebagai informasi, Zakiyah merupakan Guru Besar Psikologi di Institut Agama Islam Negeri (kini UIN Jakarta) lulusan Mesir semasa hidupnya.

"Setiap hari kami beradik-kakak mendengarnya. Kami bersaudara itu 8 orang, 6 orang perempuan. Walau perempuan, mungkin ia ingin kami demikian (meraih pendidikan)," tutur anak keempat di keluarganya ini dalam webinar Fellowship Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan, Selasa (19/10/2021).

Dalam meraih pendidikan, Nurhayati menyadari pola asuh sang nenek dan pengalaman di sekolah dan pesantren mendukungnya terbiasa belajar mandiri, disiplin, dan serius belajar. Ia menuturkan, masa kecilnya cukup banyak dihabiskan bersama sang nenek karena sang ibu kerap sakit setelah melahirkan adiknya, dan kedua orang tuanya sempat mengungsi ke Padang karena PRRI.

Ia bercerita, kendati suhu pagi di Padangpanjang sangat dingin, Nurhayati kecil tidak sempat terpikir minta bolos sekolah pada neneknya. Saat lulus Pesantren Diniyyah Putri pun, ia tekun belajar mandiri dan les bersama teman-teman satu pesantren untuk ikut penyetaraan dan bisa lanjut SMA. Tidak heran, ia kerap menjadi juara umum sejak SD hingga tamat di SMAN 1 Padang.

Sementara itu, menjadi yatim di usia 16 tahun, Nurhayati bersyukur sang ibu yang bekerja keras dalam berdagang sanggup menyekolahkan ia dan saudaranya hingga kuliah. Kelak, ia lulus S1 Farmasi Institut Teknologi Bandung (ITB), seperti saudara-saudaranya yang lulus dari ITB dan Universitas Padjajaran (Unpad).

Prof. Reini Wirahadikusumah, Rektor ITB menuturkan, Nurhayati merupakan alumnus Farmasi ITB angkatan 1971 yang lulus dengan predikat terbaik. Prinsip lima karakter generasi muda untuk membangun bangsa yang dianut Nurhayati, bagi Prof. Reini relevan dengan dengan pembangunan karakter dalam pendidikan mahasiswa di ITB.

"Dalam hidup beliau, terdapat lima karakter utama yang sangat relevan untuk generasi muda dalam membangun bangsa yaitu ketuhanan, kepedulian, kerendahan hati (humility),
Ketangguhan (grit) dan Inovasi," kata Reini, seperti dikutip dari Hidup Bermakna dengan 5 Karakter: Sebuah Biografi Ringkas Dr. (HC) Dra. Nurhayati Subakat, Apt oleh Yudhistira ANM Massardi.

Klik selanjutnya: Beasiswa Paragon...




(twu/lus)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork